Wednesday, January 30, 2019

Sumber Ajaran Aswaja An-Nahdliyyah dan Pengembangan Asas Ijtihad Madzhabi.

Cara menentukan hukum dan Ajaran Ahlussunnah Waljama'ah dalam tradisi jam'iyah NU sangat bergantung pada cara mencari pemecahan masalahnya. Terdapat beberapa cara pemecahan masalah dalam tradisi NU, yaitu:
  • Maudhu'iyah artinya tematik, yaitu mencari pemecahan permasalahan disesuaikan berdasarkan temanya.
  • Qonuniyah artinya terapan, yaitu hampir sama dengan cara maudhu'iyah. Qonuniyah menggabungkan beberapa jenis keilmuan untuk memecahkan suatu permasalahan. Misalnya" ketika akan membuat suatu peraturan daerah, pemimpin daerah mempertimbangkan kaidah fiqh, pertimbangan politik, ekonomi, dan keadaan masyarakat.
  • Waqi'iyah artinya kasuistik, cara ini digunakan untuk menghadapi masalah yang tidak kompleks (sederhana). Untuk menyelesaikannya cukup mengutip salah satu sumber hukum yang sudah ada.

Berikut ini akan dijelaskan cara mencari sumber untuk dijadikan dasar dalam memecahkan masalah yang menjadi tradisi keagamaan NU.

Madzhab Qauli

Pendapat atau pandangan keagamaan ulama Ahlussunnah Waljama'ah dikutip (diambil) secara utuh. Seperti mengutip dari kitab "Al-Iqtishad fi al-'itiqad" karangan Abu Hamid al-Ghazali yang menjabarkan aqidah Asy'ariyah atau kitab "al-Umm" yang menghimpun qaul (pendapat/perkataan) Imam Syafi'i. Apabila kita ingin memperluas atau memperdalam pemahaman, pandangan agama merujuk (berdasarkan) kepada kitab syarah (penjelasan, komentar) yang disusun oleh ulama Aswaja dalam madzhab yang sama. Seperti kitab "al-Majmu" karya Imam Nawawi yang mengulang pandangan fiqh Imam Syairazi dalam al-Muhazhab.

Agar terjaga keutuhan pandangan dalam sebuah masdzhab, kita harus menghindari pengutipan pendapat (qaul) dari kitab yang penulisnya bermazhab lain. Misalnya, kita tidak boleh mengutip pendapat Imam Malik dari kitab Fiqhu al-Sunnah karya Sayid Sabiq. Kita juga tidak boleh mengutip syarah hadits Ibnu Daqiq al-Ied berjudul Muntaqa al- Akhbar dari ulasan al-Syaukani dalam Nayl al-Awthar.

Madzhab Manhaji

Dalam membahas masalah kasuistik (menggunakan cara waqi'iyah) seringkali kita perlu menyertakan dalil. Dalil sumber hukum (nash syar'i) yang digunakan dapat berupa kutipan ayat Al-Qur'an tau diambil dari sunnah/hadits. Berikut langkah-langkah cara mengutip yang dianjurkan:

Pertama, kutipan ayat dari mushaf dengan rasam Utsmani lengkap petunjuk nama surah dan nomor urut ayat serta menyertakan terjemahan standar Departemen Agama RI. Kutip juga tafsir atas ayat tersebut oleh ahli tafsir yang berfaham Aswaja dari kitab tafsir yang diakui keunggulannya (mu'tabar). Keunggulan tafsir bisa ditelusuri dari sumber dan media yang digunakan untuk membantu dalam menafsirkan. Selain itu perlu diperhatikan pula cara penerapan kaidah penetapan hukum (istinbath) atas nash ungkapan Al-Qur'an. Kesungguhan mufassir sebagai ulama Aswaja (Sunni) diperlukan sebagai jaminan atas mutu penafsiran dan pentakwilan.

Kedua, Penukilan matan sunnah/hadits harus berasal dari kitab ushul hadits standar dengan mencantumkan nara sumber Nabi serta nama periwayat/nama mukharrij (kolektor). Penggunaan sunnah/hadits sebagai dalil hukum (hujjah syar'iyah) harus mempertimbangkan apakah sunnah/hadits yang tersebut shahih, hasan, atau dha'if. Pengambilan kesimpulan mengenai isi (nash) sebuah hadits berdasarkan pada pembahasan yang disampaikan oleh ahli hadits (muhaddisin) yang paham keagamaannya diakui sebagai Sunni.

Ketiga, Pengutipan kesepakatan ulama (ijma) perlu memisahkan antara kesepakatan para sahabat Nabi SAW (ijma shahabi) yang diakui tertinggi kekuatan alasan hukumnya dan kesepakatan para ulama pemikir setelah zaman sahabat (ijma mujtahidin). Sumber pengutipan ijma sebaiknya mengacu pada kita karya ulama yang diakui seperti Imam Nawawi dan lain-lain.  

Pengembangan Asas Ijtihad Madzhabi.  

Penerapan hukum (tathabiq al-syar'iyah) dalam proses penyusunan RUU/Raperda bisa menggunakan cara mengambil keputuasan (ijtihad) yang dikenal luas olah ulama Sunni. Misalnya" 'Umumu al-Balwa, Qaul Shahabi, Qaul Tabi'in, Mura'atu al-Khilaf, kondisi darurat, asas 'Uruf/Ta'amul, 'Amalu Ahli al-Madinah, Istihsan, Syar'u al-Dzara'i, Istihab, Mashalil Mursalah, Maqashid al-Syari'ah, Siyasay Syar'iyah dan lain-lain.

Pelaksanaan cara mengambil keputusan (ijtihad) perlu didukung kebijaksanaan dalam mengenali bobot masalahnya. Pertimbangan tersebut terutama berkaitan dengan: masalah, konteks (keterkaitan) dengan kepentingan individu atau kebijakan publik (masyarakat umum), akibatnya pada masalah keimanan (aqidah) dan semangat keagamaan (ghirah diniyah), tingkat kesulitan dalam pelaksanaan, membuka peluang pelanggaran hukum, dan resiko jangka panjang. Oleh karena itu, kerumitan (kompleksitas) masalah di negara yang agamanya beragam (plural), perumusah hukum yang menggunakan asas ijtihad (berusaha mencari kemajuan/hal yang baru) harus di lakukan secara bersama untuk mencapai kesepakatan (ijmai'i) dan terjamin cara pengambilan kesimpulannya (istidlal).


Monday, January 28, 2019

Pengertian Pendekatan dan Model Pembelajaran yang Mengaktifkan Siswa.

Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada disekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar juga merupakan proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu (Sudjana, 1989:28). Kegiatan pembelajaran dilakukan oleh dua orang pelaku, yaitu gurudan siswa. 

