Wednesday, March 27, 2019

Menuju Kematian Yang Indah.

Ada orang yang matinya indah, lancar, gampang, bahkan tampaknya gembira dan tersenyum. Dan ada pula yang matinya seret, susah, menakutkan, disertai oleh kejang-kejang, berbeli-belit menghempaskan badan ke kiri dan ke kanan, sambil bunyi sesak nafas dan bersuara yang seram.

Keadaan demikian, bukan saja menurut kesaksian orang-orang  yang sering menghadiri atau melepas orang menghembuskan nafas terakhir, tetapi juga diakui dan diterangkan oleh islam dengan hadis dan ayat-ayat Al-Qur'an.

Kematian yang seret, susah dan menakutkan itu diterangkan Al-Qur'an surah Al-Qiyamah ayat 26-35:
"Ingatlah bila roh sudah sampai di kerongkongan. Ditanyakan: siapakah lagi yang dapat menyembuhkan? Yakinlah ia bahwa perpisahan (mati) sudah datang. Berbelitlah kepayahan demi kepayahan. Kepada tuhanmu dihari itu ia akan kembali. Pada hal ia tidak membenarkan (ajaran Allah) dan tidak bersembahyang. Bahkan senantiasa mendustakan dan berpaling  lalu kembali mendapatkan keluarganya dengan bersombong diri. Celakalah  engkau dan celaka."
Demikian pula hadis yang menerangkan sudah dan seretnya kematian seorang yang bernama Alqamah, karena kedurhakaannya terhadap ibunya sendiri.

Orang yang diseret  dan susah kematiannya ialah orang-oarang yang semasa hidupnya banyak melakukan dosa-dosa besar: mengengkari  akan ajaran Allah, pernah bersombong diri terhadap allah. Demikian juga orang yang pernah melakukan pembunuhan sesama manusia dengan tanpa alasan yang shah, atau orang yang durhaka terhadap ibu bapaknya.

Diantara beratus atau beribu contoh, ialah kematian Josef Stalin  yang menurut keterangan anaknya sendiri dengan tulisannya diberbagai surat-surat kabar, ia mai sesudah 2  kali 24 jam ia membanting diri ke kiri dan ke kanan, dengan dada yang kembang kempis, nafas sesak, mengherang mengeluh dan berteriak.Benar-benar sebagai yang diterangkan ayat Al-Qur'an tersebut di atas: berbelit kepayahan demi kepayahan, celaka, celaka, celaka dan celaka. Karena melihat pemandangan yang luar  biasa itu, anaknya sejak kecilnya Atheis, lalu mulai percaya akan adanya Tuhan, sehingga dengan kepercayaannya  itu ia terpaksa harus meninggalkan  tanah airnya Rusia, lari ke India, Eropa,, akhirnya menetap di Amerika negara mush bangsanya dan bapaknya sendiri.

Didalam al-qur'an surah al-waqi'ah ayat 89 dan 90 diterangkan sebagai berikut;
''Adapun bila yang meninggal itu adalah orang-orang yang mendekatkan diri (kepada Allah). Maka (kematian baginya) adalah lega, semerbak dan ni'mat sekali".rwr
Tegas sekali ayat tersebut menerangkan keindahan mati lagi manusia yang mendekatkan diri kepada Tuhan. Sekalipun matinya dengan mata pedang, peluru senapang, diatas tiang gantungan atau dilubang buaya sekalipun, baginya mati itu tetaap lega, semerbak dan ni'mat sekali. 

Berpuluh hadis menerangkan indahnya kematian banyak sahabat Rasulullah s.a.w., baik di medang atau di tempat aman. Diantara mereka ada yang matinya karena luka-luka parah di sekujur batang tubuh mereka, mereka tampaknya tak menderita, malah tenang, senyum seakan-akan mereka tak merasakan sakitnya luka parah itu. Perjuangan dan jasa-jasa baik mereka semasa hidupnya dan keyakinan (kepercayaan) mereka akan mendapatkan kebahagiaan dialam barzah dan akhirat rupanya telah menyebabkan mereka menjadi kebal tak dapat merasakan pedihnya luka dan mati itu.

Sebaliknya bagi orang yang berdosa besar,semua dosa dan kesalahan yang pernah mereka lakukan akan teringat dan terbayang kembali ketika mereka mendapatkan sakaratul maut. Inilah yang menyebabkan penderitaan mereka menjadi berlipat ganda sebagaimana yang diterangkan oleh ayat Al-Qur'an surah Al-Qiyamah itu.

Rasulullah Saw. sering berdo'a agar dihindarkan Tuhan dari kesusahan mati dengan sabda beliau : "Ya Allah ringankanlah bagiku sakaratul maut". Do'a Rasulullah Saw. ini sebenarnya tidak perlu beliau ucapkan karena beliau adalah seorang suci, seorang utusan Allah. Doa itu beliau ucapkan sebagai ajaran dan nasehat bagi umat beliau, agar kita selalu berdo'a demikian dan kita sebanyak-banyaknya melakukan kebajikan dan mendekatkan diri kepada Allah agar digampangkan dan diringankan menghadapi sakaratul maut.

Perhatikanlah pula firman Allah dalam Al-Qur'an surah Hamim Sajadah ayat 30 - 32 :
"Sesungguhnya orang-orang yang berkata: "Tuhan kami Allah", lalu senantiasa meluruskan jalan hidupnya menurut ajaran Allah akan turun kepada mereka para Malaikat (dikala menghadapi maut) untuk menghibur agar mereka jangan takut dan sedih, bahkan bergembiralah dengan Surga yang telah dijanjikan. Kamilah yang menjadi perlindungmu dalam kehidupan dunia  dan dalam kehidupan Akhirat. Bagimu dalam Surga itu telah tersedia apa saja yang kamu inginkan, apa saja yang kamu minta. Sebagai jamuan dari Tuhan Yang Maha Pengampun dan Pengasih".
Dengan demikian, dapatlah dibayangkan bagaimana indahnya kematian orang-orang yang beriman dan selalu mendekatkan diri kepada Tuhan.

