Thursday, February 28, 2019

Peranan Bahasa Arab Dalam Ilmu Pengetahaun

Bahasa Arab mempunyai peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan, antara lain :


Penterjemahan buku-buku ilmu pengetahuan ke dalam bahasa Arab

Sebagai bukti bahwa bahasa Arab mempunyai peranan dalam dunia ilmu pengetahuan ialah kemampuannya menerima segala ilmu pengetahuan seperti filsafat, ilmu falak, logika, kedokteran, teknik, dan lain-lain dari bahasa Yunani, Persia, India, Sanskerta dan lain-lain ke dalam bahasa Arab.

Pemindahan segala macam bidang ilmu pengetahuan dari bahasa-bahasa tersebut adalah melalui masa penterjemahan, yang diawali pada masa Abbasiyah (132 H/751M), yaitu setelah perekonomian mulai stabil dan keamanan rakyat terjamin dan ini merupakan permulaan perkembangan sosial kultural atau kebudayaan dalam Islam.

Di masa-masa khalifah Al Mansur, Harun Ar Rasyid dan Al Makmun, kegiatan dalam penterjemahan ini tumbuh subur sekali.

Di antara para penterjemah ialah Ibnu Muqaffa, dia telah menterjemahkan buku ''Kalilah wa Dimnah'dari bahasa Persia. Buku-buku Almageste karangan petolome tentang astronomi dari bahasa Yunani dan buku Sazanta juga tentang astronomi dari bahasa Indian dan beberapa buku-buku lainnya lagi.

Kemudian Hunain bin Ishak menterjemahkan tentang filsafat dan logika dari bahasa Yunani, kedokteran, pertanian dan sastra dari bahasa lain, semuanya diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.

''Penterjemah-penterjemah lainnya ialah Yohana, Georges, Hajjaj bin Yusuf Qastha,Matta, dan lain-lain.

Di antara buku-buku yang diterjemahkan yang meliputi beberapa bidang ilmu pengetahuan seperti filsafat, ilmu kedokteran, logika, sastra, astronomi dan lain-lain yang berasal dari bahasa Yunani ialah:
  • 8 buah buku pilsafat dan sastra karya Plato
  • 19 buah buku pilsafat, logika dan sastra karya Aristoteles
  • 48 buah buku kedokteran karya Galen
  • 20 buah buku tentang matematika dan astronomi karya Euclide dan Archimides  
Selain dari buku-buku Yunani, juga ada dari bahasa-bahasa asing lainnya:
  • 20 buah dari bahasa Parsi tentang sejarah dan sastra,
  • 30 buah dari bahasa Sansekerta tentang matematika, kedokteran dan astronomi,
  • 20 buah dari Siriac dan Nubthi pada umumnya membahas masalah sihir (magic) di samping ilmu pertanian.
  • Sejumlah buku-buku dari bahasa Ibrani dan Latin
Dari ilmu pengetahuan yang telah diterjemahkan di atas, kemudian berkembang dan menumbuhkan hasil karya sarjana-sarjana muslim berupa komentar, analisa dan hasil pemikirannya, antara lain sarjana-sarjana muslim yang terkenal ialah Al Kindy, Al Farabi, Ibnu Rusyd dan Ar-Razy

Penterjemahan buku-buku bahasa Arab ke bahasa Eropa

Segala ilmu pengetahuan yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, berkembang dengan pesatnya sampai ke Spanyol di saat negeri itu dikuasai oleh orang-orang Islam.

Berdirilah di sana universitas-universitas, di antaranya universitas Toledo yang merupakan pusat sekolah tinggi dan ilmu pengetahuan Islam.

Banyak orang-orang Eropa yang datang belajar ke sana dan kemudian kembali serta menterjemahkan ilmu pengetahuan yang telah mereka peroleh ke dalam bahasa Eropa seperti bahasa Latin, Inggeris, dan lain-lain.

Demikianlah berjalan terus sehingga akhirnya orang-orang Eropa berusaha hendak memindahkan segala ilmu pengetahuan yang telah diolah dan dimasak oleh sarjana-sarjana muslim ke benua Eropa, baik ilmu pengetahuan Islam dan kebudayaan Timur atau ilmu pengetahuan yang berasal dari Yunani, seperti filsafat, logika dan lain-lain.

Dalam tahun 1085 M, kota Toledo jatuh ketangan Kristen. Segala orang dipaksa masuk Kristen, yang menolak dibunuh mati atau dibakar. Berbagai guru pada Sekolah Tinggi Islam, terpaksa jadi Kristen, guna memelihara nyawanya. Islam pemeluk Kristen ini, dinamakan Mozarabes. Mozarabes inilah, pemegang peranan penting mengembangkan ilmu Islam keseluruj negeri-negeri Barat.
Dari keterangan di atas bahwa penyebaran ilmu pengetahuan Islam tentulah melalui penterjemahan dari bahasa Arab ke bahasa Eropa. Memang penterjemahan sangat diutamakan ketika itu, baik oleh Mozarabes atau oleh orang-orang Eropa yang telah belajar di Sekolah Tinggi Islam.