Perilaku mengajar dan perilaku belajar tersebut terkait dengan penggunaan pendekatan dan model pembelajaran yang mengaktifkan siswa. Hubungan antara guru dan siswa harus bersifat dinamis dan syarat dengan makna edukasi. Untuk itu penggunaan pendekatan dan model pembelajaran harus mampu mengaktifkan siswa agar terdapat perubahan pada diri siswa dalam kegiatan belajar, untuk itu pendekatan dan model pembelajaran harus dirancang dengan baik agar kegiatan pembelajaran dapat mencapai hasil yang optimal.

Pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri dari berbagai komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Komponen tersebut meliputi: tujuan, materi, metode, dan evaluasi. Keempat komponen pembelajaran tersebut harus diperhatikan oleh guru dalam memilih dan menentukan pendekatan, dan model-model pembelajaran apa yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran.

Pengertian Pendekatan dan Model Pembelajaran yang Mengaktifkan Siswa

Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Roy Kellen (1998) mencatat bahwa terhadap dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada guru (teacher-centered approaches) dan pendekatan yang berpusat pada siswa (student-centered approaches). Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan strategi pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori. Sedangkan, pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan strategi pembelajaran inkuiri dan discoveri serta pembelajaran induktif.

Menurut Sanjaya (2008:127) "Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum." Berdasarkan kajian terhadap pendapat ini, maka pendekatan merupakan langkah awal pembentukan suatu ide dalam memandang suatu masalah atau objek kajian. Pendekatan ini akan menentukan arah pelaksanaan ide tersebut untuk menggambarkan perlakuan yang diterapkan terhadap masalah atau objek kajian yang akan ditangani.

Sedangkan model-model pembelajaran yang mengaktifkan siswa biasanya disusun berdasarkan berbagai  prinsip atau teori belajar. Para ahli menyusun model pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran, teori-teori psikologis, sosiologis, analisis sistem, atau teori-teori lain yang mendukung (Joyce & Weil, 1980). Joyce & Weil mempelajari model-model pembelajaran berdasarkan teori belajar yang dikelompokkan menjadi empat model pembelajaran yaitu:
  • Model interaksi sosial, dalam model ini siswa dituntut aktif berinteraksi dengan lingkungan belajarnya.
  • Model pemrosesan informasi, yaitu menuntut siswa untuk aktif dalam memlih dan mengembangkan materi yang akan dipelajarinya.
  • Model personal, yaitu menuntut siswa untuk mampu mengeksplorasi, mengelaborisasi dan mengaktualisasikan kemampuannya dalam kegiatan pembelajaran.
  • Model modifikasi tinglah laku, yaitu siswa harus mampu mengembangkan kemampuannya melalui tugas-tugas belajar, pembentukan perilaku aktif dan manipulasi lingkungan untuk kepentingan belajar.

Model tersebut merupakan pola umum perilaku pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Joyce & Weil (1980) berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana  atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum atau rencana pembelajaran jangka panjang, merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajarannya.


Sunday, January 27, 2019

Metode Dakwah Muballigh Pada awal Islam Masuk ke Indonesia.

Sejak awal Islam masuk ke Indonesia  para Muballigh dalam penyiaran Islam menggunakan metode, antara lain:

Metode Silaturrahmi 

Para mubalig Islam dalam melaksanakan penyiaran melakukan Silaturrahmi,yaitu mendatangi masyarakat yang belum memeluk Islam dari rumah ke rumah sambil membawa dagangannya. Mereka tidak semata-mata mengajak untuk masuk Islam, tetapi mereka menawarkan  dagangannya. Sehingga mereka yang didatangi tidak merasa kalau dirinya telah dipengaruhi untuk masuk Islam.  

Orang yang telah terpaut hatinya untuk masuk Islam, maka para mubalig pun secara terus menerus mendatangi mereka sambil diberi hadiah sebagai tali ikatannya. Meraka yang rajin melakukan silaturrahmi adalah Syaikh Maulana Ishaq. Dalam satu riwayat diceritakan Syaikh Maulana Ishaq datang dengan membawa tiga kapal barang dagangannya. Satu kapal di jual dan dua kapal untuk shadaqah orang yang di kunjungi.

Silaturrahmi ini juga di lakukan oleh para muballigh lainnya seperti Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Kaligaja. Sehingga dakwah Islamia bisa maju pesat di Indonesia karena silaturrahmi para muballigh tersebut.

Metode Ketauladanan

Para mubalig yang datang di Indonesia dalam menyebarkan Islam lebih banyak memberi suri tauladannya dari pada banyak omongannya. Ketauladanan ini tercermin dalam sikapnya yakni cara berbicara, cara berpikir, cara berpakain, cara bergaul dengan orang lain dan cara menyelesain suatu masalah. Kalau para mubalig mengajak untuk mengerjakan shalat, maka mereka terlebih dahulu mengerjakan shalat. Apa yang diajarkannya tentang ibadah pasti para mubalig telah mengerjakannya.

Sunan Kaligaja misalnya,mengajak orang Jawa masuk agama Islam, terlebih dahulu dia meng-Islamkan keluarganya. Sunan Gunung Jati mengajak masyarakat Cirebon dan Banten untuk menjadi orang Islam yang baik, dia terlebih mengajak keluarganya menyempurnakan Islamnya. Sikap Ketauladanan ini tidak saja dilakukan oleh para mubalig Islam dalam masalah peribadatan saja, tapi dalam bentuk amaliyah lainnya.

Melalui suri tauladan tersebut diatas masyarakat yang baru memeluk agama Islam mengalami kesulitan dalam mengerjakan ajaran Islam. Begitu juga dengan memberi suri tauladan ini komunikasi antara para mubalig dengan peserta tabligh terbuka dengan luas. tidak ada jarak pemisah antara keduanya. Dengan demikian niali ajaran Islam dapat terserap dengan lancar oleh peserta tabligh.

Metode Dialog

Metode dialog ini digunakan oleh para muballigh ketika mereka mengadakan sarasehan dan ketika mengajar agama secara langsung. Dialog ini bermaksud agar peserta tabligh lebih memahami dan mendalami ajaran Islam. Dialog apa yang digunakan oleh para mubalig pada saat itu? Dialog yang digunakan adalah dialog timbal balik, yakni mubalig dan peserta tabligh bebas terbuka menyampaikan dan menanyakan sesuatu. Sehingga dalam proses dialog ini tidak di temukan hambatan yang berarti. tidak ada emosi dalam diaolog itu,yang ada adalah persaudaraan dan keakraban.

Muballigh yang paling sering menggunakan dialog dalam tablignya adalah Sunan Kalijaga. Dialog ini dia lakukan ketika menampilkan tontonan wayang. Setelah selesai pertunjukan penonton diberi kesempatan untuk bertanya tentang apa yang belum paham dalam pertunjukan itu. Apakah alur ceritanya,apakah maksud dan tujuan cerita dan karakter tokoh-tokoh yang ditampilkan. Sehingga dari hasil dari dialog yang di lakukan Sunan Kalijaga itu lahir para dalang yang ikut menyebarkan Islam bersama Sunan Kalijaga.

