Thursday, December 7, 2017

Sejarah Singkat Masuknya Islam ke Nusantara



Masuknya agama Islam di Indonesia banyak diceritakan dalam sejarah, bahwa awal-awal masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia tidak terlepas dari para pedagang-pedagang muslim dari tanah Arab dan lainnya. Dan secara garis besar penyebaran agama Islam di Nusantara Indonesia melalui beberapa faktor. Lebih jelasnya kita simak berikut ini.

Perdagangan

Sejak abad ke- 7 – ke- 16 M, pedagang muslim dari Arab, Persia dan India yang datang ke Indonesia telah ikut ambil bagian dalam kegiatan perdagangan.

Pedagang muslim yang berdagang ke Indonesia makin lama makin banyak sehingga membentuk pemukiman yang disebut Pekojan. Dari Pekojan inilah mereka berinteraksi, dan berasimilasi dengan warga lokal sembari menyebarkan agama Islam.

Perkawinan

Saudagar muslim yang masuk ke Indonesia banyak yang menikah dengan warga lokal. Sebelum perkawinan berlangsung, para wanita pribumi yang belum beragama Islam di minta mengucapkan Syahadat sebagai tanda menerima Islam sebagai agamanya. Melalui proses, interaksi seperti inilah penduduk pribumi lambat laun mengenal nilai dan ajaran Islam.

Melalui interaksi tersebut pada gilirannya keluarga muslim itu berkembang menjadi perkampungan muslim, lebih luas lagi menjadi masyarakat muslim. Masyarakat muslim inilah yang kemudian hari berkembang menjadi kerajaan Islam.

Pendidikan

Penyebaran agama Islam melalui pendidikan dilakukan setelah terbentuknya masyarakat muslim pribumi. Pendidikan diselenggarakan oleh guru agama, kiai serta ulama.

Mereka memberikan pendidikan berawal dari rumah, masjid serta mushalla. Setelah itu, mereka mendirikan madrasah dan pondok pesantren untuk mendidik generasi mudah yang tertarik menjadi peran santri. Pesantren ini terbuka bagi saipapun dan dari daerah lain. Semakin terkenal kiai yang mengajar di sebuah pesantren itu, semakin besar pula pengaruh pesantren tersebut di tengah masyarakat. Setelah selesai mengikuti pendidikan, mereka kembali ke kampung halaman masing-masing. Ada pula yang pergi ke tempat-tempat yang lain, di sana para santri berdakwah dan mengajarkan Islam. Aktivitas seperti inilah yang turut memperluas pengaruh Islam ke berbagai penjuru Indonesia.

Tasawuf

Cara penyebaran Islam yang lain adalah melalui tasawuf. Tasawuf adalah salah satu doktrin atau ajaran Islam untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt (hubungan vertikal). Ajaran ini memudahkan orang yang telah mempunyai dasar ketuhanan lain untuk mengerti dan menerima ajaran Islam.

Ajaran tasawuf ini banyak dijumpai dalam cerita babad dan hikayat masyarakat setempat. Beberapa tokoh penyebar tasawuf yang terkenal adalah Syaikh Hamzah Fansuri, Syaikh Syamsuddin, Syaikh Abdul Samad, dan Syaikh Nuruddin ar-Raniri.

Kesenian

Penyebaran agama Islam di Indonesia terlihat pula dalam kesenian Islam, seperti peninggalan seni bangunan, seni pahat, seni musik dan seni sastra. Hasil-hasil seni ini dapat pula dilihat pada bangunan masjid kuno di Aceh, Demak, Cirebon, dan Banten. Kesenian adalah salah satu unsur kebudayaan, sehingga kesenian mengambil peran penting dalam titik penyebaran Islam melalui budaya.

Berdasarkan bukti-bukti yang ada, Islam pertama kali masuk ke Indonesia pada abad ke-7 Masehi atau abad ke-1 Hijriah. Masuknya Islam ke Indonesia dari Arab melalui dua jalur, yaitu:

  • Jalur Utara, dengan rute: Arab (Mekah dan Medinah), Damaskus, Bagdad, Gujarat (pantai Barat India), Srilanka, dan Indonesia.
  • Jalur Selatan, dengan rute: Arab (Mekah dan Medinah), Yaman, Gujarat (pantai barat India), Srilangka, dan Indonesia.

Masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia adalah peranan para pedagang, khususnya para pedagang Islam dari Arab, Persia dan Gujarat/India. Mereka datang ke daerah-daerah di Indonesia untuk berdagang sekaligus menyebarkan agama Islam. Dari interaksi yang terjadi antara para pedagang muslim dengan penduduk setempat, agama Islam kemudian berkembang sampai berdirinya sebuah kerajaan.

Kerajaan Samudera Pasai adalah kerajaan Islam pertama di Indonesia. Pada saat itu, Pasai menjadi pusat perdagangan yang banyak di singgahi para pedagang dari berbagai Negara, termasuk para pedagang Islam dari Gujarat dan Persia. Demikian pula para pedagang dari berbagai daerah di Indonesia seperti para pedagang Jawa. Dari interaksi para pedagang Islam dengan orang Jawa, Islam juga berkembang di Pulau Jawa.

Perkembangan Islam di pulau Jawa terjadi sangat cepat, seiring dengan semakin lemahnya Kerajaan Majapahit. Komunitas muslim di Jawa kemudian mendirikan kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa, yakni Kerajaan Demak. Dalam perkembangannya Kerajaan Demak tumbuh menjadi pusat penyebaran agama Islam ke berbagai daerah di Indonesia.

Faktor yang menyebabkan Islam mudah diterima oleh rakyat Indonesia dan berkembang dengan cepat adalah:

  • Syarat-syarat masuk Islam sangat mudah. Seseorang telah dianggap masuk Islam bila ia telah mengucapkan dua kalimat syahadat.
  • Ajaran Islam tidak mengenal adanya kasta-kasta dan menganggap semua manusia mempunyai kedudukan yang sama di hadapan Allah. Kemudian seseorang tidak ditentukan oleh kaya miskinnya, pangkat dan jabatannya, tetapi oleh nilai ketakwaannya kepada Allah.
  • Upacara-upacara keagamaan dalam ajaran Islam sangat sederhana dan tidak harus mengeluarkan banyak biaya.
  • Agama Islam yang menyebar di Indonesia disesuaikan dengan adat dan tradisi bangsa Indonesia dan dalam penyebarannya dilakukan dengan damai tanpa kekerasan.
  • Sifat bangsa Indonesia yang ramah tamah member peluang untuk bergaul lebih erat dengan bangsa lain. Di dalam pergaulan yang erat itu kemudian terjadi saling mempengaruhi dan saling pengertian.
  • Runtuhnya Kerajaan Majapahit memperlancar penyebaran agama Islam.

Faktor-faktor tersebut di atas didukung pula dengan semangat para penganut Islam untuk terus menyebarkan agama yang telah dianutnya. Bagi penganut Islam, menyebarkan agama Islam adalah sebuah kewajiban.

Teori Masuknya Islam ke Indonesia

Banyak teori dan pendapat tentang sejarah masuknya Islam ke Nusantara. Teori-teori dan pendapat-pendapat tersebut memiliki dasarnya masing-masing. Yang jelas, Islam di Nusantara disebarkan dengan cara damai tanpa kekerasan.

Ada tiga teori yang menjelaskan mengenai masuknya Islam ke Indonesia. Yakni, teori Gujarat (India), teori Persia, dan Makkah.

Teori pertama, Gujarat (India) Islam masuk ke Indonesia melalui para pedagang Gujarat (India) yang beragama Islam pada sekitar abad ke- 13 M.
Teori kedua (Persia) berkeyakinan, masuknya Islam ke Indonesia melalui peran pedagang asal Persia yang dalam perjalanannya singgah di Gujarat sebelum ke Nusantara sekitar abad ke-13 M.
Teori ketiga (Makkah) menyebutkan, Islam tiba di Indonesia dibawa langsung oleh para pedagang Muslim yang berasal dari Timur Tengah sekitar abad ke- 7 M.

