Friday, June 3, 2016

Penguasa Ayyubiyah Terkenal, Salahuddin Al-Ayyubi Pemimpin Yang Diakui Oleh Umat Kristen


Dinasti Ayyubiyah berkuasa sekitar 75 tahun. Tercatat sembilan orang khalifah yang pernah menjadi penguasa,  diantara kesembilan khalifah tersebut, terdapat beberapa penguasa yang hebat, namun yang sangat menonjol adalah Salahuddin Yusuf al-Ayyubi, lebih jelasnya kita simak berikut ini.

1. Biografi Salahuddin al-Ayyubi (564-589 H/ 1171-1193 M)

Nama lengkapnya, Salahuddin Yusuf al-Ayyubi Abdul Muzaffar Yusuf bin Najmuddin bin Ayyub. Ia berasal dari bangsa Kurdi. Ayahnya Najmuddin Ayyub dan pamannya Asaduddin Syirkuh, hijrah (migrasi) dari kampung halamannya (dekat Danau Fan) ke daerah Tikrit, Irak. 

Salahuddin lahir di benteng Tikrit tahun 532 H/1137 M, tepat ketika ayahnya menjadi pemimpin Benteng Seljuk di Tikrit. Saat itu, baik ayah maupun pamannya mengabdi kepada Imaduddin Zanky, Gubernur Seljuk untuk kota Mosul, Irak. Ketika Imaduddin berhasil merebut wilayah Balbek (di Lebanon) tahun 534 H/1139 M, Najmuddin Ayyub (ayah Salahuddin) diangkat menjadi Gubernur Balbek oleh Sultan Suriah bernama Nuruddin Mahmud.

Pada masa kecilnya, Salahuddin dididik ayahnya untuk menguasai sastra, ilmu kalam, menghafal Al-Quran dan Ilmu Hadis di madrasah. Dalam buku-buku sejarah dituturkan bahwa cita-cita awal Salahuddin ialah menjadi orang yang ahli dalam agama Islam (ulama). Ia senang berdiskusi tentang ilmu kalam, Al-Quran, fikih, dan Hadis.

Karakter kuat Salahuddin sudah terlihat semenjak masa kecilnya. Ia memiliki sikap yang rendah hati, santun, dan penuh belas kasih. Dia tumbuh di lingkungan keluarga agamis tetapi juga kesatria. Selain mempelajari ilmu-ilmu agama. Salahuddin mengisi masa mudanya dengan menekuni teknik perang, strategi perang, dan dunia politik. Ia pernah melanjutkan pendidikannya di Damaskus untuk menekuni telogi Sunni. Proses tersebut berlangsung selama sepuluh tahun di lingkungan istana Nuruddin Mahmud.

Dunia kemiliteran semakin diakrabinya setelah Sultan Nuruddin menempatkan ayahnya sebagai kepala divisi militer di Damaskus. Pada umur 26 tahun, Salahuddin sudah bergabung dengan pasukan pamannya, Asaduddin Syirkuh. Ketika itu Gubernur Suriah (Nuruddin Zanki) menugaskan Syirkuh memimpin pasukan Muslimin ke Mesir, sekaligus membantu Perdana Menteri Syawar (masa Dinasti Fatimiyah) untuk menhadapi pemberontak Dirgam. Misi tersebut berhasil sehingga Syawar kembali menjabat sebagai perdana menteri tahun 560 H/1164M.

Pada tahun 1169, Salahuddin diangkat sebagai panglima menggantikan pamannya yang meninggal dunia. Salahuddin semakin menunjukkan kepiawaiannya sebagai pemimpin. Ia mampu mengerahkan dan mengorganisasi pasukannya serta memperkuat pertahanan di Mesir, terutama untuk menghadapi kemungkinan serbuan balatentara Salib. Serangan pasukan Salib ke Mesir berkali-kali mampu dipatahkannya.

Impian bersatunya kaum Muslim pun tercapai pada september 1174, Salahuddin berhasil menundukkan Dinasti Fatimiyah di Mesir untuk patuh pada kekhalifahan Abbasiyah di Baghdad. Dinasti Ayyubiah akhirnya berdiri di Mesir menggantikan dinasti sebelumnya yang bermazhab Syi'ah.                                  

Keberhasilan Salahuddin dalam memimpin Mesir membuat Nuruddin Zanki merasa khawatir tersaingi. Akibatnya, hubungan mereka memburuk. Tahun 1175 Nuruddin mengirimkan Pasukannya untuk menaklukkan Mesir. Tetapi gagal karena ia meninggal saat armadanya sedang dalam perjalanan. Tampuk kekuasaan diserahkan kepada putranya yang masih sangat muda.

Salahuddin pernah berangkat ke Damaskus untuk mengucapkan bela sungkawa. Kedatangannya tersebut banyak disambut dan dielu-elukan di Damaskus. Akhirnya, tiga tahun kemudian raja muda tersebut sakit dan meninggal dunia pula. Posisinya langsung digantikan oleh Salahuddin yang sudah dikenal umat Islam secara luas. Ia diangkat menjadi Khalifah di Suriah dan Mesir.

Pergantian kekhalifahan itu sendiri dilakukan Salahuddin dengan cara yang sangat terhormat, Ia menikahi janda mendiang Sultan demi menghormati kelurga dinasti sebelumnya. Ia memulai kepemimpinannya dengan menghidupkan kembali roda perekonomian, menata kembali sistem militer, dan menaklukkan negara-negara Muslim kecil agar bersatu melawan pasukan Salib.