Persinggahan Muballigh Islam dan Masuknya Islam ke Indonesia.

Jalur laut merupakan jalur yang ramai menjadi lalu lintas para pedagang Arab dan Gujarat. Mereka hilir-mudik membawa dan menjajakkan dagangannya. Meskipun dalam berdagang mereka singgah dibandar-bandar, namun tujuan para pedagang itu adalah negara Cina. Negara yang telah mempunyai peradaban maju dan dikenal oleh hampir setiap orang Arab, bahkan pernah Nabi Muhammad SAW menyebutkan dalam hadistnya, " Carilah ilmu walau di negara Cina".

Tidak mengherankan jika pada zaman Islam, lalu lintas perdagangan, dilaut terus berjalan sebagaimana biasanya, bahkan cenderung semakin meningkat. Para pedagang Arab yang hilir mudik dilautan lepas sudah beragama Islam. Oleh karenanya kegiatan mereka bukan saja untuk berdagang, tetapi juga untuk menyiarkan agama Islam kepada orang yang ditemuinya. Sehingga mereka berlayar tidak saja sebagai pedagang tapi juga sebagai Muballigh (penyiar agama Islam).

Dalam perjalanannya dari Arab sampai dengan Cina, mereka singgah dibeberapa bandar, yaitu:

Bandar Gujarat

Bandar ini terletak di negara Hindia. Bandar Gujarat merupakan Bandar utama dan pertama persinggahan pedagang Arab menuju Indonesia, Malaka, Philipina, Vietnam dan Cina. Di Gujarat ini mereka berdagang sambil berdakwah mengajarkan agama kepada penduduk setempat.persinggahan ini tergantung dari cuaca cerah yang ada.

Bandar-Bandar di Nusantara

Setelah singgah di gujarat, para pedagang melanjutkan perjalanan ke nusantara. Di nusantara mereka singgah di Aceh, kemudian ke Palembang. Kemudian dilanjutkan ke Jawa seperti Sunda Kelapa, Cirebon, Semarang, Tuban dan Gresik.


Masuknya Islam ke Indonesia


Agama Islam masuk ke Indonesia terjadi dalam tiga gelombang, yaitu:

Gelombang pertama, Islam masuk ke Indonesia dimulai dari abad ke 7 M sampai dengan abad ke 10 M.

Gelombang ini dinamakan masa Islamisasi (peng-Islaman) masyarakat pribumi Indonesia. Proses Islamisasi ini berjalan secara damai tanpa ada paksaan dan kekerasan.Oleh karena itu waktu yang dilalui proses Islamisasi ini sangat panjang, hampir 300 tahun

Pada masa ini penganut Islam telah hadir dikepulauan Indonesia.Namun pada masa awal itu Islam masih menjadi  agama yang dianut oleh para pedagang muslim yang singgah di perairan dan bandar-bandar penting Nusantara.Sejak saat itu mulai tumbuh kelompok-kelompok yang mengamalkan ajaran agama Islam. Kelompok ini terus berkembang hingga mendekati pusat-pusat Kerajaan hindu-budha.

Gelombang kedua terjadi pada abad ke-10 M sampai ke-13 M.

Pada abad ini Islam  masuk ke Indonesia sacara besar-besaran.Muballigh yang datang bukan saja orang Arab,tapi juga orang persia dan Gujarat.Para Muballigh itu terdiri dari para pedagang dan kaum Sufi,pada abad ini para Muballigh tersebut mulai meramba masuk ke pedalaman memperkenalkan berbagai hal tentang ajaran Islam.Sejak saat itu tumbuhlah kelompok-kelompok penganut  agama Islam di kota-kota dan pedalaman Indonesia.Dari kelompok-kelompok inilah nanti berdiri kerajaan Islam di Nusantara.

Gelombang ketiga terjadi pada abad ke-13 M sampai dengan ke-15 M.

Pada gelombang ini Muballigh yang datang adalah para ahli sufi dan para ahli politik. Mereka masuk Indonesia setelah kerajaan Islam Daulah Abbasiyah dihancurkan oleh tentara Tartar. Dengan kedatanggan para Muballigh ini Isalm di Indonesia mempunyai wawasan politik dan sufi. Oleh karena itu di Indonesia berdirilah kerajaan Islam dan aliran-aliran sufi, yakni Naqsabandiyah, Qadariyah, Satariyah, dan sebagainya.

Manfaat Menulis bagi Guru.

Banyak guru yang tidak memahami apa manfaat dari menulis. Hal ini sering berakibat pada ketidak mauan guru untuk menulis,baik buku, bahan ajar, laporan penelitian, artikel untuk media cetak, maupun berbagai bentuk tulisan lainnya. Bobbi De Porter (1999) mengemukakan dalam konsep quantum learning bahwa teramat penting untuk mengetahui apa manfaatnya bagiku (teori Ambak). Dalam hal ini apa manfaat menulis bagi kita sebagai guru, masyarakat, umat beragama, dan sebagainya. Hal ini akan berimplikasi pada motivasi dan konsentrasi penulis terhadap tulisan yang dibuatnya.

Manfaat menulis bagi guru dapat diidentifikasi menjadi sebagai berikut.

