Wednesday, July 20, 2016

Ragam Puisi III. Dilihat dari Bentuk dan Isinya Serta Contohnya. Puisi Deskriptif, Kamar, Hukla, Fisikal, Platonik dan Metafisikal.


Puisi Deskriptif

Puisi ini merupakan puisi yang menekankan pada impresi penyair atau realita benda, peristiwa, keadaan, atau suasana yang dinilainya menarik bagi  seorang penyair. Puisi-puisi demikian biasanya beraliran impersionistik. Contoh yang menyorot derita kemiskinan akut di Indonesia, dapat saudara lihat di bawah ini. 

Statis

Seorang lelaki kecil memungut sampah
di tepi jalan sambil memetik air mata
unutuk disematkan di pipinya
tapi statis di kepalnya isyaratkan kematian
kematian akan mimpinya untuk hidup
di bawah ruang matahari, di rindang cahaya bulan
ia membaca isyarat buruk di kelopak mata ibunya
"Mak" sapanya "apa yang kau sisakan
dari perjalanan sesak di gubuk kumuh ini?"
sang ibu hanya menjawab dengan gelengan
ia mengerti. bagaimanapun jawab tak akan menghiburnya
sebagai orang kebanyakan yang tak ditunangkan
oleh dengun reformasi
ia hanya menyisakan mimpi pada aliran
sungai gubuk kumuh yang memberinya gerak
Statis telah menyengat dadanya ia sadar, bahwa menjadi
warga bernama Indonesia tak lebih nyaman dari Irak karena
ia hanya riak dalam gemuruh bangsa penuh ombak ia hanya
asa yang menyisakan asa kehidupan: statis di kepala anaknya
dan statis di dada ibunya (setiap subuh menasbihkan hidup 
dengan doa-doa yang di gantung di langit-langit kumuh gubuk kardosnya)
Rembangan Jember, 2004

 

Puisi Kamar

Jenis puisi ini biasanya hanya menarik apabila dibacakan seorang diri dan dilakukan dalam kamar. Artinya tidak cocok apabila dibawakan di atas panggung. Berikut kutipan puisi M. Fauzi yang menggambarkan impresi dalam akan perjumpaan.

Episode Perjumpaan

Di sini, ayat-ayat itu bertasbih perjumpaan kita:
rindu yang lahir berabad, berbetah-betah di ujung batumu
Di situ rambutmu tinggal sepenggalah, tergerai menafsir sangsi,
mimpi dan luka malamku resa tak terjawab, berlaut di
sungai-singai hilir menuju hulu.
Ditelaga itu, dimana gerimis takpernah reda memagari bunga-
bunga dan rimbun pohon bertaman kupu-kupu
reinkarnasi lautku dan lautmu
Kita pun berlayar menyusuri pagar beton,
mencumubui karang
Sambil menghitung nafas kita yang tersengal
Di sini, ayat-ayat itu mentasbih perjumpaan kita jadi rindu
Sumenap, 19 Februari 2005
Horison XXXX No.4/2006 April, hal 19 

Puisi Hukla

Jenis Puisi ini menarik untuk dipanggungkan contohnya

Kembalikan Indonesia Padaku

Hari depan Indonesia adalah duaratus juta mulut yang menganga
Hari depan Indonesia adalah bola-bola lampu 15 watt,
sebagian
Berwarna putih dan sebagian hitam, yang menyala bergantian,
Hari depan Indonesia adalah pertandingan pimpong siang malam
dengan bola yang bentuknya seperti telur angsa,
Hari depan Indonesia adalah pulau Jawa yang tenggelam karena
seratus juta penduduknya
Kembalikan
 Indonesia
  Padaku
Hari depan Indonesia adalah satu juta orang main pimpong siang
malam dengan bola telur angsa di bawah sinar lampu 15 watt
Hari depan Indonesia adalah pulau Jawa yang pelan-pelan teng-
gelam lantaran berat bebannya kemudian angsa-angsa bere-
nang-renang di atasnya
Hari depan Indonesia adalah duaratus juta mulut yang menganga,
dan di dalam mulut itu ada bola-bola lampu 15 watt sebagian
putih dan sebagian hitam, yang menyala bergantian
Hari depan Indonesia adalah angsa-angsa putih yang berenang
sambil main pimpong di atas pulau Jawa yang tenggelam dan 
membawa seratus juta bola lampu 15 watt ke dasar lautan,
Kembalikan
 Indonesia
  Padaku
Hari depan Indonesia adalah pulau Jawa yang tenggelam
karena seratus juta penduduknya
Hari depan Indonesia adalah bola-bola lampu 15 watt
sebagian
Berwarna putih dan sebagian hitam,
yang menyala bergantian,
Kembalikan
 Indonesia
  Padaku
Dari kumpulan Puisi Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia.
Yayasan Indonesia, 2003:87-89

