Friday, March 8, 2019

Peranan Orientalisme Dalam Penjajahan.

Setelah ditemukan jalan laut oleh orang-orang Eropa menuju negeri Timur yang dimulai oleh Vasco de Game (9 Juli 1447) dan Christoper Colombus (3 Agustus 1492), di sanalah mulai timbul niat orang-orang Eropa hendak menguasai dan menjajah.

Sebagai pelopor dari usaha penaklukan dan penjajahan ini adalah bangsa Spanyol dan Portugis. Yang didasari oleh perasaan ingin membalas dendam dan menguasai negeri-negeri Islam, setelah itu baru diikuti oleh bangsa-bangsa lain seperti Belanda Inggeris, Belgia, Perancis dan Itali.

Dalam usaha ini setiap ekspedisi selalu diikut-sertakan para orientalis, untuk menyelidiki dalam segala bidang kehidupan bangsa Timur. Pada hakekatnya mereka waktu itu adalah alat politik penjajahan bangsa Barat.

Peranan orientalisme sangat penting sekali bagi penjajahan, yaitu untuk menyingkapkan tabir gelap dunia Timur.

Para orientalisme diberi fasilitas dan bantuan untuk mendirikan perguruan-perguruan tinggi atau institut-institut kemudian menyebarluas tulisan-tulisan mereka lewat buku-buku dan majalah-majalah ilmiyah.demikian juga mengadakakn konperensi-konperensi dengan pengarahan yang digariskan oleh kaum penjajah.

Di samping itu juga didirikan organisasi/perkumpulan dan lembaga-lembaga untuk membiayai usaha-usaha kegiatan pada orientalis.di antara organisasi/perkumpulan orientalisyang pertama kali didirikan ialah "Bataviasch Genootshap van Kunsten en Wetenschappen " diBatapia (Djakarta) tahun 1778.kemudian diikuti oleh Inggeris di India dan oleh negara Barat lainya".48)

Dalam hal ini sejarah mencatat bahwa bagi kita bangsa indonesia ketika masih didalam penjajahan Belanda terdapat seorang orientalis terkenal sebagai penasehat pemerintah yaitu Snouch Hurgronje. pada hakekatnya ia diperalat oleh penjajah untuk menghadapi umat Islam di indonesia.

Di antara usaha da cara penjajah Belanda melumpuhkan perlawanan kaum muslimin di Indonesia.misalnya di Aceh dan daearah-daerah lainya adalah karena melaksanakan teori 'Dutch Islamic policy'. teori ini adalah hasil pikiran Snouck dalam Bukunya 'Nederland en de Islam '(Negeri Belanda dan Islam).

Setelah dia diangkat dengan resmi sebagai penasehat pemerintah Belanda lewat kantoor Van Inlandchen Arabiche Zaken, dia menyerahkan pelaksanaan teorinya yang terdiri dari delapan pokok pikiran, yaitu :
  • Pemerintah tidak perlu takut terhadap pengaru haji Indonesia. sekalipun  makkah bukanlah hanya sebagai pusat kegitan peribadatan.tetapi juga kegiatan politik umat Islam seluruh dunia. Ancaman terhadap stabilitas pemerintahan yang ditimbulkan oleh haji Indonesia itu akan berakhir apabila pemerintah mengadakan pendekatan terhadap ulama Makkah tersebut sebagai kawan.
  • tidak ada alasan bagi pemerintah untuk terhadap gerakan pan Islamisme, karena tadak sebagai mana agama Katolik ,Islam tidak mengenal organisasi ke-pausan. markas komando pan Islamisme tadak lagi menjadi milik ke-khalifahan Turki. tetapi pemerintah Turki saat itu mengendapkan program pan Islamisme ke dalam musium politik kuno.
  • Yang harus di takuti pemerintah bukanlah Islam sebagai agama. tetapi Islam sebagai doktrin politik. Biasanya dipimpin oleh small minority yang fanatik, yakni ULAMA yang membangkitkan terhadap cita-cita PAN ISLAMISME. Golongan ulama ini lebih berbahaya kalau pengaruhnya meluas kepada Petani di Desa-desa. Karena itu disarankan supaya pemerintah bertindak netral terhadap Islam sebagai agama dan tegas kepada doktrin poltiknya.
  • Badan-badan eksekutif harus dibersihkan dari duduknya para Ulama, karena apabila terjadi demikian tidak mungkin penguasa Kristen (pemerintah Belanda) dapat memerintah rakyat Indonesia yang mayoritas Islam.
  • Ruang gerak dan pengaruh Islam harus dipersempit, hal ini dapat dicapai melalui kerja sama kebudayaan Indonesia Belanda, dengan memperalat golongan priyayi yang selalu berdekatan dengan pemerintah. Jalan untuk memperlancar usaha tersebut dengan mendidik golongan priyayi dengan pendidikan Barat.
  • Golongan pemangku adat hendaklah dihidup-hidupkan, karena mereka ini akan menentang Islam disebabkan lembaga adat dibentuk oleh tradisi lokal, sedangkan Islam bersifat universil.
  • Menindak secara keras terhadap ulama-ulama yang di kampung-kampung serta jangan diberi kesempatan para ulama menyusun kekuatannya dengan membentuk santrinya sebagai pasukan sukarela.
  • Kewajiban pemerintah ialah memisahkan antara Islam sebagai agama dan Islam sebagai doktrin politik dan semakin jauh jarak antara keduanya akan mempercepat proses kehancuran Islam.
Dari saran-saran Snouck Hurgronje di atas dapat disimpulkan bahwa isinya adalah bertujuan untuk melumpuhkan kekuatan Islam yang dianut oleh mayoritas bangsa Indonesia. Dan dengan demikian diharapkan agar penjajah Belanda dapat bercokol lebih lama di tanah air kita ini.

Memang dengan melaksanakan saran-saran Snouck diatas, Gubernur Jenderal CH. Van Der Wijk dapat menumpas pemberontakan umat Islam di Lombok tahun 1894.

Sedang Aceh dengan bentengnya yang kuat tidak dapat ditembus oleh tentara Belanda, akhirnya pada tahun 1904 di bawah pimpinan Van Dealen dapat dikuasai dan diduduki.

Tapi sebaliknya buah pikiran Snouck yang menjadi dasar perjuangan penjajah Belanda, sebenarnya tidak dapat melumpuhkan semangat perjuangan umat Islam. Justru karena itu timbul ghirah di dalam dada umat Islam di segala pelosok untuk membebaskan tanah air Indonesia dari belenggu penjajah.

Khsusunya di kota-kota besar timbullah organisasi-organisasi sosial seperti Sarekat Dagang Islam (1905), Muhammadiyah (1912), Perserikatan Ulama (1916), Persatuan Islam (1923), Nahdlatul Ulama (1926), dan MIAI (Majlis Islam A'la Indonesia 1937).

Jadi melihat kepada timbulnya organisasi-organisasi tersebut yang merupakan akibat dari teori-teori hasil pemikiran Snouck Hurgronje, dapat kita katakan bahwa usaha-usaha untuk melumpuhkan Islam dengan Dutch Islamic Policy itu tidak berhasil di Indonesia.



No comments:

Post a Comment