Sebagai contoh, seorang Mozarabes yang telah mengubah namanya dengan Petrus Alphonsi, pergi ke Inggeris dan mendirikan Perguruan Tinggi di sana serta mengajarkan pengetahuan Islam.

Di antara ahli-ahli penterjemah ke dalam bahasa Latin di Toledo ketika itu antara lain ialah Raymond, yang telah menterjemahkan buku-buku tentang ilmu hitung, astronomi, kedokteran, falsafah dan lain-lain, hasil karya sarjana-sarjana muslim, seperti Al Farghani, Abu Ma'syar, Al Kindy, Ibnu Jabanit dan Al Gazali. Selanjutnya Plato of Tripoli dan Jhon of Seville serta Herman the Dalmatian dan lain-lain.

Demikian juga Costantin Africanus, menyalin buku-buku kedokteran dan anatomi. Adelard Bath menterjemahkan buku-buku ilmu alam, astronomi, ilmu pasti dan kesenian ke dalam bahasa Arab.

Banyak lagi orientalis yang lain berusaha mempelajari dengan teliti dan menterjemahkan buku-buku ilmu pengetahuan ke dalam bahasa Eropa.

Dari keterangan -keterangan di atas, jelas bahwa :

  • Bahasa Arab merupakan jembatan bagi bangsa Eropa untuk mempelajari bermacam bidang ilmu pengetahuan.
  • Penterjemahan ilmu pengetahuan dari bahasa Yunani, Persia, India dan lain-lain ke dalam bahasa-bahasa Arab kemudian ke bahasa Eropa, menunjukkan bahwa bahasa Arab mampu menerima dan membahasakan segala aspek bidang ilmu pengetahuan dan memegang peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan

Wednesday, February 27, 2019

Orientalisme Pada Zaman Pertengahan dan Abad ke 18 sampai Abad ke 20.

Setelah perang Salib, gerakan orientalisme ini makin dipergiat. hal ini disebabkan karena pengalaman pahit kekalahan orang-orang Eropa pada perang bersenjata itu. Mereka ingin merongrong Islam dari dalam. Mulailah mereka lebih giat mempelajari bahasa Arab sebagai alat untuk memahami Al-Qur'an, senjata untuk memukul dan memutar balikkan pemahaman dan pengertian orang-orang Islam terhadap agama dan kitab mereka sendiri.

Walaupun orang-orang Eropa mengalami kekalahan pada perang Salib, tapi keuntungan yang mereka peroleh ialah pengalaman dan pengetahuan secara langsung tentang kemajuan yang telah dicapai oleh orang-orang Islam (Arab) di Timur, baik di bidang angkatan perang, perusahaan, perdagangan, pertanian, seni bangunan, kebudayaan dan bermacam-macam bidang ilmu pengetahuan.

Di sini timbullah keinginan mereka untuk memindahkan segala macam ilmu pengetahuan itu ke dunia Barat dengan jalan menguasai Timur baik secara langsung atau tidak. Karena ini pula yang menimbulkan dorongan yang kuat bagi orang-orang Eropa (orientalis) untuk mempelajari bahasa Arab lebih mendalam lagi.

Hasil yang mereka peroleh membuahkan tiga pokok tujuan mereka, Yaitu:
  • Karena fanatik agama dengan bahasa Arab yang mereka pelajari dapat menjembatani mereka untuk mempelajari bahasa Ibrani. Sehingga mereka dapat mendalami ajaran agama mereka dalam bahasanya yang asli.
  • Dengan pengetahuan bahasa Arab yang mereka miliki timbullah keinginan yang kuat bagi mereka untuk menjadi misi dan zending, untuk menyebarkan agama Nasrani di Timur dan untuk melumpuhkan agama Islam.
  • Dengan pengetahuan bahasa Arab tersebut mereka akan dapat menguasai dan menjajah negara-negara Timur dan Islam yang berbahasa Arab.
Sehingga pada masa itu dengan modal studi yang mendalam tentang bahasa Arab, tumbuh dan bertemu tiga gerakan, yaitu gerakan orientalisme, misi/zending dan penjajahan

Selanjutnya Al Kharboutly mengutip tulisan Gustav le Bon dalam bukunya "Hadharatul Arab" terjemahan Adil Zuaitir dalam bahasa Arab sebagai berikut:

"Sesungguhnya bangsa Timurlah yang mengeluarkan bangsa Barat dari kegelapan kepada kemajuan, karena ilmu pengetahuan Arab dan kebudayaannya yang diambil oleh perguruan tinggi Eropa sehingga berhasil menimbulkan masa kebangkitan bagi bangsa Eropa".

Orientalisme Pada Abad ke 18 - 20

Pada masa ini penelitian para orientalis terhadap Islam dalam kebudayaannya mulai didasari dengan penelitian yang sistematis dan teratur dengan menggunakan metode penelitian ilmiyah (scientific research).

