Friday, July 8, 2016

Macam-macam Gangguan Pada Sistem Integumen dan Cara Pengobatannya.


Pruritus

Pruritus adalah sensasi kulit yang iriatif dan menimbulkan rangsangan untuk menggaruk. Pruritus merupakan gejala dari berbagai penyakit kulit. Pruritus merupakan gejala dari berbagai penyakit kulit. Pruritus merupakan hasil stimulasi gradiasi ringan pada serat saraf. Bila gradiasi berubah mungkin tidak akan timbul priritus, tetapi rasa nyeri. Sensivitas pruritus bervariasi, bergantung pada perbedaan perseorangan dan regio terkena. Garukan memperingan rasa gatal, karena merubah ritme impuls aferen pada korfus spinalis.

Keadaan emosional penderita dapat mempengaruhi ambang rangsang apresiasi sadar terhadap pruritus. Gosokan merupakan stimulasi kutan. Respons vasokontriksi dan vasodilatasi arteriolar.

Etiologi

Pruritus dapat disebabkan oleh faktor eksogen dan endogen.
  1. Faktor eksogen, misalnya dermatitis kontak (pakaian, logam, benda asing), rangsangan oleh ektoparasit (serangga, tungau scabies), atau faktor kulit lembab dan kering.
  2. Faktor endogen, misalnya reaksi obat atau penyakit. Sebagai contoh dapat disebut diskriasia darah, limfoma, keganasan alat dalam, dan kelainan bapar atau ginjal. Acapkali kausa secara klinis pada permulaan belum diketahui.
Manifestasi klinis

Manifestasi klinis pruritus adalah tanda-tanda gerakan dan eskoriasi.pada garukan akut dapat timbul urtika, sedangkan pada garukan kronik dapat timbul pendarahan kutan dan likenifikasi. Garukan dengan kuku menyebabkan eskoriasi linear pada kulit dan laserasi pada kukunya sendiri. 
Kekeringan perasaan gatal dan garukan hanya akan ada bila kausa priritus tidak terletak dialat sentral.

Psoriasis


Psoriasis adalah penyakit yang penyebabnya belum di ketahui, bersifat kronik dan residif, di tandai dengan bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama yang kasar, berlapis-lapis dan transparan: disertai penomena tetesan lilin atau auspitsz.

Kasus psoriasis makin sering di jumpai. Meskipun penyakit ini tidak menyebabkan kematian tetapi menyebabkan gangguan kosmetik, berlebih-lebih mengingat bahwa perjalanannya menahun dan residif.

Insidens pada orang kulit putih lebih tinggi dari pada penduduk kulit berwarna. Di  Eropa dilaporkan sebanyak 3-7 % di Amerika Serikat 1-2%. Pada bangsa kulit hitam jarang dilaporkan. Insiden pada pria agak lebih banyak dari pada wanita, pseriasis terdapat pada semua usia, tetapi umumnya pada orang dewasa.

Etiologi

Etiologi hingga kini belum diketahui pasti, yang jelas bahwa pembentukan epidermis dipercepat menjadi 3-4 hari, sedangkan pada kulit normal lamanya 27 hari. Pada sebagian penderita terdapat faktor herediter yang bersifat dominan. Faktor psikik dikatakan mempercepat terjadinya residif.

Gejala klinis

Keadaan umum tidak dipengaruhi, kecuali pada psoriasis yang menjadi eritiderma. Sebagian penderita mengeluh gatal ringan, tempat predileksi pada kulit kepala perbatasan daerah tersebut dengan muka, ektremitas bagian ektensor terutama siku serta lutut, dan daerah lumbosakral.

Kelainan kulit terdiri atas bercak-bercak eritema yang meninggi dengan skuama diatasnya. Eritema berbatas tegas dan merata, tetapi pada stadium penyembuhan sering eritema yang ditengah menghilang dan hanya terdapat di pinggir. Skuama berlapis-lapis, kasar dan berwarna putih seperti mika, serta transfaran. Besar kelainan bervariasi : lentikular, nummular atau plakat, dapat berkonfluensi. Fenomena tetesan lilin adalah skuama yang berubah warnanya menjadi putih, seperti pada goresan, seperti lilin yang digores, disebabkan oleh berubahnya indeks bias, cara menggores dapat dengan pinggir gelas alas.

Psoriasis juga dapat menyebabkan kelainan kuku, yakni sebanyak 50%, yang agak khas adalah ynag disebut puung nail atau nailput berupa lekukan-lekukan miliar. Kelainan yang tak khas adalah kuku yang keruh, tebal bagian distaalnya terangkat karena terdapat lapisan tanduk dibawahnya.