  • Menulis menjadi media untuk menuangkan ide, gagasan, dan pemikiran mengenai berbagai hal, khususnya terkait dengan tugas dan fungsinya sebagai tenaga pendidik.
  • Menulis merupakan media untuk mengembangkan kemampuan guru dalam memecahkan masalah. Menulis merupakan salah satu cara untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh guru di kelas dan di sekolah atau berbagai permasalahan yang dihadapi oleh bangsa ini. Dalamhal ini, berkaitan dengan fungsinya sebagai pendidik.
  • Menulis bermanfaat untuk kelancaran kenaikan pangkat guru, baik di sekolah negeri maupun sekolah swasta. Guru yang mampu menulis buku atau artikel dinilai sebagai guru yang memiliki kemampuna lebih dalam profesinya. Tulisan yang dibuat oleh guru juga mencerminkan sejauh mana guru memiliki penguasaan kompetensi terhadap bahan ajar/pengetahuan terkait dengan bidang/ruang lingkup pengetahuannya.
  • Menulis bermanfaat untuk pengembangan materi atau bahan ajar dalam mata pelajaran yang diembannya. Dengan menulis, seperti menulis buku mata pelajaran, berarti guru telah melakukan pengembangan materi pelajaran yang harus dikuasai oleh peserta didik. Materi tersebut akan dibaca dan dianalisis oleh guru-guru lain, khususnya guru yang memiliki mata pelajaran yang sama atau satu rumpun pelajaran. Berdasarkan analisis itulah, guru akan mendapatkan masukan, kritik, saran, dan pengembangan dari tulisan yang dibuatnya.
  • Tulisan yang dibuat oleh guru akan menjadi investasi bagi dirinya untuk kepentingan akhirat. Guru yang meyakini bahwa setelah kehidupan di dunia ini ada kehidupan akhirat maka ia akan termotivasi untuk banyak menulis. Dengan menulis, ia yakin telah berbuat kebaikan. Bahkan ketika ia telah tiada. Perkembangan Islam sampai saat ini merupakan salah satu contoh dari jasa para penulis al-Qur'an dan al-Hadist. Tanpa teks al-Qur'an dan al-Hadist, kita akan sulit untuk menerima kebenaran ajaran Islam sebagai agama yang hakiki di muka bumi ini.
  • Menulis akan mengikat pengetahuan yang dimiliki oleh penulis itu sendiri. Dengan menulis, guru dapat membuka kembali pemahamannya mengenai sesuatu yang ditulis dan mengembangkannya dengan lebih muda. Tanpa ada tulisan, guru akan sulit mengembangkan materi bahan ajar dan pengetahuan yang dimilikinya.
  • Menulis merupakan bagian dari pertanggungjawaban profesi terhadap stakeholdernya (berbagai pihak yang menggunakan jasanya). Guru yang menulis sudah barang tentu akan berinteraksi dengan pelanggan-pelanggannya, seperti siswa, guru lain, orangtua, dan dunia usaha/dunia industri. Semua pihak tersebut sangat berkepentingan untuk melihat sejauh mana guru memiliki kemampuan atau tidak dalam bidang profesinya (mata pelajaran/bidang studinya).
  • Menulis juga dapat menghantarkan penulisannya sebagai jutawan. Banyak penulis yang kemudian menjadi unjuk kemampuan untuk menulis ide, pikiran dan gagasannya dalam bentuk tulisan yang menarik. Setiap tulisan yang dimuat dalam media cetak akan mendapatkan honor, demikian halnya tulisan dalam bentuk buku yang ditertbitkan oleh penerbit akan mendapatkan honor yang besar.
  • Menulis akan menghantarkan penulisnya sebagai seseorang yang terkenal. Simak saja pengalaman penulis novel "ayat-ayat cinta" Habiburrahman El Shirazy, karena novel yang ditulisnya, siapa yang tidak mengenal beliau. Selain novelnya difilimkan, dia menjadi terkenal di mata penulis, masyarakat, tokoh politik, guru, umat Islam, dan berbagai kalangan anak-anak, remaja, pemuda, dan orang tua. Selain itu buku lainnya pun akan difilimkan juga. Hal ini menunjukkan bahwa dengan menulis Habiburrahman El Shirazy menjadi terkenal.

Setelah kita menelusuri berbagai hal yang merintangi guru untuk menjadi penulis, tergambarlah saat ini bahwa seorang guru dapat menjadi seorang penulis. Adapun berbagai sebab, mitos, dan manfaat yang belum diketahui guru sampai saat ini seharusnya dapat memberika dorongan kepada guru untuk langsung menulis.

Menulis dalam arti menuangkan ide, pikiran, dan gagasan guru dalam bentuk tulisan tidak saja dapat dapat dilakukan oleh guru, tetapi oleh semua orang. Terkecuali, menulis yang dikaitkan dengan karya sastra, maka hanya sastrawan saja yang dapat menulis hal tersebut.

Kunci untuk dapat menulis adalah terus berlatih menuliskan ide, pikiran, dan gagasan dalam bentuk tulisan. Menulis tidak memiliki teori khusus yang harus dipelajari melalui suatu proses perkuliahan, menulis pun tidak dapat dicapai hanya dengan membaca, mendengar, atau mengikuti kuliah, tetapi harus dilakukan dengan cara berlatih menulis, kemudian menulis lagi.

"Demikian beberapa manfaat menulis bagi guru selamat mencoba" 

Friday, January 25, 2019

Pengertian Ulil Amri dan Cara Mentaatinya.

Manusia hidup tidak lepas dari segala urusan, sebab manusia hidup di dunia ini semuanya mesti berusaha untuk memenuhi kebutuhan. Kebutuhannya terutama kebutuhan pokok jasmani berupa sandang, pangan, papan, dan kebutuhan pokok rohani yaitu agama yang melahirkan keyakinan diri, keterangan, ketentraman dan kesejahteraan bathiniyah.

Dalam memenuhi kebutuhan tersebut ada kalanya terjadi persamaan-persamaan dan tidak jarang pula terjadi perbedaan-perbedaan. Manakala sedang terjadi persamaan kepentingan bisa melahirkan kerja sama antara manusia, namun apabila terjadi perbedaan maka sering kali pula menimbulkan gesekan-gesekan dan terjadi permasalahan-permasalahan.

Urusan manusia ini ternyata bertambah lama bertambah banyak dan rumit dan tidak semua urusan itu bisa ditangani sendiri. Umpanmanya urusan keamanan harus ada yang mengurus, urusan kemasyarakatan harus ada yang mengurus, urusan kesejahteraan harus ada yang mengurus. Agar manusia tidak saling bentrok, tidak saling jegal, tidak saling menindis dibutuhkan kepemimpinan untuk mengatur dan melaksanakan segala urusan umum itu dengan penuh keadilan dan keseimbangan.

Maka pemimpin (ulil amri) itu sangat dibutuhkan dalam kehidupan bersama baik dalam keluarga yang disebut kepala keluarga, dalam masyarakat yang disebut pemimpin masyarakat berbagai tingkat seperti kepala desa (di desa), camat (di kecamatan), bupati di tingkat (kabupaten), gubernur di tingkat propinsi dan presiden (di tingkat negara).

Agar kepemimpinan masyarakat berjalan dengan baik demi tertibnya serta majunya kehidupan masyarakat, maka anggota masyarakat wajib mentaati pemimpin-pemimpinnya dari tingkat yang paling rendah sampai tingkat yang paling tinggi (presiden). Ketaatan tersebut adalah mutlak, apabila pemimpin itu juga taat kepada aturan hukum yang berlaku, taat kepada agama yang dijunjung tinggi oleh masyarakat.

Agama Islam menganjurkan kepada kita untuk menghormati dan mentaati para pemimpin, baik pemimpin yang resmi (pemerintah) maupun pemimpin yang tidak resmi (para ulama). Al-Qur'an menegaskan agar kita taat kepada pemimpin yang taat kepada Allah dan Rasulnya, yaitu pemimpin yang melaksanakan agama Allah, tidak dzalim, jujur dan adil.

Apabila pemimpin itu berbuat tidak memperdulikan keadilan, dzalim dsb, maka kita tidak wajib taat, bahkan dengan kemampuan kita harus berusaha menghentikan kejahatan-kejahatannya. Adapun tata cara menghentikan kejahatan tersebut dengan cara yang dianjurkan oleh Rasulullah, sebagaimana dalam sabdanya/Hadis yaitu:
"Apabila kamu melihat kemungkaran maka cegahlah dengan tanganmu, bila tidak mampu maka dengan lidahmu, bila tidak mampu maka dengan hatimu, yang demikian adalah selemah-lemahnya iman" (H.R. Bukhari-Muslim)

Pengertian Ulil Amri

Ulil Amri berasal dari bahasa Arab artinya adalah: Pemerintah, pemimpin yang mengatur dan melayani urusan masyarakat.