Secara lahiriah mereka menggunakan scientific research tapi didalamnya terselubung niat-niat buruk untuk melumpuhkan Islam.

Seperti halnya Napoleon waktu memasuki Mesir banyak membawa para ahli dalm bermacam-macam bidang ilmu pengetahuan ketimuran. Mereka ini langsung terjun kelapangan menyelidiki bermacam-macam bidang ilmu pengetahuan tersebut untuk mensukseskan tujuannya baik untuk penjajahan atau memusuhi Islam.

Di lain pihak pada masa ini pula tumbuh kejujuran para orientalis Barat dalam menyelidiki pengetahuan dan kebudayaan Islam secara mendalam berdasarkan ilmiyah semata-mata. Karena itu pada abad ke 19 dicatat sebagai awal sikap orang-orang Barat menghargai Islam. Mereka ini tidak dapat menelan mentah-mentah segala bentuk caci maki yang membuta terhadap Islam yang dilontarkan oleh gereja karena tidak sesuai dengan penelitian dan realita serta pandangan intelektual mereka.

Pada masa ini timbul dalam dunia Islam di negara-negara Arab tokoh-tokoh reformasi Islam seperti Jamaluddin Al-Afghani. Syekh Muhammad Abduh. Rasyid Ridha dan lain-lain. Karena pengaruh pembaharuan ini timbulnya beberapa Perguruan Tinggi Islam di dunia Timur yang bukan saja mempelajari ilmu pengetahuan agama Islam secara mendalam dengan metode pengajaran yang baik, tapi juga dipelajari disana ilmu pengetahuan umum seperti politik, ekonomi, kedokteran, teknik, filsafat, kebudayaan dan pengetahuan lainnya.

Karena kebangkitan umat Islam ini pula dengan bermacam-macam aliran pembaharuannya, seperti yang terdapat di Mesir, Tunis, Sudan dan Saudi, ditambah pula dengan sebagian kaum orientalis yang bersifat jujur dalam penelitian dan analisa mereka terhadap Islam, membuat sempitnya tujuan semula dari orang Eropa, golongan gereja dan penjajah dalam usaha hendak melumpuhkan Islam.

Akhirnya timbullah usaha-usaha mereka mendirikan satu bagian khusus dari Universitas yang terdapat di negara mereka (Eropa dan Amerika) atau mendirikan Institut khusus untuk mempelajari bahasa Arab dan agama islam dengan nama Islamic Studies.

di sini diberikan kesempatan kepada orang-orang Islam Timur untuk datang belajar ke sana dengan dujamin segala biaya dan fasilitasnya .Tujuan ini adalah untuk menggoyahkan keimanan dan pandangan mahasiswa Islam yang dikirim untuk terhadap islam sendiri ,terutama bagi mereka yang dangkal pengetahuannya terhadap agama islam.

Jika mereka kembali ke negerinya ,seperti halnya yang terdapat di negeri Mesir sendiri sering terjadi konflik antara dua golongan yang berbeda paham.Yaitu antara yang berpaham Barat dan berpaham Timur dalam menilai masalah agama Islam. Hal ini karena berbeda tempat berpijak dan tidak sama sumber pengetahuannya. Sehingga akhirnya menimbulkan kerugian bagi umat Islam sendiri.

Tuesday, February 26, 2019

Sebab Timbulnya Orientalisme Barat

Timbulnya orientalisme disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :

Karena Fanatik Agama dan Dorongan Ilmu Pengetahuan

Ketika Islam berkembang dengan pesatnya dan dalam masa satu abad kekuasaannya telah melintasi jazirah Arab. Afrika Utara dan sampai Spanyol serta negara-negara Eropa lainnya.

Sebelumnya orang-orang Eropa berprasangka buruk, bahwa orang Islam dan orang-orang Arab sangat kejam dan bengis. Penyiaran agama disebarkan dengan pedang dan dengan kekerasan. Sangkaan ini rupanya meleset. Orang-orang Islam dan Arab mempunyai akhlak yang tinggi dan mulia, penuh keadilan dan toleransi terhadap pemeluk-pemeluk agama lain. Rakyat Spanyol yang beragama Kristen diberikan kebebasan memeluk agamanya, walaupun negara tersebut telah dikuasai oleh orang-orang Arab.

Kemakmuran rakyat dan pembangunan maju dengan pesatnya. Berdirilah sekolah-sekolah di Sevilla, Toledo, dan Cordova dan diajarkan disana bermacam-macam cabang ilmu pengetahuan. Para ulama dan cendikiawan dimuliakan. Karena itu banyak orang-orang Kristen Eropa yang belajar disana dan banyak pula orang-orang Kristen Eropa yang memeluk agama Islam.

