Wednesday, July 13, 2016

Pengertian Hipertensi, Penyebab dan Akibat, Gejala Hipertensi, Patogenesis, Makanan yang Boleh dan Tidak Boleh Diberikan, Cara Penanganan Hipertensi.




Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyebab meningkatnya resiko penyakit stroke, jantung dan ginjal. Pada akhir abad 20, penyakit ini menjadi penyebab utama kematian dinegara maju, dan negara berkembang. Berdasarkan survey kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001, kematian akibat penyakit hipertensi di Indonesia sebesar 26,3 %, prevelensi hipertensi di Indonesia pada daerah urban dan rural berkisar antara 17 - 21 %. Data secara nasional yang ada belum lengkap dan sebagian besar penderita hipertensi di Indonesia tidak terdeteksi, sementara mereka yang terdeteksi umumnya tidak menyadari kondisi penyakitnya.

Di dunia, hampir 1 milyar orang atau 1 atau 4 orang dewasa menderita tekanan darah tinggi. Tekanan darah tinggi merupakan penyakit kronis serius yang bisa merusak organ tubuh. Setiap tahun darah tinggi menjadi penyebab 1 dari setiap 7 kematian ( 7 juta pertahun ) disamping menyebabkan kerusakan jantung, mata, otak dan ginjal. Berdasarkan data dari WHO dari 50 % penderita hipertensi yang diketahui hanya 25 % yang mendapat pengobatan dan hanya 12,5% yang diobati dengan baik.

Hipertensi merupakan penyebab utama penyakit jantung, otak, syaraf, kerusakan hati dan ginjal sehingga membutuhkan biaya yang sangat besar. Hal ini merupakan beban yang besar baik untuk keluarga, masyarakat maupun negara. Dinegara maju pengendalian tekanan darah hanya 8% karena menyangkut banyak faktor baik dari penderita, tenaga kesehatan, obat-obatan maupun pelayanan kesehatan, hipertensi sebenarnya merupakan penyakit yang dapat dicegah bila faktor resiko dapat dikendalikan.

Upaya tersebut meliputi monitoring tekanan darah secara teratur, program hidup sehat tanpa asap rokok, peningkatan aktivitas fisik. Hal ini merupakan kombinasi upaya mandiri oleh individu/masyarakat dan didukung oleh program pelayanan kesehatan yang ada dan harus dilakukan sedini mugkin.

Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah tekanan darah yang berlebihan dan hampir konstan pada arteri. Sedangkan tekanan darah adalah desakan darah terhadap dinding-dinding arteri ketika darah tersebut dipompa dari jantug ke jaringan. (Prayogo Utomo 2005).

Kita ketahui bahwa hipertensi merupakan masalah kesehatan yang cukup penting mendapat perhatian, namun pengertian hipertensi menurut para ahli belum ada kesepakatan yang jelas. Beberapa defenisi hipertensi telah dikemukakan para ahli diantaranya :

  1. Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah didalam arteri (Faqih Rukyanuddin, 2006)
  2. Hipertensi adalah suatu tingkat tekanan darah dimana komplikasi yang mungkin timbul menjadi nyata (Ani Kurniawan 2002).
  3. Hipertensi adalah suatu keadaan tekanan darah sistolik atau dilastolik melebihi batas normal dari seseorang individu (Made Astawan 2002).
Menurut anjuran WHO, bahwa bila seseorang dianggap menderita hipertensi apabila tekanan darah kasual kurang lebih sama dengan 160 Hg (sistolik) dan 90 mm Hg (diastolik), sedangkan tekanan darah sistolik kurang dari 140 mm Hg adalah normentasi dan disebut borderline bila terdapat diantaranya.

Adapun batasan tekanan darah yang dianjurkan adalah sebagai berikut :


Klasifikasi                                                    Tekanan (mm Hg)
                                                          Sistolik                     Diastolik
-Normal                                               < 130                       < 85 
-Normal Tinggi                                     130-139                 85-89

Hipertensi
Tingkat 1 (ringan)                                140-159                   90-99
Tingkat 2 (sedang)                              160-179                   100-109
Tingkat 3 (berat)                                 180-209                   110-119
Tingkat 2 (s. berat)                              > - 210                     > 120  
Baroline                                              140-149                   < 90 

Sumber : Asuhan Keperawatan pada klien dengan gangguan system kardiovaskuler 2006.                