Pemerintah : Adalah orang yang memerintah, mengatur dan melayani urusan yang menyangkut kepentingan masyarakat dalam suatu negara (Pemerintah berdasarkan undang-undang, sehingga fungsi negara atau pemerintahan berjalan dengan baik).

Pemimpin : Adalah orang yang memimpin sekelompok orang, baik kelompok kecil maupun kelompok lebih besar sesuai dengan sifat atau jenis organisasi kelompok yang dipimpinnya. Sebagai contoh ada pemimpin keluarga (Bapak/Ibu), pemimpin sekolah (kepala sekolah), pemimpin agama (ulama), pemimpin perusahaan (direktur) dsb.

Orang yang punya urusan : Maksudnya semua orang yang menjadi anggota organisasi itu. Apakah ia sebagai warga negara, sebagai anggota organisasi (perkumpulan), sebagai anggota keluarga dan lain-lainnya. Penduduk kota semuanya pasti mempunyai urusan dalam melaksanakan tugas kehidupannya.

Pada dasarnya setiap manusia adalah pemimpin. Presiden memimpin negara, ulama pemimpin agama, guru pemimpin muridnya, bapak pemimpin keluarganya, kita masing-masing adalah pemimpin diri kita. Semua kepemimpinan itu hendaklah dilaksanakan dengan baik dan benar sebab semuanya akan dipertanggung jawabkan kepemimpinannya dihadapan Allah sebagai pertanggung manusia terhaap Allah Swt.
"Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan ditanya pertanggungjawabannya atas kepemimpinannya masing-masing" (H.R. Bukhari-Muslim).


Cara Mentaati Ulil Amri

Mentaati kebijaksanaanya.

Kebijaksanaan pemimpin yang baik dan benar harus ditaati, karena kebijaksanaan tersebut telah diambilnya untuk kepentingan dan kebaikan masyarakat yang dipimpinnya. Contoh: Pemerinyah mengambil kebijksanaan agar harga semen tidak terlalu tinggi dan menyengsarakan konsumen maka perlu ditangkan semen dari luar negeri.

Melaksanakan Perintahnya.

Perintah pemimpin yang baik dan benar wajib dilkasanakan oleh rakyatnya, contohnya: Pemerintah memerintahkan untuk mengamankan negara dari gangguan keamanan, rakyat harus mau melaksanakan siskamling.

Menjaga Amanatnya.

Amanat pemerintah yang baik dan benar harus dijunjung tinggi, dijaga agar tujuan pembangunan berhasil contohnya: pemerintah mengamanatkan kepada rakyat agar menjaga nama baik bangsa diluar negeri, jangan menjelek-jelekkan atau merendahkan martabat bangsanya sendiri atau merendahkan pemimpinnya sendiri.

Menghargai Gagasan-gagasannya.

Gagasan-gagasan pemerintah yang baik dan benar harus kita hargai sebagai contoh: gagasan pemerintah tentag wajib belajar 9 tahun pada awalnya merupakan gagasan, setelah dikaji dan diuji kelayakannya barulah menjadi ketetapan/keputusan.

Melaksanakan Peraturan.

Aturan-aturan pemerintah yang telah disepakati oleh DPR dan ditetapkan oleh undang-undang, harus kita laksanakan, contohnya: Peraturan pemerintah tentang perpajakan, pendidikan dsb. 








Kiat-Kiat Menjadi Seorang Guru Penulis.


Kiat menulis merupakan suatu hal yang penting bagi guru sebagai bahan untuk menyikapi proses penulisan. Kali ini secara khusus akan menguraikan kiat-kiat bagi guru untuk menjadi seorang penulis yang handal, baik untuk kepentingan pembelajaran maupun untuk pengembangan profesinya sebagai tenaga pendidik professional.

Berikut adalah beberapa kiat agar menulis tidak terhambat.

Tuliskanlah apa yang ada dalam pikiran anda. Jangan pernah berhenti menuliskan apa yang ada dalam pikiran. Apakah hal itu terkait dengan masalah yanh dihadapi dengan siswa, media pembelajaran, sumber belajar, materi pembelajaran, atau peran orangtua dalam pembelajaran, dan sebagainya. Pokoknya semua yang ada dalam pikiran anda harus segera dituliskan. Jangan terganggu dengan pikiran “apakah tulisan ini bagus atau tidak”, yang penting “tuliskan”.

Sediakan media untuk menampung tulisan anda. Media ini dapat berupa buku tulis, mesin tik, computer PC (personal computer), atau laptop. Bahkan anda pun dapat menggunakan buku (tulis) saku untuk menuliskan berbagai fenomena dan pikiran yang muncul setiap saat. Bagi guru, fenomena, permasalahan, ide pembaruan tidak akan pernah surut dari kehidupannya sebagai pendidik. Dalam pelaksanaan kerjanya, guru berinteraksi secara terus menerus dengan peserta didik, rekan kerja seprofesi (guru-guru lain), pimpinan institusi (kepala sekolah), Pembina profesi (pengawas sekolah), stakeholder (orangtua, pemerintah daerah, kecamatan, kelurahan, rukun warga, rukun tetangga, tokoh masyarakat, dan dunia usaha/dunia industri) semuanya memberikan peluang untuk memunculkan masalah dan ide pembaruan. Oleh karena itu, anda diharapkan untuk memiliki dan selalu siap menuliskan apa yang ditemui dan terlintas dalam pikiran. Buku catatan dapat menjadi salah satu fasilitas yang paling mudah untuk itu.

Cobalah menempatkan diri anda pada sudut pandang yang berbeda. Cobalah untuk memandang apa pun yang ditemui dan ditulis dari sudut pandang yang berlawanan untuk sementara waktu. Ini memberikan kesempatan pada anda untuk berpikir tentang masalah itu secara objektif sekaligus kreatif. Misalnya, untuk menuliskan cara pembelajaran yang efektif. Cobalah untuk berpkir bahwa anda adalh siswa atau orangtua. Cobalah merasakan dari sudut pandang yang berbeda. Tanyalah diri kita, “Jika kita sebagai siswa, apakah kita akan merasa senang dengan pembelajaran yang terjadi?” Tentu hal ini akan memberikan kesegaran pada diri anda dalam merumuskan cara jitu mewujudkan pembelajaran yang efektif.

Sekali waktu, cobalah untu keluar dari aktivitas rutin anda sebagai guru. Cobalah menulis pada waktu yang berbeda dari kebiasaan sehari-hari. Naik sepeda atau jalan kaki kesekolah, berbelanja di pasar yang berbeda, atau ambillah jalan lain menuju ke rumah sepulang dari sekolah. Melakukan hal-hal secara berbeda membuat anda dapat melihat segala sesuatu dengan cara baru dan membuat hubungan-hubungan yang tak pernah anda rasakan sebelumnya. Mengapa hal ini perlu? Menulis merupakan upaya untuk menuangkan ide, gagasan, dan pikiran-pikiran baru. Inilah media untuk mengisi pikiran anda dengan hal-hal baru.