Akhirnya timbullah kecemasan dan kekhawatiran pemuka-pemuka agama Kristen Eropa terhadap kemajuan agama Islam. Mereka takut kalau agama Islam menjalar ke seluruh benua Eropa. Timbullah fanatik agama, timbullah hasad dan dengki serta benci terhadap Islam dan orang-orang Arab. Mereka ingin pula memiliki ilmu pengetahuan yang telah dimasak oleh orang-orang Islam baik yang bersumber dari Yunani atau dunia Timur seperti filsafat, kebudayaan, sejarah ilmu pasti, ilmu falak dan lain-lain.

Untuk mencapai tujuan ini mereka harus datang ke Andalus untuk belajar, dengan lebih dahulu mempelajari bahasa Arab di sana.

Demikian juga orang-orang Yahudi Eropa, melihat kemajuan Islam yang tidak bisa mereka ingkari itu, hal tersebut menimbulkan sifat fanatik mereka terhadap agama Yahudi. Karena fanatisme agama ini, baik dari kalangan orang-orang Nasarani atau Yahudi masing-masing ingin memperdalam agama mereka dari sumbernya yang asli yang berbahasa Ibrani. Sebagai jembatan untuk mempelajari bahasa Ibarani itu, mereka lebih dahulu harus belajar bahasa Arab.

Mereka benci terhadap Islam, khususnya bagi orang-orang Yahudi perasaan tersebut didasari oleh suatu organisasi rahasia yang memberikan gairah untuk kehidupan bangsa Yahudi pada masa depan. Organisasi ini bernama "Free Masonry" (Masoniah).
Free Masonry adalah organisasi rahasia yang sangat benci terhadap Islam. Kristen dan pengikutnya, Organisasi ini sudah sejak 1940 tahun yang lalu, walaupun dengan nama yang lain dari yang sekarang, mulanya didirikan tahun 37 M, diberi nama "Kekuatan tersembunyi".
Kedua golongan ini datang ke sekolah-sekolah/Perguruan Tinggi Islam di Andalus, untuk mempelajari bahasa Arab dan Islam dengan maksud:
  • Untuk menghancurkan Islam sendiri dengan perantaraan pengetahuan yang diperolehnya.
  • Untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang telah diolah oleh orang-orang Islam, seperti: ilmu kedokteran, filsafat matematika dan lain-lain. 
Karena ketika itu Eropa dikuasai oleh golongan Gereja, maka dari golongan inilah yang banyak datang belajar ke Andalus, yang terdiri dari para Paus, Uskup, dan Pendeta Katolik. Para Paus, Uskup, dan pendeta Katolik yang memulai mengatur dan mengembangkan orientalisme. Dan dengan pengaruh merekalah raja-raja dan penguasa-penguasa Eropa tertarik pada orientalisme.

Diantara kaum orientalis yang terkemuka, pada generasi pertama dari perkembangan orientalisme adalah:
  • Jerbert de Oralic (1938-1003), seorang pendeta Katolik yang pergi ke Andalusia dan belajar pada perguruan-perguruan tinggi Islam di Cevilla dan Cordova. Sehingga ia terkenal seorang yang pandai dalam bahasa Arab, ilmu pasti dan ilmu falak. Kemudian ia diangkat menjadi Paus (1999-1003) dan menjadi Paus pertama dari bangsa Perancis.
  • Dicuil, namanya sangat gemilang dalam tahun 1125. Ia seorang pendeta Islam, berkunjung ke Mesir, menyelidiki tentang piramid dan keadaan keislaman di Mesir.
  • Pierre le Venerable (1904-1156), seorang pendeta Perancis. Ia ke Andalusia menambahkan pengetahuannya. Kemudian ia kembali kenegerinya mengembangkan kebudayaan Arab. Dan menyusun buku-buku untuk menentang orang Islam dan Yahudi.
  • Danial of Morly. Mulanya ia belajar di Oxford dan Paris. ia tidak merasa puas dengan universitas-universitas Barat. Lalu berangkat ke Andalusia. Namanya terkenal antara tahun 1170-1190.
  • Gerard de Cremona (1111-1187) pendeta Haila menuju ke Toledo Andalusia untuk memperdalam bahasa Arab. Ia telah menyalin tidak kurang dari 87 buku bahasa Arab tentang falsafah kestabilan, ilmu pasti dan ilmu falak ke dalam bahasanya sendiri. Diantaranya, ia telah menyalin: Rasail Al Kindi fii 'aqli wal ma'qul, Ihshul 'ulum karangan Al-farabi dan Al-Qanun Fifthib karangan Ibnu Sina.
  • Michael Scot dari pendeta Scotland dan lain-lainnya. 
Di samping itu mereka ini menurut Dr. Oemar Amin Husain :
Eropa pertama mendapat pendidikan Islam Toledon adalah Adelard Bath yang kemudian menjadin ahli matematika dan fisafuf Inggeris masyhur. Ia memindahkab Universitas Toledo ke Universitas Cambridge dan Oxford di Inggeris.