Penyebab dan Akibat yang Ditimbulkan pada Hipertensi

1. Etiologi

Penyakit hipertensi ini sering disebut the silent disease. Umumnya penderita tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi sebelum pemeriksaan tekanan darahnya. Hipertensi dapat dikelompokkan dalam 2 kategori besar, yaitu primer dan sekunder. Hipertensi primer artinya hipertensi yang belum diketahui penyebabnya dengan jelas. (Junaidi Purnawan 1999).

Berbagai factor diduga turut berperan sebagai penyebab hipertensi primer, seperti bertambahnya umur stress psikologi, dan gereditas (keturunan). Sekitar 90% pasien hipertensi diperkirakan termasuk dalam kategori ini. Golongan kedua adalah hipertensi sekunder yang penyebabnya bolero dikatakan telah pasti, misalnya ginjal yang tidak berfungsi dan terganggunya keseimbangan hormone yang merupakan factor pengatur tekanan darah. (Moore Courtnem 1997).

Namun daripada itu kita juga dapat mengetahui terjadi hipertensi data disebabkan oleh factor kebiasaan hidup seseorang seperti :
  • Konsumsi Garam yang Tinggi
Kita tahu bahwa ada berhubungan antara konsumsi garam dan tekanan darah tinggi. Penderita tekanan darah tinggi saling diwajibkan untuk mengurangi garam. Pada beberapa suku bangsa yang miskin akan penyakit darah tinggi dan untuk pengobatannya.

2. Akibat Hipertensi

Sebagaimana kita ketahui, tekanan darah tinggi seringkali tidak menimbulkan keluhan-keluhan langsung, tetapi lama kelamaan dapat mengakibatkan berbagai penyakit. Tidak ada tanda-tanda memperingatkan namun lambat laun urat-urat nadi baik besar maupun kecil dalam tubuh kita menjadi rusak. Karena pengaruh tekanan darah tinggi, proses penumpukan zat-zat lemak di dalam urat nadi besar semakin cepat, sehingga mengakibatkan pengapuran pembuluh darah (arteriosclerosis). (Huli, A 1999)

Jantung kita terutama, menghadapi banyak resiko karena tekanan darah tinggi. Mengapurnya rangkaian urat nadi di sekitar jantung menambah besar resiko timbulnya infark jantung. Penderita hipertensi 2 sampai 4 kali lebih besar resikonya untuk mendapat infark jantung dari pada orang lain. Begitu pula sebab lain jantung yang selalu harus bekerja terlalu keras (memompa), lebih cepat rusak dari pada jaringan pembuluh nadi yang ada pada otak sehingga mengakibatkan serangan pada otak (attack) dan mengakibatkan kelumpuhan atau gangguan-gangguan organ tubuh. Mata pun akan lebih banyak terkena resiko daya penglihatan terganggu karena kerusakan pada pembuluh selaput mata (Halim Mubin 2001).

 

Gejala Hipertensi


Adapun gejala yang ditimbulkan pada penderita hipertensi itu secara umum, tekanan darah tinggi tidak terasa dan tidak mempunyai tanda dan berlangsung beberapa tahun tanpa disadari. Sering hal itu ketahuan dengan tiba-tiba, misalnya pada waktu mengadakan kesehatan.

Tanda-tanda tekanan darah tinggi yang digambarkan itu adalah kepala pusing, gugup, tengkup terasa pegal, dan lain-lain. Pada kebanyakan orang, tanda pertama naiknya tekanan darah ialah apabila terjadi komplikasi tanda yang umum ialah sesak napas pada waktu kerja. Ini menunjukkan bahwa otot jantung itu sudah turut terpengaruh sebingga tenaganya sudah berkurang dan ditandai dengan sesak napas.

Penglihatan yang kabur menunjukkan kerusakan pada pembuluh mata. Gejala lainnya itu terjadi pada otak bagian depan. Kematian secara mendadak karena pendarahan atau penyempitan pembuluh darah, tidak berbicara serta kelumpuhan pada ujung anggota tubuh. (Made Astawan, 2001). 

Patogenesis

Terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angioitensin II oleh angiotensin I converting enzyme (ACE). ACE pegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati. (Soeparman, dkk. 1990)

Selanjutnya oleh hormone, rennin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah jadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan dalam menaikkan tekanan darah melalui dua cara yaitu :  

Cara pertama adalah meningkatkan sekresi hormone antidiuretik (ADM) dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotelamus (kelenjar pituitari) bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolatitas dan volume urine. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urine yang sekresikan ke tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolatitasnya. (Slamet Suyono 2004).