Selingi proses menulis dengan berbagai kegiatan kecil. Kadang-kadang anda perlu mengesampingkan tulisan yang sedang digarap. Pergilah jalan-jalan dan kemudian kembalilah pada pekerjaan dalam keadaan segar, atau kerjakanlah sesuatu yang lain untuk sementara waktu. Hal ini ditujukan untuk menyegarkan pikiran penulis. Ketika terasa buntu dalam berpikir. Kebekuan menulis sering muncul ketika penulis akan menyelesaikan tulisannya. Untuk itu, tinggalkan sebentar atau selingilah dengan kegiatan yang lain sebelum kembali menulis.

Ubahlah lingkungan anda sebagai guru ketik menulis. Temukan spot baru untuk menggarap tulisan, parkirlah kendaraan anda di suatu tempat yang menghadap pemandangan indah, seperti gunung, perkebunan, persawahan, laut kemudian menulislah. Anda juga dapat menulis di halaman belakang, di teras atau tempat-tempat lain untuk perubahan suasana.
Cobalah membicarakan tulisan Anda dengan orang lain, khususnya siswa Anda. Walaupun mereka tidak paham sepenuhnya, tetapi biasanya mereka memiliki pendapat dari sudut pandang yang berbeda. Jadi, Anda dapat menarik benang merah dari pendapat orang lain untuk memperkaya isi tulisan tersebut.

Luangkanlah waktu Anda selama sejam setiap harinya. Misalnya sebelum atau setelah tidur malam. Penyelesaian sebuah tulisan tidak harus dilakukan sekaligus, sehingga Anda akan selalu berada di depan computer selama berhari-hari. Luangkanlah beberapa jam sehari untuk kegiatan Anda menulis. Waktu satu jam dapat tersedia kapan saja, tetapi lebih mudah untuk mengatur jadwal jika sebelum atau setelah tidur malam. Dalam kurun waktu dua bulan, guru sudah dapat satu buku, artikel, makalah, atau best practice.

Akseslah internet (jika memungkinkan). Internet merupakan dunia baru yang penuh dengan informasi. Apakah terkait dengan pengetahuan, berita, bahan ajar, hiburan, bahkan bisnis. Keterbukaan informasi bagi guru melalui internet akan mempermudah untuk mendapatkan bahan-bahan penulisan, selain memberikan penyegaran ketika guru merasa buntu dalam menulis. Bahkan guru dapat masuk dalam satu komunitas penulis, guru mata pelajaran, pendidik, alumni, dan sebagainya. Permasalahan dan isu-isu kontemporer pun tersedia lengkap di internet. Untuk itu penting bagi guru dan penulis untuk mampu mengakses internet.

Kerjakanlah aktivitas menulis dengan senang hati. Rasa senang dalam menulis akan sering muncul ketika penulis memiliki visi yang jelas mengenai arah dan tujuan menulis. Semakin dekat Anda dengan arah dan tujuan penulisan, maka akan semakin sering muncul rasa senang dalam diri penulis. Sukses itu tidak harus menjadi orang terkenal terlebih dahulu, banyak juga orang sukses yang tidak terkenal. Oleh karena itu, penulis harus memiliki visi yang jelas mengenai perannya dalam kehidupan, apakah visi di pekerjaan, di keluarga ataupun di masyarakat. Dari visi yang jelas seorang penulis akan menemukan dan memiliki gairah yang luar biasa untuk melakukan berbagai hal, termasuk menulis. Walaupun demikian, tidak serta merta menulis itu jadi lancar, kadang-kadang rasa bosan, jemu, kebuntuan dalam berpikir membayangi proses penyelesaian tulisan. Jangan khawatir, jalani prosesnya dalam menguatkan visi penulis. “Selamat mencoba….!”

Wednesday, January 23, 2019

Pengertian Ahlussunnah Wal Jama'ah dan Tokoh-Tokohnya.


Dalam kesempatan kali ini kita akan membahas tentang Ahlussunah waljamaah atau biasa disingkat dengan istilah Aswaja. Aswaja adalah merupakan istilah yang diperebutkan maknanya oleh berbagai firqah atau kelompok Islam. Hal itu karena ahlussunah waljamaah merupakan suatu kelompok yang benar dan akan masuk ke dalam surga. Hal ini dinyatakan dalam hadits Nabi yang berbunyi:
“Rasulullah saw bersabda: demi Tuhan yang menguasai jiwa Muhammad, sungguh ummatku nanti akan pecah menjadi 73 golongan, satu golongan akan masuk surge dan yang 72 golongan akan masuk neraka, seorang sahabat bertanya, “siapakah mereka yang masuk surga itu, ya Rasulallah? “ Rasul menjawab “mereka itu adalah Ahlus Sunnah wal Jama’ah.” (H.R. Imam Thobrani).
Memang tidak mudah untuk membedakan antara aswaja yang sebenarnya dengan aswaja yang palsu. Kita baru bisa mengetahui kelompok mana yang tidak sebagai pengikut Aswaja, ketika mereka selalu membid’ahkan beberapa ajaran yang dipraktekkan oleh ulama NU. Mereka tidak setuju dengan budaya yang ada di NU seperti tahlilan dan untuk menerapkan ajaran-ajaran Islam. Mereka juga tidak setuju dengan Negara Pancasila yang dinilainya bukan Negara Islam.

Jadi apa yang dipraktekkan oleh ulama NU memiliki landasan agama yang kuat berdasarkan pada alasan dan dalil-dalil Al-Qur’an.

Pengertian Ahlussunnah Waljama’ah

Untuk memahami tentang Ahlussunnah Waljama’ah terlebih dahulu harus kita pahami pengertiannya. Pengertian Ahlussunnah Waljama’ah adalah sebagai berikut:

  • Secara bahasa, terdiri dari 3 kalimat yaitu, Ahlun yang berarti pengikut, As-Sunnah yang berarti jejak Nabi. Al-Jama’ah yang berarti kumpulan atau kelompok (kelompok sahabat Nabi/Tabi’in, dan murid para sahabat nabi/Tabi’it Tabi’in)
  • Secara Istilah adalah, Golongan yang selalu setia mengikuti dan berpegang teguh pada jejak langkah Rasulullah saw. Sebagaimana yang dipraktekkan bersama para sahabatnya semasa hidup dan apa yang dipraktekkan sahabat sepeninggal beliau khususnya Khulafaur Rasyidin.
Jejak langkah Rasul semuanya berasal dari wahyu yang berupa kitab suci al-Qur’an dan sunnah Rasul yang meliputi aqwal (ucapan), ahwal (perbuatan), dan taqrir (penetapan) Rasul. Jejak langkah Rasul tersebut dipegang teguh dan diamalkan oleh para sahabat sehingga menjadi sunahnya, kemudian diteruskan kepada tabi’in dan tabi’it tabi’in.