Ada beberapa orang Yahudi yang menjadi pemeluk agama Kristen, seperti: Juan Abendaud yang telah mengganti Raymon sebagi uskup di Toledo. Ia telah menterjemahkan beberapa kitab Arab seperti: Mantik dan filsafat Ibnu Rusydi tahun 1230. Dan kitab Siasah oleh Aristo dan terjemahan Ibnu Betrek, Aljabar dan matematika ke dalam bahasa Latin.

Demikian juga Juan de Sevilla telah menterjemahkan empat buku karangan Abi Ma'syar Al Balkhi ke dalam bahasa Latin.
Ada seorang bernama Mark, seorang Yahudi bekerja sebagai Canon pada Gereja Yahudi di Toledo. Ia agaknya teman Gerard. Buku-buku bahasa Arab lain yang tidak disalin Gerard, ia menyalinnya. Kebanyakan yang disalinnya, ilmu-ilmu tentang udara, air tempat-tempat.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa orang-orang eropa sejak abad ke XI giat mempelajari bahasa Arab dan pengetahuan Islam serta peradabannya di Andalusia (Spanyol), sampai sirna agama Islam dengan jatuhnya Granada tahun 1492. Setelah itu mereka berkisar ke negara-negara Timur.

Memang banyak orang-orang Barat (orientalis) yang memperdalam bahasa Arab dan kemudian menjadi orang yang ahli dalam bidang nahwu, sharaf. adab (sastra) dan balaghah, kemudian ada pula yang memperdalam di segi aqidah dan syari'ah.

Tapi sangat disayangkan segala ilmu pengetahuan yang telah mereka peroleh, bukanlah untuk menimbulkan keyakinan mereka terhadap Islam tapi pada umumnya adalah dijadikan alat untuk memusuhi Islam sendiri dengan kedok selubung ilmiyah, scientific research.

Karena perasaan iri hati, aqidah dan syari'ah Islam yang murni mereka bumbui dengan keterangan-keterangan yang bathil yang dapat meragukan dan mengaburkan hakekat Islam itu sendiri. Sehingga kadang-kadang dapat menggoyahkan keyakinan umat Islam terhadap agamanya di satu pihak dan sifat antipati rakyat Eropa serta persaan benci kepada Islam dilain pihak.

Penjajahan, Politik dan Perdagangan

Penjajahan adalah salah satu sebab timbulnya orientalisme. Ketika Islam berkembang dengan pesatnya di benua Timur dengan kekayaan ekonomi dan pengetahuan yang tinggi maka orang-orang Eropa makin iri hati dan benci terhadap Islam. Timbullah pula keserakahan mereka hendak menguasai negara-negara di sebelah Timur itu. Apalagi ketika itu Syiria adalah pusat perdagangan antara Timur dan Barat. Sehingga hasil-hasil dari negara-negara Timur berupa rempah-rempah, gula dan lain-lain sebagainya makin dikenal oleh orang-orang Eropa.

Disinilah mereka mempergunakan  para orientalisme untuk menyelidiki tentang keadaan negara-negara Timur baik berupa agama, kebudayaan, ekonomi,, politik dan lain-lain.

Hasil penelitian tersebut dijadikan bahan oleh penguasa-penguasa Eropa untuk menguasai dan menjajah negara-negara Timur di Asia, demikian juga hal yang sama di benua Afrika.

Disamping itu para pemuka-pemuka agama Kristen selalu menghasut rakyat Eropa untuk melepaskan Baitul Maqdis dari tangan kaum muslimin, dengan semboyan perang suci. Inilah diantara sebab-sebab penting yang menyebabkan terjadinya perang Salib I tahun 1096. Orang yang berhasil menanamkan kebencian terhadap Islam ialah: "Johanes Damascendi, Theofanes Confessor, Nicolas Byzantius, Prideaux, Rudolf de Ludheim, Nicolas de Cuse, Vives Marracel, Bibliander, Potinger". Negara-negara di Eropa bersatu untuk menyerang kaum muslimin di Jerussalem. Sebenarnya ini adalah perang penjajahan yang berkedok agama, mulanya bernama Holy War (Perang Suci), kemudian berubah menjadi Crusade (Perang Salib). Pada hakekatnya ini adalah jalan untuk kekerasan di atas benua Timur Islam, di mana di sana terdapat kekayaan ekonomi dan hasil perdagangan yang tinggi.

Sebagai contoh misalnya, sewaktu Napoleon menyerang Mesir ia membawa sarjana-sarjana dan ahli-ahli ke-Islaman untuk diperalat memahami rahasia-rahasia agama Islam dan Umatnya.

Bangsa Belanda ketika menjajah bangsa Indonesia mengangkat Snouck Hurgronje sebagai penasehat pemerintah Hindia Belanda, sedang pada hakekatnya ia di peralat oleh pemerintah Belanda dalam menghadapi umat Islam di Indonesia.

