Thursday, July 7, 2016

Gangguan Sistem Muskoloskeletal Pada Manusia, dan Cara Penanganannya.


Skoliosis

Skoliosis adalah merupakan kelainan kongenital kolumna verteblaris berupa pembengkokan dengan rotasi dalam bidang sangital. Biasanya pembengkokan dan rotasi di kompensasi diatas dan dibawahnya oleh vertebra yang normal. Diagnosis sering ditegakkan pada pemeriksaan radiologik untuk maksud lain.

Skoliosis disebut kongenital bila terdapat kelainan kongenital pada tulang vertebra seperti hemivertebra, disebut idiopatik bila tidak terdapat kelainan pada tulang selain bengkoknya saja.

Skoliosis kongenital yang berat dianjurkan untuk dioperasi secara dini termasuk fusi sfinal untuk fiksasi bagian kolumna spinalis, untuk mencegah kelainan yang lebih berat. Prognosis pada anak mungkin sulit diramalkan dan pemeriksaan yang teratur perlu dalam pemulihan pengobatan.

Skoliosis idiopatik penanganannya bergantung pada besarnya sudut pembengkokan veretebra dan usia penderita. Pada penderita yang masih tumbuh, skoliosisnya akan terus bertambah. Bila penyandangnya masih tumbuh dan sudut bengkoknya lebih dari 40 derajat, dianjurkan operasi koreksi dengan batang Harrington dan fusi posterior. Bila sudutnya kurang dari 40 derajat, dilakukan penanganan bertambahnya bengkok dengan alat penguat, seperti cagak Milwaukee pada tulang vertebra yang bengkok tersebut. Bila anak sudah tiddak tumbuh lagi dan sudutnya kurang dari 40 derajat, skoliosis  dibiarkan karena tidak akan bertambah. Bila sudutnya lebih dari 40-50 derajat sudut akan bertambah terus akibat gravitasi meskipun anak sudah berhenti tumbuh.

Osteoartritis

Osteoartritis disebut juga penyakit sendi degenaratif atau arthritis hepertropi. Penyakit ini merupakan kerudakan tulang rawang sendi yang berkembang lambat dan berhubungan dengan usia lanjut. Secara klinis ditandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran sendi, dan hambatan gerak pada sendi-sendi dan sendi besar yang menanggung beban. Seringkali berhubungan dengan trauma atau mikritrauma yang berulang-ulang. Obesitas, stress oleh beban tubuh, penyakit-penyakit sendi lainnya.

Etiologi

Etiologi penyakit ini tidak diketahui dengan pasti. Ada beberapa faktor resiko yang diketahui berhubungan dengan penyakit ini, yaitu: 
  1. Usia lebih dari 40 tahun
  2. Jenis kelamin, wanita lebih sering
  3. Suku bangsa
  4. Genetik
  5. Kegemukan dan penyakit metabolik
  6. Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga
  7. Kelainan pertumbuhan
  8. Kepadatan tulang dan lain-lain.

Manifestasi Klinis

Gejala utamanya adalah adanya nyeri pada sendi yang terkena, terutama pada waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan, mula-mula rasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang karena istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi dan perubahan gaya berjalan. Lebih lanjut lagi terdapat pembesaran sendi dan kreptasi tulang.

Tempat predileksi ostearthritis adalah sendi karpometakarpal I, metatarsofalangeal I, afofiseal tulang belakang, lutut dan paha.
Tanda-tanda peradangan pada sendi tersebut tidak menonjol dan timbul belakangan, mungkin ddijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri tekan, gangguan gerak. Rasa hangat yang merata, dan berwarna kemerahan.

Pemeriksaan penunjang

Pada pemeriksaan laboratorium darah tepi, imunologi dan cairan sendi umunya tidak ada kelainan, kecuali osteoarthritis yang disertai peradangan. Pada pemeriksaan radiologi didapatkan penyempitan rongga sendi disertai sklerosis tepi persendian. Mungkin terjadi deformitas, osteofitosis, atau pembentukan kista juksta artikular. Kadang-kadang tampak gambaran taji (sfur formation) dan adanya tulang-tulang yang lepas.

Penatalaksanaan

  1. Medikamentosa. Tidak ada pengobatan medikamentosa yang spesifik, hanya bersifat simptomatik. Obat anti inflamasi nonsteroid bekerja hanya sebagai analgesik dan mengurangi peradangan. Tidak mampu menghentikan proses patologis. (-Analgesik yang dipakai adalah asetaminofen dosis 2,6-4 g/hr. Asam salisilat juga cukup efektif namun perhatikan efek samping pada saluran cerna dan ginjal. -Jika tidak berpengaruh atau jika terdapat tanda peradangan, maka OAIN seperti piroksikam, ibuprofen, dan sebagainya dapat digunakan).
  2. Perlindungan sendi dengan koreksi postur tubuh yang buruk, penyangga untuk lordosis lumbal, menghindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit, dan pemakaian alat-alat untuk meringankan kerja sendi.
  3. Diet untuk menurunkan berat badan dapat mengurangi timbulnya keluhan.
  4. Dukungan psikososial.
  5. Persoalan seksual, terutama pada pasien dengan osteotritis di tulang belakang.
  6. Fisioterafi dengan pemakaian panas dan dingin, seta program latihan yang tepat.
  7. Operasi dipertimbangkan pada pasien dengan kerusakan sendi yang nyata, dengan nyeri yang menetap, dan kelemahan fungsi.

 
       

No comments:

Post a Comment