Tentang kapan persisnya Islam masuk ke Indonesia, sebagian besar Orientalis (Peneliti Barat tentang Islam) berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7 M dan ke-13 M. Pendapat itu didasarkan pada dua asumsi. Pertama, bersamaan dengan jatuhnya Baghdad pada 656 M di tangan penguasa Mongol yang sebagian besar ulamanya melarikan diri hingga ke kepulauan Nusantara. Kedua, ditemukannya beberapa karya sufi pada abad ke-13 M.

Ada juga pendapat yang mengatakan, justru Islam pertama kali masuk ke Nusantara pada abad pertama Hijriah. Yakni, pada masa pedagang-pedagnag sufi Muslim Arab memasuki Cina lewat jalur laut bagian barat. Kesimpulan itu didasarkan pada manuskrip Cina pada periode Dinasti Tang. Manuskrip Cina itu mengisyaratkan adanya permukiman sufi-Arab di Cina, yang penduduknya diizinkan oleh Kaisar untuk sepenuhnya menikmati kebebasan beragama. Cina yang dimaksudkan dalam manuskrip pada abad pertama Hijriah itu tiada lain adalah gugusan pulau-pulau di Timur Jauh, termasuk Kepulauan Indonesia.

Pada manuskrip Cina itu pula, terdapat informasi mengenai jalur penyebaran Islam di Indonesia. Disebutkan, masuknya Islam bukanlah dari tiga jalur emas ( Arab, India, dan Persia) sebagaimana tertulis dalam buku-buku sejarah selama ini, melainkan langsung dari Arab yang dibawa oleh para pedagang Arab.

Perkembangan Islam di Indonesia

Perkembangan Islam di beberapa wilayah Indonesia sekitar abad ke-12 sampai abad ke-16 adalah sebagai berikut:

Pulau Sumatera
Pada abad ke-7 M daerah Sumatera bagian utara adalah pusat perdagangan rempah-rempah yang sangat ramai. Pedagang-pedagang dari Arab banyak berlabuh di daerah tersebut. Letak pelabuhan yang berada diujung utara pulau Sumatera, menyebabkan daerah ini menjadi tempat yang strategis untuk menunggu datangnya angin musim dari Timur Laut yang menuju ke Barat. Dalam masa penantian musim tersebut, pedagang muslim Arab memanfaatkannya dengan bermacam aktifitas, di antaranya yaitu menyebarkan Islam.

Di Sumatera bagian selatan, kemunduran Kerajaan Buddha Sriwijaya pada abad ke-13 M, dimanfaatkan oleh Kerajaan Islam Samudera Pasai untuk muncul sebagai satu kekuatan baru.

Pulau Jawa
Penyebaran agama Islam di Pulau Jawa diperkirakan berasal dari Malaka. Namun, kapan tepatnya tidak diketahui dengan pasti. Bukti tertua tentang agama Islam di Pulau Jawa berasal dari batu nisan Fatimah Binti Maimun di Leran Gresik, yang berangka tahun 1082 M. Namun, hal ini belum berarti bahwa saat itu Islam sudah masuk ke daerah Jawa. Setelah akhir abad ke-13 M, bukti-bukti Islamisasi sudah banyak ditemukan di Pulau Jawa. Hal ini dapat di lihat dari penemuan beberapa batu nisan bercorak Islam di Troloyo, Trowulan dan Gresik. Dalam Berita Ma-huan (1416) terdapat keterangan tentang adanya orang-orang muslim yang tinggal di kota pelabuhan Gresik. Hal ini membuktikan bahwa komunitas masyarakat muslim mulai berkembang baik di Jawa, terutama di kota-kota pelabuhan.

Pada waktu Kerajaan Majapahit mengalami masa kemunduran, di awal abad ke-15 M, kota-kota pelabuhan seperti Tuban dan Gresik muncul sebagai pusat penyebaran agama Islam. Dari kedua kota ini, pengaruh agama Islam menyebar ke kota-kota pelabuhan yang merupakan daerah perdagangan yang sangat ramai seperti Cirebon, Sunda Kelapa, dan Banten.

Pulau Sulawesi
Penyebaran agama Islam di Pulau Sulawesi, terutama bagian selatan diperkirakan terjadi pada abad ke-16 M. Di daerah ini proses Islamisasi terjadi melalui konversi pusat kekuasaan (istana/keraton). Konversi agama dijalankan dengan pusat kekuasaan yang telah ada.