Dr. Abd Mu'nim Moh. Hasanain dalam bukunya "Orientalisme" menulis :
Sebenarnya orientalisme hakekat dan kenyataannya adalah alat penjajah: tujuan orientalisme ini ialah memakai  dan mempergunakan penelitian masalah ketimuran sebagai langkah untuk menyerang/memerangi Islam, menimbulkan rasa keragu-raguan terhadap sumber-sumber Islam agar umat Islam berpaling dari agamanya, agar umat Islam jangan samapai pada kemuliaan dan kekuatannya. tetapi hanya selalu mengekor kepada Barat, dan selalu taqlid masa bodoh dan apatis melihat segala macam kejahatan dan kemorosotan di negeri mereka. 
Para orientalisme adalah antek-antek penjajah Barat terhadap negeri-negeri Timur dan negeri Islam, karena gerakan orientalis ini adalah lanjutan dari Perang Salib dalam bentuk yang lain.  

Monday, February 25, 2019

Beberapa Tujuan Kaum Orientalis Mempelajari Bahasa Arab.

Orientalisme adalah suatu pengetahuan tentang perihal ketimuran yang penting kita ketahui, karena nilai-nilai positif yang terkandung di dalamnya juga terdapat nila-nilai yang negatif. Nilai-nilai yang negatif itu merupakan racun berbisa dalam usaha melumpuhkan Islam dengan paham yang dapat menggoyahkan keimanan kaum muslimin terhadap Al-Qur'an. Rasul, wahyu dan lain-lain.

Para orientalis pada umumnya terdiri dari orang-orang Nasrani dan Yahudi, mempunyai hubungan yang erat dengan missi dan zending Kristen serta penjajah. Mereka selalu merasa tidak senang terhadap Islam dan kaum muslimin, kecuali jika sudah menjadi pengikut mereka. Allah Swt, menjelaskan dalam Al-Qur'an surah Al-Baqarah ayat 120.
"Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka"
Banyaknya buku-buku ketimuran yang ditulis oleh kaum orientalis terutama sekali mengenai agama Islam yang menyangkut masalah Al-Qur'an, Al-Hadits, Tarekh dan Kebudayaan Islam, Hukum Islam dan lain-lain. Untuk menyelidiki ilmu pengetahuan di atas, bahasa Arab adalah sebagai jembatan utama bagi mereka. Bahasa Arablah yang lebih dahulu mereka pelajari untuk menyingkapkan ilmu-ilmu tersebut kedalam bahasa-bahasa Eropah, seperti bahasa Latin, Inggeris, Perancis, Jerman, Belanda dan lain-lain. Kemampuan mereka mempelajari bahasa Arab sampai mendetail, membuat mereka sanggup menterjemahkan buku-buku yang berbahasa Arab ke dalam bahasa mereka, malahan sanggup pula menulis buku-buku yang berbahasa Arab. Hal ini hendaknya menjadi dorongan pula bagi kita kaum muslimin untuk bersungguh-sungguh mempelajari bahasa Arab. Karena bahasa Arab adalah bahasa Al-Qur'an dan merupakan kunci untuk memperdalam ilmu pengetahuan agama Islam.

Di samping tujuan positif kaum orientalis mempelajari bahasa Arab, terdapat pula pada mereka tujuan-tujuan negatif. Mereka berusaha hendak merusak bahasa Arab (fushah) itu sendiri dengan jalan menghidup suburkan bahasa 'Amiyah (bahasa sehari-hari yang berbeda lahjah/dealek di antara bangsa-bangsa Arab itu sendiri) baik berupa tulisan maupun lisan. Dengan maksud untuk memecah-belah persatuan umat Islam baik di kalangan bangsa Arab atau bangsa Ajam. Di samping itu pula untuk menjauhkan dan mengaburkan kaum muslimin dari memahami kitab suci Al-Qur'an.

Karena itu dengan mempelajari 'orientalisme' kita dapat bersifat jujur dan objektif dalam menilai kaum orientalis, dan dapat pula mengetahui klasifikasi kaum orientalis dalam usahanya mempelajari Islam dan bahasa Arab.

Selanjutnya untuk memperoleh gambaran yang terarah terhadap isi buku yang berjudul "Orientalisme dan Studi tentang Bahasa Arab" ini, perlu adanya pengertian dan perumusan dari judul tersebut, yaitu:
  1. Orientalisme terdiri dari kata "Oriental" dan "isme". Oriental artinya timur (kata sifat) dan isme artinya aliran (paham). Jadi "orientalisme" adalah "ajaran dan paham yang bersifat timur"
  2. Studi berasal dari bahasa Inggeris "to study" artinya: "belajar, mempelajari, menelaah, menyelidiki, memeriksa"
  3. Bahasa Arab ialah bahasa yang dipergunakan oleh bangsa-bangsa Arab di Timur tengah dan beberapa negara lainnya. "Bahasa Arab merupakan bahasa resmi di Maroko, Al-jazair, Libya, Republik Persatuan Arab, Sudan, Lebanon, Syiria, Yordania, Irak, dan banyak lagi negara di semenanjung Arabia.   
Jadi dengan kata lain pengertian judul tersebut adalah suatu paham ketimuran yang bermaksud untuk menyelidiki dan mempelajari tentang bahasa Arab.