Ahlusunnah waljama’ah dapat juga di sebut “assawadul A’dhom” yakni golongan terbesar umat Islam yang di dalamnya terdapat para ulama ahlul haq dari berbagai keahlian ilmu. Ada ahli fikih, ilmu kalam, hadis, tafsir, tasawuf dan sebagainya.
Rasulullah saw, berpesan:
“Hendaknya kamu semua berpegang teguh pada sunnahku, dan sunnah Khulafaur Rasyidin yang mendapat petunjuk”. (HR. Abu Daud dan Turmudzi).

Tokoh-tokoh Ahlussunnah Wal Jama’ah

Ahlussunnah Wal Jama’ah lahir pada tahun 3 H/661 M melalui upaya:

  • Abu Hasan Ali al-Asy’ari, tahun 260-324 H. Seorang ulama mu’tazilah yang lebih terkenal dengan nama imam Asya’ari. Lahir di Basrah (Iraq) pada tahun 260 H.
  • Abu Manshur Muhammad bin Mahmud. Abad III H. Dikenal dengan nama al-Maturidi. Beliau lahir di Uzbekistan dan pada tahun 333 H.
Al-Maturidi sebagai seorang tokoh memiliki karangan-karangan kitab. Di antara karangannya yang tercacat adalah Risalah fi al-a’qa’id dan syarh al-Fiqh al-Akbar. Sebagai pengikut Abu Hanifah yang banyak memakai rasio dalam pandangan keagamaannya, al-Maturidi banyak pula memakai akal dalam pandangan keagamaannya.

Demikian ulasan singkat tentang Ahlussunnah Wal Jama’ah (Aswaja) semoga dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin…




Akhlak Kepada Ulama. Pengertian dan Cara Menghormati Ulama.

Ulama adalah pewaris nabi-nabi, artinya setelah Rasul/Nabi wafat maka tugas memimpin, mengajarkan dan menyiarkan ajaran agama menjadi kewajiban para ulama. Sekiranya para ulama bersikap masa bodoh, tidak merasa berkewajiban meneruskan misi agama yang diemban para Rasul berarti pengajaran dan penyiaran agama akan terhenti dan ummat akan kembali terjerumus kepada kekacauanakidah,syariah dan mu'amalah.

Oleh karena itu untuk melestarikan ajaran agama dan memelihara keutuhan iman dalam Islam ummat, maka kedudukan ulama sangat penting. Karena itu wajarlah dan menjadi kewajiban kita kaum muslimin berlaku hormat kepada para ulama, karena nilai para ulam itu sangat tinggi dimata ummat.

Sabda Rasulullah Saw:

Artinya: "Seorang alim yang ilmunya bermanfaat lebih baik daripada seribu hamba" (H.R. Dailani)

Pengertian Ulama Sebagai Pewaris para Nabi

Kata ulama artinya ialah orang-orang yang berilmu, yang dimaksudkan disini adalah orang-orang yang menguasai ilmu agama Islam.

Dalam istilah lain para ulama adalah para pemimpin agama, karena merekalah orang-orang yang mewarisi ilmu agama yang diturunkan kepada Nabi, setelah nabi wafat kemudian dilanjutkan perjuangannya oleh para sahabat, diteruskan oleh para  Tabi'in (pengikut-pengikut sahabat) yaitu para ulama.

Para ulama sebagai pewaris Nabi, mereka gigih mempelajari ilmu agama, memperjuangkan Islam, hingga syiar Islam tersebut tersebar kepada keseluruh masyarakat. Keberhasilannya menguasai ilmu agama Islam menyebabkan mereka diakui oleh masyarakat sebagai "alim ulama" dan keberhasilannya membimbing masyarakar Islam mereka disebut pemimpin agama.

Sebagai pewaris Nabi, para ulama mempunyai fungsi sebagai berikut :

  • Sebagai saksi kehidupan ummat manusia yakni saksi ketaatan atau keingkaran manusia setelah mendapatkan seruan-seruan untuk taat kepada Allah dan RasulNya yakni menjalankan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan Allah.
  • Memberi kabar gembira kepada orang-orang yang taat: yakni menjelaskan tentang masa depan kehidupan manusia yang taat akan memperoleh ampunan Allah dan mendapatkan pahala disisi Allah, mereka akan dibalas dengan surga Allah.
  • Memberi peringatan kepada orang kafir kepada Allah; yakni memperingatkan akan bahaya dan azab Allah amat pedih, agar orang yang ingkar segera kembali kejalan Allah. Bagi mereka yang ingkar dan kafir, akan mengalami penderitaan yang berkepanjangan di hari kemudian dan akan dimasukkan kedalam neraka.
  • Mengajak manusia kejalan Allah; yakni berdakwah/menyeru kepada manusia agar mereka senantiasa berada pada jalan yang benar, kehidupan dan tata cara hidup yang benar dan diridhai Allah. Agar manusia beriman, berakhlaq mulia dan taqwa kepada Allah. Ajakan para ulama ini sesuai dengan izin Allah, artinya tugas para ulama adalah menyeru dan membimbing kejalan yang benar adapun bagi manusia yang tetap ingkar, hal itu diserahkan urusannya kepada Allah Swt.
  • Menjadi lampu penerang (pelita) dalam kehidupan manusia. Artinya dengan ilmunya para ulama menjadi tempat bertanya, tempat dimintai pendapat tentang berbagai masalah yang berkaitan dengan pedoman-pedoman dalam melaksanakan ajaran agama.

Cara Menghormati Ulama

  1. Memperhatikan dan mengikuti petunjuk-petunjuknya; yakni memperhatikan saran-saran, petuah-petuah, nasihat-nasihat agama dari para ulama.
  2. Melaksanakan ketentuan-ketentuannya; yaitu melaksanakan ketetapan hukum suatu masalah yang terjadi di dalam masyarakat, misalnya kita melaksanakan ketentuan-ketentuan tentang penyiaran agama Islam hasil fatwa majelis ulama Indonesia (MUI).
  3. Mencontoh prilakunya; yaitu mencontoh kegigihan perjuangannya membela agama, kesungguhannya membina ummat Islam, keikhlasannya berjuang, keberhasilannya dalam hidup, kesederhanaannya (zuhud), dll.
  4. Ta'dzim, menghargai keulamaannya; yaitu menempatkan kedudukannya dengan memuliakannya baik dengan sebutan ulama, Kyai (dijawa), Buya (dipadang), ajengan (disunda), dengan menghormat, mendoakan, memberi salam dan sebagainya yang patut dan terpuji.
Dalil tentang menghormati ulama.