Pengobatan

Karena penyebab psoriasis belum diketahui secara pasti, maka belum ada obat pilihan. Dalam kepustakaan terdapat banyak cara pengobatan, sebagian hanya berdasarkan empirik. Psosiaris sebaiknya diobati secara topikal, jika hasilnya tidak memuaskan baru dipertimbangkan pengobatan sistemik, karena efek samping pengobatan sistemik lebih banyak.

Obat sistemik yang paling sering diberikan adalah golongan kortikosteroid yaitu prednison 40-60 mg sehari, jika telah sembuh dosis diturunkan secara perlahan-lahan.

Dermatitis

Defenisi dermatitis tidak memuaskan. Salah satu defenisis yang cukup baik adalah : dermatitis merupakan  epidermo-dermiitis dengan gejala subyektif pruritus. Obyektif tampak inflamasi eritrema, vesikulasi, eksudasi, dan pembentukan sisik. Tanda-tanda polimorfi tersebut tidak selalu timbul pada saat sama. Penyakit bertendensiresidif dan kronik.

Dermatitis merupakan reaksi alergi tipe 4, yakni respon tipe tuberkulin, yang bersifat sel mediated. Reaksi spesifik memerlukan beberapa jam untuk mencapai maksimun. Klinik biasanya baru tampak respon sesudah 24-48 jam. Pada interaksi antara antigen dan antibodi terjadi pembebasan berbagai mediator farmakologik, misalnya histamin, serotonin, bardiknin, dan anafilaktosin.

Etiologi

Penyebab dermatitis kadang-kadang tidak diketahui. Sebagian besar merupakan respon kulit terhadap agen-agen yang beraneka ragam, misalnya zat kimia, protein, bakteri dan fungus. Respon tersebut biasanya berhubungan dengan alergi. Alergi adalah perubahan kemampuan tubuh yang didapat dan spesifik untuk bereaksi.

Reaksi terjadi atas dasar interaksi antara antigen dan antibodi. Karena banyaknya agen-agen penyebab, maka ada anggapan bahwa nama dermatitis digunakan sebagai nama tong sampah (catch basket term). Banyak penyakit alergi yang disertai tanda-tanda polimorfi disebut dermatitis.

Gejala klinis

Subyektif ada tanda-tanda akut, terutama pruritus (sebagai pengganti dolor). Selain itu terdapat pula kenaikan suhu (kalor), kemerahan (rubor), dan gangguan fungsi kulit (fungsio lesa).

Obyektif, biasanya batas kelainan tidak jelas dan terdapat polimorfi, yang dapat timbul secara serentak atau berturut-turut. Pada permulaan timbul eritema dan edema. Edema sangat jelas pada kulit yang longgar, misalnya muka (terutama palpebra dan bibir) dan genitalia eksterna, infiltrasi biasanya terdiri atas papul-papul.

Dermatitis madidans (basah) berarti terdapat eksudasi. Disana-sini terdapat sumber eksem artinya terdapat vesikal-vesikal pungutormis yang berkelompok kemudian membesar. Kelainan tersebut dapat disertai bula pustule, jika disertai infeksi.

Dermatitis sika (kering) berarti tidak madidans. Bila gelembung-gelembung mengering, maka akan terlihat erosi atau ekskoriasi dengan krusta. Hal ini berarti dermatitis menjadi kering (dermatitis sika). Pada stadium tersebut terjadi deskuamasi, artinya timbul sisik-sisik. Bila proses menjadi hipopigmentasi. Konsekuensi untuk terapi ialah, bahwa dermatitis basah harus diobati secara basah, dan dermatitis kering secara kering.