Kegiatan Orientalisme dalam sejarah perkembangannya, ialah melakukan penelitian, khususnya penelitian terhadap ilmu pengetahuan Islam dan Timur. Sedang klasifikasi tujuan penelitiannya adalah sebagai berikut:
  1. Ada yang bertujuan untuk ilmu pengetahuan semata-mata.
  2. Ada yang bertujuan untuk ilmu pengetahuan, tapi karena kekurangan penyelidikan dan kekeliruannya sehingga menimbulkan kesalahan-kesalahan yang merugikan Islam.
  3. Ada yang bertujuan untuk melumpuhkan Islam.
Usaha-usaha yang mereka lakukan untuk mencapai tujuan tersebut adalah sebagai berikut:
  • Mempelajari bahasa-bahasa Timur, khususnya bahasa Arab dan kesusasteraannya.
  • Menterjemahkan buku-buku dari bahasa Arab ke bahasa Eropah, seperti bahasa Latin, Inggeris, Perancis, Jerman, Belanda dan lain-lain.
Jadi pokok masalah yang dapat dirumuskan dalam pembahasan kali ini adalah:
  • Apakah usaha-usaha kaum Orientalis dalam mempelajari bahasa Arab untuk menyelidiki dan mempelajari agama Islam itu benar-benar bertujuan ilmu pengetahuan semata-mata.
  • Sampai berapa jauh kerja sama kaum orientalis dengan missi dan zending Kristen serta penjajah dalam usaha ini ?.
  • Langkah-langkah apa yang mereka lakukan dalam usaha mencapai tujuan mereka, terutama dalam mempelajari bahasa Arab.
Maka bertitik tolak dari pokok-pokok masalah tersebut, kita akan dapat menemui jawaban dalam tulisan ini melalui pembahasan atau tulisan selanjutnya sehingga samapai pada kesimpulannya. Demikian semoga dapat bermanfaat, mohon maaf atas segala kekurangannya.

Friday, February 1, 2019

Pengertian Mabadi' Khaira Ummah dan Sejarah Perumusannya.

Mabadi' Khaira Ummah artinya langkah-langkah awal menuju terwujudnya umat yang ideal (seperti yang dicita-citakan). Langkah-langkah itu adalah perilaku (akhlak) yang diharapkan dimiliki oleh Nu dan kaum Nahdliyin. 

Mabadi' Khaira Ummah merupak langkah awal pembentukan ummat terbaik (khaira ummah) yaitu suatu ummat yang mampu melaksanakan amar ma;ruf nahi munkar.

Dengan demikian Mabadi' Khaira Ummah sesuai dengan Firman Allah dalam surat Ali Imron ayat 110, yang artinya:
"Kamu adalah ummat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka di antara mereka yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik."
Gerakan Mabadi' Khaira Ummah sudah dilakukan oleh Nahdlatul Ulama' sejak tahun 1935. Pada waktu itu gerakan Mabadi' Khaira Ummah diarahkan kepada penggalangan warga untuk mendukung program pembangunan ekonomi NU.

Sejarah Perumusan Mabadi Khaira Ummah

Islam merupakan akhlakuk karimah, budi pekerti mulia pada tempat yang sangat tinggi, seakan-akan Rasulullah SAW diutus hanya untuk membina akhlak yang mulia. Pembinaan akhlak di kalangan Nahdlatul Ulama dilakukan dalam semua kegiatan organisasi dan kemasyarakatan, termasuk dalam kegiatan peribadatan. Tidak hanya dengan nasehat-nasehat tetapi juga langsung dilakukan dengan perbuatan, seperti: gotong-royong mendirikan madrasah, masjid, jembatan desa, ta'ziyah, tahlil, dakwah, dan lain sebagainya.

Sementara itu kebutuhan utama NU akhir-akhir ini semakin berkembang, sesuai dengan perkembangan NU sebagai suatu organisasi massa yang besar. Meskipun tingkat perekat budaya diantara NU tinggi,kita melihat kenyataan tentang lambannya proses pengembangan tata organisasinya. Hampir disemua tingkat keperusan, pelaksanaan program masih terlihat kelemahannya menajamen  sebagai masalah serius. menyongsong tugas-tugas berat dimasa mendatang, persoalan pembinaan tata organisasi ini perlu ditangani. 

Nahdlatul Ulama (NU) jika melakukan kegiatan pembinaan akhlak dengan menanaamkan  serangkaian akhlak yang disebut "Mabadi' Khaira Ummah" pada zaman kepimimpinan KH.Machfudz Shiddiq. pada waktu itu Mabadi' Khaira Ummah baru terdiri dari 3 (tiga) butir,yaitu: ash-shidqu, al-amanah, dan at-ta'awun.

Pada Munas Alim Ulama NU dilampung tahun 1992, tiga butir itu di tambah dengan dua butir lagi, yaitu: al-'adalah dan al-istiqamah. Juga ada informasi yang menyebutkan bahwa butir kedua adalah al-wafau bil ahdi, yang artinya tepat janji.