Pada usia 45 tahun, Salahuddin telah menjadi orang paling berpengaruh di dunia Islam. Selama kurun waktu 12 tahun, ia berhasil mempersatukan Mesopotamia, Mesir, Libya, Tunisia, wilayah Barat jasirah Arab dan Yaman di bawah kekhalifahan Ayyubiah. Kota Damaskus di Syiria dijadikan sebagai pusat pemerintahannya. Salahuddin meninggal di Damaskus pada tahun 1193 M dalam usia 57 tahun.

2. Kepemimpinan

Salahuddin merupakan salah seorang sultan yang memiliki kemampuan memimpin yang luar biasa. Ia mengangkat orang-orang cerdas dan terdidik sebagai pembantunya (wazir), seperti Al-Qadi al-Fadil dan Al-Katib al-Isfahani, termasuk sekretaris pribadinya bernama Burhanuddin bin Sayyad, yang kemudian dikenal sebagai penulis biografinya.

Salahuddin al-Ayyubi juga tidak membuat kekuasaan menjadi terpusat di Mesir. Ia membagi wilayah kekuasaannya kepada saudara dan keturunannya. Di masanya lahir beberapa kesultanan kecil Dinasti Ayyubiah seperti Mesir, Damaskus, Aleppo, Hamah, Homs, Mayyafaiqin, Sinjar, Kayfa, Yaman, dan Kerak.

Selain itu, Salahuddin dianggap sebagai tokoh pembaru di Mesir karena dapat mengembalikannya ke mazhab Sunni. Khalifah Al-Mustadi dari Dinasti Abbasiyah pernah memberi gelar Al-Mu'izzli Amirul-Mu'minin (penguasa yang mulia) karena keberhasilannya itu. Al-Mustadi juga menyerahkan Mesir, Naubah, Yaman, Tripoli, Suriah, dan Magrib sebagai wilayah kekuasaan Salahuddin pada tahun 1175 M. Semenjak saat itulah ia dianggap sebagai Sultan al-Islam wa al-Muslimin (pemimpin umat Islam dan kaum Muslimin).

3. Keperwiraan

Salahuddin al-Ayyubi dikenal sebagai perwira militer yang memiliki kecerdasan tinggi. Pada masa pemerintahannya, kekuatan militer Dinasti Ayyubiah terkenal sangat tangguh, diperkuat pula oleh pasukan Barbar di Turki dan Afrika. Ia membangun tembok kota di Kairo dan bukit muqattan sebagai benteng pertahanan bernama Qal'atul Jabal yang di bangunnya pada tahun 1183 M di Kairo.

Kehidupan Salahuddin al-Ayyubi penuh dengan perjuangan menunaikan tugas negara dan agama. Perang yang dilakukannya sepenuhnya bertujuan membela negara dan agama. Ia merupakan seorang kesatria dan memiliki jiwa toleransi yang tinggi. Ketika menguasai Iskandariyah, Salahuddin tetap mengunjungi orang-orang Kristen. Pada saat perdamaian tercapai dengan tentara Salib, ia mengijinkan orang Kristen berziarah ke Baitul Makdis.

Sebagai khalifah pertama Diasati Ayyubiah, Salahuddin berusaha menyatukan seluruh provinsi Arab, terutama di Mesir dan Syam di bawah satu kekuasaan. Namun usahanya ini banyak mendapat tantangan dari penguasa yang merasa kedudukannya terancam karena kepemimpinan Salahuddin. Untuk menghadapi  hal tersebut, ia melakukan berbagai upaya antara lain:
  • Memadamkan pemberontakan oleh Hajib, orang yang paling dituakan dalam keluarga Al-Adid (khalifah terakhir Dinasti Fatimiyyah), sekaligus perluasan wilayah Mesir sampai ke selatan Nubiah (586 H/1173 M);
  • Perluasan wilayah Dinasti Ayyubiah ke Yaman (569 H/1173 M);
  • Perluasan wilayah Dinasti Ayyubiah ke Damaskus dan Mosul (570 H/1175);
Usaha-usaha yang dilakukan Salahuddin tersebut menuai hasil yang gemilang. Ia mampu menyatukan Mesir, Suriah, Nubah, Yaman, Tripoli, dan wilayah lainnya di bawah komando Ayyubiah. Tujuannya agar persatuan umat Islam menjadi kuat dalam melawan gempuran tentara Salib.
 
Perang Salib yang terjadi pada masa Salahuddin merupakan Perang Salib periode kedua. Perang tersebut berlangsung sekitar tahun 1144 hingga 1192 M. Periode ini disebut juga periode reaksi umat Islam. Tujuan utamanya adalah membebaskan kembali Baitul Maqdis (Al-Aqsa). Peristiwa perang terpenting yang telah dilalui oleh Salahuddin al-Ayyubi antara lain:
  • Pertempuran Safuriyah (583 H/1187 M);
  • Pertempuran Hittin (bulan juli 583 H/1187) M);
  • Pembebasan Al-Quds/Baitul Maqdis (27 Rajab 583 H/1187 M).
Kehadiran Salahuddin dalam perang Salib merupakan anugerah. Strategi yang dikembangkannya mampu menyatukan umat Islam dalam membela agamanya. Salahuddin dapat disebut sebagai pahlawan besar bagi umat Islam. Kecintaannya terhadap agama dan umat begitu tulus. Hampir seluruh kehidupannya dikorbankan untuk menegakkan kedaulatan negara dan umat Islam.
 
Keperwiraan Salahuddin terukir dalam sejarah, tidak hanya diakui oleh kaum Muslimin tetapi juga oleh umat kristen. Demikianlah biografi singkat Salahuddin Al-Ayyubi, semoga bermamfaat. Aminn.
 
 


No comments:

Post a Comment