Tuesday, March 26, 2019

Manfaat Mengingat-ingat Akan Mati.

Sebagai mahluk berakal, setiap manusia sadar sesadar-sadarnya bahwa dia akan mati. Tetapi sering sekali ada manusia yang lupa saja bahwa dia pasti akan mati dia bertingkah laku seakan-akan dia akan hidup selamanya diatas dunia ini.

Salah satu ajaran agama Islam yang sulit dapat dimengerti oleh sebagian orang, ialah bahwa agama Islam menganjurkan kepada ummatnya agar sering-sering mengingat mati, sedang mati itu adalah suatu kejadian yang tidak menarik, malah mengerikan. Untuk apakah gerangan agama Islam menyuruh ummatnya mengingati akan sesuatu yang menakutkan dan mengerikan itu? apakah hal ini tidak membawa bahaya, melenyapkan kegembiraan hidup, dan menjadikan seseorang malas bekerja?.

Perhatikanlah hadits yang tersebut dibawah ini :
"Berkata Ibnu Umar r.a.: Pada suatu hari aku datang menjumpai Rasulullah Saw. Sedang berada ditengah-tengah sahabat-sahabat beliau yang terkemuka. Tiba-tiba salah seorang sahabat dari Anshar berdiri dan bertanya kepada Rasulullah Saw : Ya Nabi Allah siapakah manusia yang paling pintar dan siapa pula yang paling cerdas otaknya? (Manil akyasu ya Rasulullah?)
Rasulullah Saw lalu menjawab :
"Yang paling cerdas dan yang paling pintar ialah orang yang paling banyak mengingat-ngingat mati, dan yang paling banyak sedia bekal untuk menghadapi mati? (Al akyasu aktasarukum zikran lil mauti). 
Orang yang paling banyak mengingat mati itulah dianggap oleh Rasulullah Saw, sebagai orang yang paling pintar dan cerdas, karena orang yang pintar dan cerdas karena orang yang paling banyak ingat mati itulah yang paling lengkap persediaan (sanggup) untuk mati, sehingga dialah orang yang mendapatkan kemuliaan di dunia dan kehormatan di akhirat nanti.

Diriwayatkan dari Ibnu Umar juga bahwa Rasulullah Saw pernah berkata :
"Perbanyaklah mengingati haazimal lazzaat yaitu mati". Tabrani.  
Bersabda Rasulullah Saw :
"Bila hati seorang sudah dimasuki oleh Nur (cahaya Iman), maka itu akan menjadi lapang dan terbuka".  
Setelah mendengar ucapan Rasulullah Saw. itu orang banyak lalu bertanya :
"Apakah tandanya hati yang lapang dan terbuka itu ya Rasulullah? 
Rasulullah Saw menjawab :
"Ada perhatiannya terhadap kehidupan yang kekal di akhirat nanti, dan timbul kesadaran dan pengertiannya terhadap tipu daya kehidupan dunia sekarang ini, lalu ia bersedia mengahadapi mati sebelum datangnya mati itu". (H.R. Ibnu Jurair) 
 Akhirnya bersabda Rasulullah :
"Cukuplah mati itu sebagai guru atau pelajaran".
Hadis-hadis yang tersebut diatas ini sudah cukup rasanya sebagai dalil bahwa agama Islam menganjurkan kepada kita agar kita sering-sering mengingat akan mati, karena sering mengingat mati menjadikan kita cerdas dan pintar, menjadikan hati dan dada menjadi lapang, menjadi tanda bahwa hati dan dada kita sudah dimasuki Nur atau cahaya Iman.

Bila hadis-hadis dibalikkan, dia akan menyatakan bahwa sebodoh-bodoh manusia di dunia ini ialah orang yang lupa atau tak pernah mengingat akan mati. Orang yang lupa sama sekali akan mati, tidak pernah ingat akan mati, sama bodohnya dengan kerbau, sapi dan kambing. Lihatlah sapi atau kerbau itu, dengan jarak hanya beberapa meter saja dari tempat pembataian, namun kambing sapi dan kerbau itu belum juga sadar bahwa dia akan segera mati disembelih di tempat pembantaian itu. Perhatiaannya disaat itu masih 100% kepada rumput yang hijau atau kambing, sapi atau kerbau betina. Karena kebodohan itu, dia masih main-main, guyonan atau berkelahi satu sama lain.