Puisi Fisikal

Puisi ini merupakan yang bersifat realistis, artinya menggambarkan suatu realita (kenyataan) dengan apa adanya. Karena itu, tentu yang dilukis bukanlah sebuah gagasan penyair tetapi apa-apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan oleh penyairnya. Contoh puisi yang dimaksud sebagai puisi fisikal seperti yang disampaikan oleh Mustofa W Hasyim berikut

Patroli

Iring-iringan panser mondar-mandir di jalan rawan
Di seantaro sajakku.
Di sebuah sudut yang agak gelap komandan melihat 
kelebat seorang demonstrasi yang gerak-geriknya dianggap 
mencurigakan.
Pasukan disiagakan dan diperintahkan
untuk memblokir setiap jalan.
Semua mendadak panik.
Kata-kata kocar kacir dan tiarap seketika.
Komandan berteriak, "Kalian sembunyikan di mana penyair
kurus yang tubuhnya seperti jerangkong itu?
Pena yang baru diasahkan sangat tajam dan berbahaya.
Seorang peronda memberanikan diri angkat bicara,
"Dia sakit perut komandan,
Lantas terbirit-birit ke dalam kakus.
Mungkin dia lagi bikin aksi di sana. "Sialan!" umpat komandan
geram sekali, lalu memerintahkan pasukan melanjutkan 
patroli.

Dihuruf terakhir sajakku si jerangkong itu tiba-tiba muncul 
dari dalam kakus sambil menepuk-nepuk perutnya.
"Lega, "Katanya.
Maka kata-kata yang tadi gemetaran serempak

bersorak dan merapatkan diri ke posisi semula.
Di kejauhan terdengar letusan, api sedang melalap dan 
menghanguskan mayat-mayat korban.
Dari repartase yang menakutkan
(Yogyakarta: benteng, 1992:10)

Puisi Platonik

Puisi ini merupakan puisi yang sepenuhnya berisi tentang hal yang bersifat spritual atau kejiwaan. Misalnya

Ke Puncak Diam

Setiap langkah adalah darah
Derap gairah meramba punah
Nadi di bumi ruh ini
Jalan pendakian sunyi tak henti
Nuju puncak segala mungkin
Yang entahlah tetap mungkin
Melagukan segala nyanyi
Lagu rindu penuhduka abadi
Yang bersipogang ngngngngngggg
Dari lengang ke lengang ngngngg
Biar muaranya tetaplah punah 
Tetapi alangkah indah alangkah
Setiap langkah adalah darah
Mengucap kejadian pasrah
Yang bersipongang ngngnggg
Dari lengang ke lengang ngngggg
 Ke dalam jeram hati terdalam
Aliran salam ke puncak diam
Bantimurung, 30 Agustus 2003

Puisi Metafisikal

Puisi ini hakekatnya merupakan puisi yang bersifat filosofis dan mengajak pembaca untuk merenung tentang kehidupan dalam sebuah perjalanan (proses) menemukan Tuhannya, hal-hal yang diungkap penyair biasanya hal-hal yang metafisik, diluar jangkauan indra. Coba perhatikan puisi berikut:

Di Kuburan

Hanya bebauan dedaunan busuk
Dan serak batuan
Sekitar samara
Rumputan menggeliat
Angin mengadug
Ruh siapa yang nyasar di sana
Tempurungnya tersampar di ujung sepatu
1974 Membca makna: Dari Chairil Anwar ke
A. Mustofa Bisri Grafindo Litera Media, 2005, hal. 123-124





No comments:

Post a Comment