Untuk mengencerkan, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intrasefuler. Akibatnya, volume darah meningkat, yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah. Cara kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron merupakan hormone steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler. Tekanan darah, baik yang bekerja secara sistematik maupun perifer (Mariani Budisantoso, 1999).

Upaya terapi khusus terutama ditunjukkan untuk penderita hipertensi sekunder yang jumlahnya lebih dari 10% dari seluruh penderita hipertensi. Pada penderita hipertensi sekunder kelainan primer harus dikoreksi sehingga hipertensi dapat disembuhkan.

Makanan yang Boleh Diberikan dan Tidak Boleh Diberikan

  • Golongan Bahan Makanan. Makanan yang boleh diberikan yaitu: Soda seperti macaroni, mi, bihun, roti biskuit, kue kering dan sebagainya.
  • Golongan Bahan Makanan. (Sumber Protein Hewani). Makanan yang boleh diberikan yaitu: Daging dan ikan maksimun 100 gr sehari, telur maksimun 1 butir sehari, susu maksimun 200 gr sehari. Makanan yang tidak boleh diberikan ialah: Otak, ginjal dan lidah, keju, daging dan telur yang diawet dengan garam dapur seperti: daging asap, ham, bacom, deng-deng, abon ikan asin, ikan kaleng, kornet, udang kering, telur asin. dan lain-lain.
  • Golongan Bahan Makanan (Sumber Protein Nabati). Makanan yang boleh diberikan. Semua kacang-kacangan dan hasil yang diolah dan dimasak tanpa garam dapur. Makanan yang tidak boleh diberikan ialah: Keju, kacang dan semua kacang-kacangan yang dimasak dengan garam dapur dan lain ikatan natrium. Sayuran yang diawet dengan garam dapur dan lain ikatan natrium.
  • Golongan Bahan Makanan (Sayuran). Makanan yang boleh diberikan. Semua sayuran segar, sayuran yang diawet tanpa garam dapur natrium benzoas dan soda. Makanan yang tidak boleh diberikan ialah: Sayuran dalam kaleng, sawi, asing-asing, acar dan sebagainya.
  • Golongan Bahan Makanan. (Buah-buahan). Makanan yang boleh diberikan. Semua buah-buahan segar, buah-buahan yang diawet tanpa garam dapur, natrium benzoas dan soda. Makanan yang tidak boleh diberikan ialah: Buah-buahan yang diawet dengan garam dapur dan lain ikatan natrium.
  • Golongan Bahan Makanan. (Lemak). Makanan yang boleh diberikan. Minyak, margarin tanpa garam, mentega tanpa garam. Makanan yang tidak boleh diberikan ialah: Margarin dan mentega biasa.
  • Golongan Bahan Makanan (Bumbu-bumbu). Makanan yang boleh dimakan. Semua bumbu segar dan kering yang tidak mengandung garam dapur dan lain ikatan natrium. Makanan yang tidak boleh diberikan yaitu: Garam dapur. baking powder, soda kue, Vetsin dan bumbu-bumbu yang mengandung dapur seperti kecap, terasi, magie, tomat, petis, tauco.

 

Penanganan Hipertensi   

Pengobatan non-farmakologis terkadang dapat mengontrol tekanan darah sehingga pengobatan farmakologis tidak diperlukan atau minimal ditunda penatalaksanaan faktor resiko berprestasi yang dilakukan dengan cara pengobatan secara non-farmakologis antara lain : mengatasi obesitas, mengurangi asupan garam kedalam tubuh, menghindari stress dan memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat.

Pengobatan farmakologis atau pengobatan dengan menggunakan obat-obatan kimiawi. Obat-obatan dapat digunakan secara single atau dalam kombinasi untuk mengontrol tekanan darah pada tingkatan normal. Obat-obatan yang digunakan adalah seperti accupril, brinerdin, caporetic, detancol, encuron, farmadal, intropril, kenardin, letonal, reviberl, serctral tenanco, zestril. (Yasmin. A. 1993).

Diet yang diberikan kepada penderita hipertensi adalah dengan melakukan diet rendah kolesterol, namun kaya dengan serat dan protein, sebelumnya diskusikan dengan dokter, ahli gizi sebelum melakukan diet, diet rendah garam : pengurangan asupan garam secara drastis akan sulit dilaksanakan, jadi sebaiknya dilakukan secara bertahap dan diet rendah lemak.

                                                   

No comments:

Post a Comment