Kalau bagi orang yang masih hidup sekarang ini ayat tersebut hanya sebagai pegangan atau kepercayaan, tetapi bagi orang-orang yang beriman dan mendekatkan diri kepada Tuhan, bukan hanya sebagai pegangan kepercayaan, tetapi dikala menghadapi sakaratul maut itu melihat sendiri para Malaikat yang datang menghibur itu, kepada mereka diperlihatkan betul akan Surga yang dijanjikan Allah itu. Sebab itulah mereka tak takut dan tak sedih menghadapi maut, malah merasa gembira, senang dan lega, tidak sedih berpisah dengan dunia, anak isteri atau keluarga.

Pengalaman berpuluh-puluh orang yang menyaksikan sendiri akan orang-orang yang baik menghadapi maut meyakinkan orang atau kebenaran ayat-ayat tersebut. Sekalipun bagaimana juga hebatnya penyakit yang sedang mereka derita, mereka tampaknya tenang, senang, gembira, tak tampak wajah mereka keluhan atau kesedihan dikala menghadapi sakaratul maut itu.

Inilah yang disebut Husnul Khatimah atau Happy End dalam kehidupan manusia, sekalipun sebelumnya selalu susah dan menderita. Yang paling jelek ialah Su'ul Khatimah atau Bad End, yaitu keseretan, keluh kesah, jeritan dalam menghadapi maut, sekalipun sebelumnya ia hidup senang, mewah dan gembira. Rasulullah Saw. selalu berdo'a dan menganjurkan kita agar selalu berdo'a agar Husnul Khatimah, dijauhkan dari Su'ul Khatimah: "Allahumma inni as aluka husnul kahtimah, wa a'uzu bika min su'ul khatimah". artinya: "Ya Allah aku mohon diberi husnul khatimah, dan mohon dijauhkan dari su'ul kahtimah".

Sabda Rasulullah Saw. : Man ahabba liqa allahi ahabballahu liqa ahu, wa man kariha liqa allaihi karihallahu liqa ahu". Artiya: "Siapa yang suka menemui Allah, Allah suka menemui-Nya, dan barang siapa yang benci menemui Allah, Allah benci pula menemui-Nya". Setelah mendengar sabda Rasulullah ini banyak para sahabat yang menangis. Melihat itu Rasulullah bertanya kepada mereka, kenapa menangis? mereka menjawab: "Semua kami membenci mati ya Rasulullah". Berkata Rasulullah: "Bukan demikian yang dimaksud, tetapi adalah ketika menghadapi sakaratul maut".

Dalam banyak hadis diterangkan bagaimana indahnya mati itu bagi orang yang beriman dan bagaimana seremnya bagi orang yang ingkar.

Ada orang yang matinya dengan tiba-tiba, tanpa menderita penyakit lebih dahulu, dan ada pula yang sesudah menderita sakit lebih dahulu berminggu atau berbulan, bahkan bertahun. Menurut Rasulullah Saw. lebih baik menderita sakit dahulu, sebab makin lama sakit, dia semakin sadar menghadapi mati, maka tebal imannya, sehingga dia mempunyai kesempatan untuk bertaubat mensucikan diri.

Dengan keimanan dan kesucian itu, orang akan lebih bersih menghadapi mati, dan keluarga yang ditinggalkan tidak terperanjat, sehingga kurang bahayanya bagi yang ditinggalkan.

Begitulah mati diwaktu umur sudah terlalu lanjut, sehingga menjadi pikun, Rasulullah Saw. tidak menyukainya, sehingga Rasulullah sering berdo'a: Allahumma inni a'uzu bika minal harm. Artinya: Aku mohon perlindungan Engkau dari umur yang terlalu lanjut. Dalam pada itu Rasulullah menerangkan bahwa bagi orang-orang yang berumur terlalu lanjut itu banyak pula kebaikannya. Orangnya semakin sadar, semakin kuat beribadat, semakin dapat mensucikan diri dengan tobat dan ibadat, sehingga orang itu dihapus segala dosanya, sehingga dijamin oleh Allah masuk Surga.

Sabda Rasulullah Saw. :
"Barang siapa yang dipanjangkan umurnya di dalam beragama Islam mencapai 40 tahun, dihindarkan Allah dia dari berbagai bencana, gila, kusta dan sopak. Bila mencapai 50 tahun, Allah akan ringankan perhisabannya. Bila mencapai 60 tahun, Allah anugerahkan kepadanya sifat mendekatkan diri kepada Allah. Bila mencapai 70 tahun, diampuni Allah dosanya yang dahulu dan yang sekarang, dan digelari dia "Asirullah" (Tawanan Allah), dan akan mencintainya penduduk langit (Malaikat). H.R. Anas Bin Malik.
Firman Allah dalam Al-Qur'an surah Yasin 68 :
"Dan siapa yang kami panjangkan umurnya, Kami kembalikan kejadiannya (sebagai anak kecil kembali), apakah mereka tidak pikirkan?". 
Sabda Rasulullah pula :
"Sebaik-baik manusia ialah orang yang panjang umurnya dan baik perbuatannya, dan sejelek-jelek manusia ialah orang yang panjang umurnya tetapi jelek perbuatannya".

Demikianlah sekilas tentang menuju kematian yang indah semoga bermanfaat. 


No comments:

Post a Comment