Tatanama Dermatitis

Di belakang perkataan dermatitis dapat ditambahkan adjektif, yang bersifat etiologik atau deskriptik. Tatanama tersebut atas dasar etiologi, morfologi, bentuk, lokalisasi, atau lama penyakit.
Etiologi
a. Eksogen
  • Dermatitis kontak (iritan dan alergik), karena kontak langsung dengan zat eksterna.
  • Dermatitis traumatik, trauma merupakan faktor predisposisi.
  • Radio-dermatitis (karena sinar X, torium, dan sebagainya), dermatitis solaris, karena sinar matahari.
  • Dermatitis kalorik (kombustionis, karena suhu tinggi dan suhu rendah).
  • Dermatitis medikamentasi, karena obat sistemik.
  • Dermatitis ab ingesta, dermatitis alimentosa (minuman, makanan).
  • Dermatitis ab inhalationis (melalui pernafasan)
b. Endogen
  • Dermatitis sirkulatorius, karena gangguan sirkulasi darah. Dermatitis statis karena statis vena di tungkai bawah. Dermatitis livedoides, karena omboli di arteri.
  • Dermatitis karena penyakit sistemik : diabetes millitus, leukimia, hepatitis.
  • Dermatitis neurogen atau psikogen. 
Morfologi: dermatitis madidans (basah), dermatitis sika (kering), dermatitis impetigenisata (dengan infeksi sekunder), dermatitis populosa, vesikobulosa, dan sebagainya.
Bentuk: dermatitis numularis
Lokalisasi: dermatitis manus, pedis, intertriginosa, interdigitalis, dermatitis generalisata, universal, dan sebagainya.
Lama penyakit: dermatitis akut, subakut, kronik, residivans.

Penatalaksanaan

  1. Sistemik. Pada kasus dermatitis ringan diberi antihistamin kombinasi dengan anti serotonin, anti-bradkinin, dan sebagainya. Pada kasus berat baru dikasi kortokosteroid.
  2. Topikal. 
 Prinsip umum terapi topikal adalah :
  • Dermatitis basah (madidans) harus diobati secara basah (kompres terbuka). Dermatitis kering (sika) diobati secara kering, artinya bukan kompres.
  • Makin berat atau akut penyakitnya, makin rendah persentase obat specifik.
  • Bila dermatitis akut diberi kompres. Bila subakut diberi losio (bedak kocok), pasta, krim, atau linimentum (pasta pendinginan). Bila kronik diberikan salap. Krim diberikan pada daerah berambut, sedangkan pada pasta daerah yang tidak berambut.

Tinea Versikolor

Tinea versikolor adalah penyakit jamur superfisial yang kronik, tidak memberikan keluhan subyektif, berupa bercak halus berwarna putih sampai cokelat hitam, terutama meliputi badan dan dapat menyerang ketiak, lipat paha, lengan, tungkai atas, leher, muka dan kulit kepala yang berambut.

Tinea versikolor disebut juga patriasis versikolor, kromotitosis, dermatomikosis, tine aflata, dan panu. Merupakan penyakit universal dan terutama di temukan di daerah tropis.

Gejala klinis

Kelainan kulit tinea versikolor sangat superfisial dan ditemukan terutama dibadan. Kelainan ini terlihat sebagai bercak-bercak berwarna-warni, bentuk tidak teratur sampai teratur, batas jelas sampai difus. Bercak-bercak tersebut berfluorensi bila dilihat dengan lampu wood bentuk populovesikular dapat terlihat maupun jarang. Kelainan biasanya asimptomatik sehingga adakalanya penderita tidak mengetahui bahwa ia berpenyakit tersebut.

Kadang-kadang penderita  dapat merasakan gatal ringan, yang merupakan alasan berobat. Penyakit ini sering ditemukan pada remaja , walaupun anak-anak dan orang dewasa, tua tidak luput dari infeksi. Menurut BURKE (1961) ada beberapa faktor yang mempengaruhi infeksi, yaitu faktor herediter, penderita yang sakit kronik atau yang mendapat pengobatan steroid dan malnutrisi.

Diagnosis

Diagnosis ditegakkan atas dasar gambaran klinis, pemeriksaan fluoresensi, lesi kulit dengan lampu wood, dan sediaan langsung. Fluoresensi resi kulit pada pemeriksaan lampu wood berwarna kuning keemasan dan pada sediaan langsung kerokan kulit dengan larutan KOH 20% terlihat campuran hifa pendek dan spora bulat yang berkelompok.

Pengobatan

Pengobatan harus dilakukan menyeluruh, tekun, dan konsisten. Obat-obatan yang dapat dipakai misalnya: suspensi selenium sulfide (selsun) dapat dipakai sebagai sampo 2-3 kali seminggu. Obat digosokkan pada sistem lesidan didiamkan 15-30 menit, sebelum mandi. Obat-obatan yang lain berkhasiat terhadap penyakit ini addalah: salisil spiritus 10%, derivate-derivate azol misalnya mikonazol, klotrimazole, isokonazole, sulfur presipitatum dalam bedak kocok 4 20%, tolsiklat; dan haloprogin. Larutan tiosulfas natrikus 25 % dapat pula digunakan; dioleskan dua kali sehari sehabis mandi selama 2 minggu jika sulit disembuhkan ketokanasole dapat mempertimbangkan dengan dosis 1x200 mg sehari selama 10 hari.


 

    


No comments:

Post a Comment