Tentang kelebihan ulama adalah salah satu hadis yang berbunyi yaitu:
"Seorang alim yang ilmunya bermanfaat lebih baik daripada seribu hamba" (H.R. Dailani)
Dan firman Allah Swt dalam Al-Qura'an surah Al-Mujadalah ayat 11 yang berbunyi:
"Allah Swt akan mengangkat orang-orang beriman diantara kamu dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat" (Q.S. Al-Mujadalah : 11).
Demikianlah sekilas tentang akhlak kepada ulama semoga bermanfaat.....

Tuesday, January 22, 2019

Cara Pikir Aswaja dan Ajaran-Ajaran Ahlusunnah Wal Jama'ah.

Aswaja adalah golongan yang menjadikan hadis Jibril yang diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahih-nya, bahwa pilar agama ada tiga (3) yaitu: Iman, Islam dan Ihsan. Pembagaian ilmu ada tiga yaitu: akidah, fiqih dan suluk. Setiap Imam Aswaja telah melaksanakan tugas sesuai bakat yang Allah Swt berikan kepada umatnya.

Cara berpikir Ahlussunnah WaJama'ah (Aswaja) membedakan antara teks wahyu (Al-Qura'an dan Sunnah), penafsiran dan penerapannya. Aswaja berupaya memastikan kecocokan sebab hukum pada kejadian (tahqiq manath) dan memahami sebab hukum (takhrij manath). 

Ahlussunnah Wal Jama'ah (Aswaja) menjelaskan dan memahami teks wahyu dengan sangat baik, mereka menafsirkannya, menjabarkan yang global (mujmal), kemudian menerapkannya dalam kehidupan dunia ini, sehingga mereka memakmurkan bumi sesuai dengan ajaran Islam.

Ahlussunnah Wal Jama'ah (Aswaja) memahami teks wahyu dan memahami realitas, Aswaja juga menambahkan unsur penting yaitu tata cara menerapkan teks wahyu yang pasti benar kepada realitas kehidupan.

Inilah yang tidak dimiliki kelompok radikal. Mereka tidak memahami teks wahyu. Mereka tidak memahami realitas kehidupan ini. Mereka juga tidak memiliki metode dalam menerapkan teks wahyu pada tataran realitas. Oleh karena itu mereka sesat dan menyesatkan.

Ciri-ciri Ahlussunnah Wal Jama'ah (Aswaja) yaitu:
  1. Tidak mengkafirkan siapapun, kecuali orang yang mengakui bahwa ia telah keluar dari ajaran agama Islam, dan juga orang yang keluar dari barisan ummat Islam.
  2. Tidak pernah menggiring manusia untuk mencari kekuasaan, menumpahkan darah, dan tidak pula mengikuti syahwat birahi (hal yang haram).
  3. Aswaja menerima perbedaan dan menjelaskan dalil-dalil setiap permasalahan, serta menerima kemajemukan dan keragaman dalam akidah, atau fiqih, dan tasawuf.
  4. Aswaja menyerukan pada kebajikan, dan melarang kemungkaran. Mereka juga waspada dalam menjalankan agama, mereka tidak pernah menjadikan kekerasan sebagai jalan.
  5. Aswaja memahami tentang syariat Islam.
  6. Aswaja tidak memungkiri peran akal, bahkan mereka mampu mensinergikan akal dan teks wahyu.
  7. Aswaja memperhatikan dengan cermat empat faktor perubahan, yaitu: waktu, tempat, individu, dan keadaan.

Ajaran-ajaran Ahlussunnah Wal Jama'ah

Ajaran Ahlussunnah Wal Jama'ah tentang akidah sebagaimana yang dikemukakan oleh Imam Abu Hasan Al-Asy'ari dan Abu Manshur al-Maturidi secara garis besar dapat dikemukakan sebagai berikut:

Tentang Allah

  1. Bahwa Allah bersifat dengan segala sifat Jamal (keindahan), Sifat Jalal (keagungan), dan sifat Kamal (kesempurnaan).
  2. Sifat-sifat Allah yang wajib diketahui oleh hambaNya meliputi: 20 sifat wajib, 20 sifat mustahil dan 1 sifat jaiz.
  3. Allah mempunyai 99 Asma yang disebut Al-Asmaul Husna. 

Tentang Malaikat Allah

  1. Bahwa malaikat adalah mahluk Allah yang dititahkan dari cahaya/nur, tidak berayah dan beribu, tidak lelaki atau wanita, tidak makan minum dan tidak pernah berbuat maksiat.
  2. Bahwa jumlah seluruh malaikat hanya bisa diketahui oleh Allah swt, namun ada 10 malaikat yang wajib diketahui, baik asma maupun tugasnya masing-masing.

Tentang Kitab-Kitab Allah

Bahwa kitab suci ada 4 ayat yaitu:
  1. Kitab Zabur diturunkan kepada Nabi Daud As.
  2. Kitab Taurat diturunkan kepada Nabi Musa As.
  3. Kitab Injil diturunkan kepda Nabi Isa As.
  4. Kitab Al-Qur'an diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw.
Bahwa Al-Qur'an adalah Kalamullah (firman Allah) yang dihukumi Qadim (kekal).
Bahwa Al-Qur'an Adalah Kitabullah yang paling akhir, paling mulia, dan paling sempurna 

Tentang Rasul Allah

  1. Umat Islam terutama kaum Ahlussunnah Wal Jama'ah mempercayai bahwa Rasul-rasul yang diutus oleh Allah bertugas untuk menyampaikan kitab-kitab suci kepada manusia.
  2. Nabi-nabi dan Rasul-rasul itu banyak jumlahnya  yaitu 124.000 Nabi dan 315 Rasul. Namun yang wajib diketahui namanya ada 25 Rasul. Permulaan dari adanya Nabi dan Rasul adalah Nabi Adam dan penutup dari semua nabi dan rasul adalah Muhammad saw.

Tentang Hari Kiamat

Bahwa hari kiamat itu pasti terjadi dan waktunya dirahasiakan oleh Allah swt.

Setelah hari akhirat akan terdapat:
  1. Padang masyhar.
  2. Mizan dan hisabul amal (timbangan dan perhitungan amal).
  3. Syafa'at terutama dari para Nabi dan Rasul.
  4. Titian shirathal mustaqim.
  5. Surga dan neraka.
  6. Ahli surga bisa melihat dzat Allah secara langsung.

Tentang Takdir

Segala kejadian berlaku menurut takdir Allah, namun manusia diberi kesempatan untuk berikhtiar. Kemudian, sesuai dengan rupa ikhtiar yang dilakukan inilah manusia mendapat balasan dari Allah. Kalau ikhtiarnya berwujud perbuatan baik maka mendapat pahala dan kalau berwujud perbuatan maksiat maka mendapat siksa.

Tentang Alam Kubur

  1. Setelah orang mati dikebumikan,lalu dihidupkan kembali dengan begitu ia telah sampai di alam kubur. Di sini ia dapat mendengar suara yang berada di alam kubur.
  2. Lalu datang malaikat Munkar dan Nakir untuk mengujinya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tertentu.
  3. Orang shaleh mendapat nikmat kubur, sedang orang jahat mendapat siksa kubur.