Alangkah bodohnya kambing, sapi dan kerbau itu. Dan begitu pulalah keadaannya orang-orang yang lupa atau tak pernah ingat akan mati itu. Bukan saja bodoh, tetapi dada atau hatinya menjadi sempit, dada dan hatinya menjadi gelap gulita, tak ada sinar atau cahaya padanya.

Karena dada dan hati yang sempit, yang gelap gulita itulah dia hidup secara sembrono di atas dunia ini, hidup berhati sempit dan bermata gelap. segala macam tindak dan tanduknya, tidak berdasarkan pemikiran yang terang, sering ngawur. Bila didahulukan dia menyepak, bila dibelakangi dia menanduk.Bertindak semberono dan kasar terhadap ibu dan bapaknya, lebih semberono lagi terhadap orang lain atau masyarakat, sehingga timbullah berbagai kekacawan dan kebobrokan dalam masyarakat manusia sampai-sampai diabad modern sekarang ini.

Sebahagian besar kebobrokan masyarakat manusia dan bangsa dimasa-masa yang akhir-akhir ini adalah antara lain disebabkan sebahagian besar manusia dalaam masyarakat sudah tidak ingat lagi kan mati, sudah lupa akan mati.

Berulang sampai berpuluh-puluh kali allah s.w.t. dalam Kitab SuciNya Al-Qur'an mengingatkan kita akan, jangan lupa yang kita sekalian akan mati:

An Nissa 78:
"Dimna saja kamu berada,mati pasti akan maenjumpaimu,sekalipun kamu berada dalam Mahligai yang kokoh kuat".
Al Jumu'ah 8:
"Katakanlah, bahwa mati yang kamu lari dari padanya, pasti akan menemui kamu juga,kemudian itu kamu akan dikembalikan kepada Tuhan yang mengetahui perkara-perkara gaib dan nyata, lalu ia akan kabarkan kepadamu segala apa yang telah kamu lakukan (perbuat).
Al Anbiya' 34 - 35:
"Tidak seorang manusiapun sebelummu yang kekal (yang kamu jadikan kekal). Maka sekiranya engkau mati, apakah mereka akan hidup kekal? tiap diri (manusia) akan merasakan kematian. dan kami akan cobai kamu (dalam kehidupan ini) dengan  kesusahan dan kebaikan, dan kepada kamilah kamu akhirnya kamu akan di kembalikan".
Tetapi jangan sekali-kali kita salah kira, bahwa anjuran agama Islam agar kita sering mengingati mati itu jangan diartikan bahwa agam menyuru kita bercita-cita supaya kita lekas mati.

Diriwayatkan oleh banyak ahli hadis (Jama'ah) dari Anas, bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Sekali-kali janganlah salah seorang dari kamu bercitaa-cita supaya lekas mati, karena satu malapetaka menimpa dirinya. Dari pada bercita-cita lekas mati, lebih baik ia berkata (berdo'a):Ya Allah hidupkanlah aku sekirahnya hidup itu lebih baik bagiku, dan wafatkanlah aku sekiranya hati itu lebih baik bagiku".
Paman rasulullah s.a.w. yang bernama Abbas r.a. pernah menderita sakit yang amat keras, lalu ia berdo'a agar lekas mati. Rasulullah datang lalu berkata kepada beliau: Ya Abbas paman Rasulullah, jangan sekali-kali paman bercit-cita lekas mati. Sekiranya paman orang baik, lebih baik bercita-cita hidup agar dapat menambah kebaikan itu. Dan sekiranya paman orang yang berdosa lebih baik hidup terus, untuk dapat bertaubat atas dosa itu. Janganlah paman bercita-cita lekas mati".
Hadis tersebut Shahih, diriwayatkan oleh Ahmad dan Al Hakim.
sebaik-baik manusia menurut pandangan agam Islam ialah orang yang panjang umurnya dan baik perbuatannya, sedang sejelek-jelek manusia ialah orang yang panjang umurnya tetapi jelek perbuatannya.
Demikian maksudnya sebuah Hadis dari Rasulullah s.a.w. yang Hasan Shahih yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Turmizi.

No comments:

Post a Comment