Wednesday, June 29, 2016

Asal Mula Bahasa Indonesia dan Proses Perkembangannya, Serta Pendapat Para Ahli Bahasa.


Bahasa Indonesia yang kita gunakan saat ini berasal dari bahasa Melayu yang pada awalnya adalah salah satu bahasa daerah di antara berbagai bahasa daerah di kepulauan Indonesia. Bahasa Melayu sebagai bahasa daerah dituturkan oleh suku Melayu yang mendiami Pesisir Timur Pulau Sumatera, Semenanjung Malaka, dan Pesisir Barat Kalimantan.

Oleh Steinhaver dinyatakan bahwa bahasa Melayu merupakan bahasa yang kurang berarti. Di Indonesia, bahasa itu diperkirakan dipahami hanya oleh penduduk Kepulauan Riau Lingga dan penduduk pantai diseberang Sumatera. Jika dibandingkan dengan bahasa lain di kepulauan Nusantara ini, baik dari segi penutur maupun pendukung budaya, bahasa Melayu jauh ketinggalan. Namun, bahasa ini mengalami perkembangan yang cukup pesat, mampu mengungguli bahasa-bahasa daerah lain untuk mendapatkan predikat yang terhormat, yakni menjadi bahasa Nasional dan bahasa Negara bagi negeri/bangsa yang serba keberagaman dan kemajemukan.

Para ahli bahasa mengemukakan berbagai alasan-alasan tentang proses perkembangan bahasa Melayu hingga menjadi bahasa Indonesia. Proses perkembangan bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia (nasional) didasari oleh beberapa faktor yakni :

Bahasa Melayu Mempunyai Sejarah Panjang sebagai Lingua franca

Abbas Husein menyebutkan bahwa jauh sebelum negara Republik Indonesia lahir, bahasa Melayu telah menjadi bahasa pergaulan (Lingua franca) di kepulauan Nusantara, baik antarwarga suatu suku atau etnik (norma Intraetnik) maupun sebagai bahasa pergaulan antarsuku bangsa (norma Supraetnik), bahkan bahasa Melayu telah menjadi bahasa perhubungan antarbangsa terutama untuk kawasan Asia Tenggara (norma Supranasional).
Berkaitan dengan hal tersebut, bahasa Melayu didukung oleh medan tuturnya yang berada di daerah geografis yang sangat strategis. Dalam hal ini, bahasa Melayu terletak dalam jalur perdagangan hingga penyebarannya lebih mudah dan cepat untuk semua etnik atau suku. Para pedagang yang datang dari Arab, Eropa, Asia, dan kepulauan Nusantara bertemu di bandar-bandar pesisir Selat Malaka. Di tempat pertemuan itulah terjadi transaksi jual beli dengan pedagang pribumi. Bahasa yang digunakan adalah bahasa penduduk setempat yakni bahasa Melayu.

Bahasa Melayu sebagai Bahasa Resmi Kerajaan

Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Majapahit adalah dua buah kerajaan yang sangat terkenal di kawasan Nusantara pada abad yang lalu. Kedua kerajaan ini memiliki sejarah kejayaan yang tersohor keberadaannya, bahasa resminya adalah salah satu diantaranya adalah bahasa Melayu. Demikian pula pada zaman penjajahan Belanda, bahasa Melayu merupakan bahasa resmi kedua mendampingi bahasa Belanda, begitu pula para missionaris, ia menyebarkan Injil dengan menggunakan bahasa Melayu. Hal yang sama dalam penyebaran agama Islam, pada abad ke-15 bahasa Melayu sebagai bahasa Agama atau bahasa dalam penyiaran Islam.

Bahasa Melayu sebagai Bahasa Perjuangan

Secara Psikologis, seluruh suku bangsa yang ada di Indonesia menerima dengan sukarela bahasa Melayu menjadi bahasa nasional pada waktu dicetuskan Sumpah Pemuda 1928. Mereka menyadari bahwa dengan bahasa Melayu dapat dipupuk rasa persatuan dan kesatuan bangsa sebagai modal utama untuk merebut kemerdekaan bangsa. Untuk kepentingan perjuangan bangsa perlu segera ditunjuk satu bahasa yang paling memenuhi syarat, yaitu bahasa Melayu yang dapat diterima oleh semua pihak.

Penunjukan  tersebut memang tepat karena bahasa Melayu yang berkembang menjadi bahasa Indonesia memiliki kesanggupan untuk menjalankan fungsinya sebagai bahasa perjuangan dan selanjutnya sebagai bahasa pendukung pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Syarat ini mutlak harus dimiliki oleh bahasa yang berpredikat bahasa nasional dan bahasa negara.

Bahasa Melayu Mudah Dipelajari dan Dikembangkan

Bahasa Melayu yang menjadi asal bahasa Indonesia mempunyai sifat dan susunan yang sederhana dan luwes. Hal ini dapat dilihat pada kaidah-kaidahnya yang berlaku dalam bidang tatabunyi (fonologis), bentuk kata (morfologis), dan tata kalimat (sintaksis). Bahasa Melayu juga bersifat terbuka untuk menerima pengaruh dari bahasa lain tanpa merusak kaidah-kaidah dasarnya.

Dengan demikian, bahasa Melayu sudah menyesuaikan diri dengan kebutuhan pemakainya dan memperkaya perbendaharaannya dengan unsur-unsur baru dari bahasa lain. Itulah sebabnya bahasa Melayu dalam waktu yang relatif singkat dapat dipergunakan oleh berbagai lapisan masyarakat dalam aspek kehidupannya. 

No comments:

Post a Comment