Mabadi' khaira ummah dikampanyekan NU kerena didorong oleh keinginan meningkatkan kualitas sumber daya manusia NU,terutama dalam bidang perekonomian yang terbelakang jauh.

Mabadi' Khamsah

Semula Mabadi' Khaira Ummah hanya tiga butir nilai utama,yaitu: As-Shidqu,Al-Amanah wal Wafa bil' ahdi, dan At-ta'awun.Untuk menjawab tuntunan zaman dan timbulnya berbagai macam perubahan, maka perlu ditambahkan  butir-butir baru sebagai pelengkap.Butir-butir tambahan itu telah disepakati dalam Munas Alim Ulama di bandar Lampung (21-25 januari 1992) yaitu Al'-Adalah dan Al-Istiqamah.Dengan demikian,gerakan Mabadi' Khaira Ummah NU saat ini berdiri atas lima butir nilai terpuji yang dapat pula disebut sebagai "Al-Mabadi' Al-Khamsah"yaitu:
  1. As-Shidqu : kejujuran/kebenarann,kesungguhan keterbukaan
  2. Al-Amanah: wal Wafa bil'ahdi : dapat dipercaya,setia dan tepat janji
  3. Al-'Adalah :  bersikap adil, obyektif(tidak memihak),dan tata asas (peraturan)
  4. At-Ta'awun : tolong menolong, setia kawan dan gotong royong dalam kebaikan dan takwa.
  5. Al-Istiqamah : ajeg-ajeg, berkesinambungan dan berkelanjutan.


Pandangan Tentang Islam dan Negara, Menurut Syari'ah dan Fiqh.

Terdapat beberapa pendapat mengenai hubungan antara agama dan negara. Setidaknya ada tiga pendapat yang perlu  kita ketahui. Penjelasan mengenai tiga macam paham yang dimaksud dapat dilihat sebagai berikut:
  • Islam Ideologis, inti ajarannya ialah ingin mendirikan negara Islam baik secara langsung maupun tidak langsung.
  • Sekuler, inti ajarannya adalah memisahkan agama dari politik.
  • Pandangan Fiqih, inti ajarannya adalah agama dan negara harus saling mengakui dan mengisi.

Syari'ah dan Fiqh

Pengertian Syari'ah di Arab Saudi mengalami penyempitan karena Syari'ah identik dengan hukum negara. Padahal, pembahasan dalam ilmu fiqh lebih luas dari pada hukum negara (syari'ah). Masalah wudhu, hukum pidana (jinayat), dan banyak lagi masalah lain diatu dalam Fiqh. Fiqh merupakan penerapan dari syari'ah dalam segala aspek kehidupan, bukan hanya dalam urusan negara.

Pendekatan fiqh merupakan cara yang ditempuh oleh para sahabat Nabi yang bersikap netral (tdak memihak) terhadap perebutan kepemimpinan politik oleh sahabat Nabi yang lainnya. Mereka lebih berkeinginan mengembangkan Islam sebagai agama yang rahmatanlil'alamin (rahmat bagi seluruh alam). Mereka tidak ingin ikut dukung-mendukung dalam masalah politik ysng menggunakan agama sebagai alat. Mereka mendukung siapa saja yang bisa menegakkan ketertiban masyarakat. Selain itu, para sahabat tersebut juga berusaha melunakkan kehidupan politik agart tidak ditentukan berdasarkan hukum rimba (siapa kuat, dia menang).

Menurut pendekatan fiqh, menurut negara dibicarakan oleh berbagai bagian kelompok dalam masyarakat. Bentuk negara tidak diputuskan sendiri oleh Muslim, walaupun muslim menjadi kelompok terbesar (mayoritas). Apabila Islam bersifat ideologis maka akan ada kewajiban dalam agama untuk mendirikan negara Islam. Namun, tidak ada rukun Iman dan rukun Islam yang menyuruh Muslim mendirikan sebuah negara untuk menerapkan Islam.

Paradigma (cara pandang) fiqh merupakan suatu pandangan yang melihat kehidupan berdasarkan pada prinsip-prinsip umum seperti toleransi, persamaan, keadilan, dan demokrasi (syuro). Pemikiran paradigma fiqh mendasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
  1. Mencari keseimbangan dalil-dalil teks (al-Qur;an dan Hadits) (naqli) dengan dalil-dalil akal (aqli)
  2. Mencari keseimbangan antara pengetahuan yang berasal dari akal dengan pengetahuan yang berasal dari olah hati. Oleh karena itu, paradigma fiqh membolehkan syufi dalam batas-batas syari'ah
  3. Tidak menghakimi seorang Muslim sebagai kafir, walaupun dia belum memiliki tauhid yang murni.
Paradigma fiqh memiliki prinsip-prinsip dalam proses pengambilan keputusan berkaitan dengan penerapan ajaran-ajaran Islam dalam suatu sistem kemasyarakatan, termasuk sistem politik tertentu.