Thursday, July 14, 2016

Fungsi Teks, Menurut Para Ahli. Sarana yang Digunakan Pengarang Teks untuk Mencapai Tujuan dan Gaya Bagaimana Pengarang Menjabarkan Beritanya.


Fungsi Teks

Dalam teori komunikasi pembagian dipilih menurut fungsi. Fungsi sebuah teks adalah keseluruhan sifat yang bersama-sama menuju tujuan yang sama serta bagaimana dampaaknya. Fungsi dapat diukur dari sejauh mana tujuan teks bersatu dengan dampak meskipun sangat sulit untuk mengetahui sejauh mana kebersatuan dengan dampak itu dapat dilacak. Kadang-kadang kita hanya dapat mengandalkan pengalaman sendiri dalam membaca. Dalam pembagian teks kita harus membatasi diri pada fungsi-fungsi utama meskipun fungsi samping juga tidak bisa diabaikan.

a. Teks acuan

Sebuah teks baru disebut referensial acuan jika fungsi utama menyatakan sesuatu mengenai atau mengacu pada konteks, yaitu dunia riil atau dunia yang mungkin ada. Dalam teks referensil dapat digolongkan dalam beberapa jenis yakni teks informatif, teks diskursif, dan teks intruktif.

b. Teks ekspresif

Fungsi utama teks ini mengungkapkan perasaan, pertimbangan, dan sebagainya dalam diri pengarang. Istilah teks ekspresif biasanya dikaitkan dengan puisi lirik, namun tidak semua bentuk puisi dapat digolongkan pada jenis ini. Sementara itu, sejumlah besar teks prosa pun masih bersifat ekspresif, seperti surat-surat cinta, surat protes, berita singkat di kartu pos, dan lain-lain, dalam teks non sastra, bila seseorang mengungkapkan perasaan, ungkapan itu biasanya dapat disamakan dengan perasaannya sendiri. Namun, dalam teks-teks sastra atau fiksi, pengarang dapat menampilkan tokoh fiktif sebagai juru bicara.

c. Teks persuasif

Teks persuasif memiliki fungsi yakni memengaruhi pendapat, perasaan, dan perbuatan pembaca. Dalam dunia iklan, penidikan, pengajaran dan pers, teks persuasif sering dan hampir setiap hari kita jumpai.

Teks jenis ini ada dua yakni teks evaluatif dan teks direktif. Teks evaluatif biasanya dapat memengaruhi pendapat dan perasaan pembaca, misalnya ketika pembaca membaca resensi buku. Sementara teks direktif, memengaruhi kelakuan pembaca. Teks seperti ini sering pula bersifat evaluaitif, karena propaganda politik, seorang pembaca atau pendengar dapat mengubah pendiriannya dengan memberikan suara.

d. Teks mengenai teks

Dalam sastra sering terjadi bahwa bahan utama sebuah teks adalah teks itu sendiri. Teks mengenai bahan disebut metabahasa. Teks-teks sastra yang membahas kesastraan dapat disebut metasastra (meta bahasa Yunani berarti perihal atau mengenai), dan sajak biasa pula disebut metapuisi.

e. Teks yang berfungsi sosial

Dalam sastra, teks yang berfungsi sosial jarang dijumpai. Akan tetapi, ada bagian-bagian teks, kalimat, atau dialog singkat yang mempunyai fungsi sosial. Secara sekunder aspek sosial, atau menurut Jacobson aspek fatis, sering kita jumpai. Dengan ucapan basa-basi orang ingin menarik perhatian atau ingin mengawali suatu percakapan atau kontak.

f. Teks-teks sastra

Menurut Jacobson, semua faktor dari model komunikasi harus diikut sertakan dalam setiap ungkapan bahasa. Dominasi salah-satu fungsi menentukan dalam golongan mana teks yang bersangkutan harus ditempatkan. Enam faktor bahasa model Jacobson ialah (Teeuw, 1984:53) sebagai berikut :

Pemancar (addresser) > Konteks (context). Pesan (message). Kontak (contact). Kode (code). > Penerima (addresse)
Sementara itu enam fungsi bahasa adalah :
Emotif (emotive) > Referensial (referential). Puitik (poetic). Fatik (phatic). Metalingual (metalingual). > Konatif (conative)
  • Emotif (emotive); menggunakan bahasa untuk menyatakan perasaan si pengirim
  • Refernsial (referential), terutama digunakan untuk memberi informasi
  • Puitik (poetic) untuk menonjolkan perasaan
  • Fatik (phatic) untuk mempengaruhi si penerima
  • Metalingual (metalingual) untuk menjelaskan kode
Menurut Jacobson, dalam pembagian teks yang bersifat sastra, sebuah karya seni itu tidak saja bersifat otonom, tetapi juga memenuhi salah satu fungsinya. Telah dijelaskan sebelumnya, bahwa sebuah teks bersifat sastra bila berfungsi sebagai sastra, yaitu bila sekelompok pembaca termasuk peneliti, membaca teks sebagai hasil sastra.

Sarana-sarana yang Dapat Digunakan Pengarang Teks untuk Mencapai Tujuan: Beberapa Garis Retorika

Bagi ilmu sastra, retorika lebih berfaedah daripada ilmu argumentasi. Menurut asal-usulnya, retorika adalah ilmu untuk menyusun suatu uraian yang tepat dan mencapai sasaran, tetapi sekarang tidak demikian karena telah merosot.

Retorika adalah kepandaian mengatakan sesuatu secara baik yang pada awalnya terutama mengacu kepada pengertian kepandaian orator, tetapi ada juga kepandaian dalam teks sastra, yang menampakkan susunan serupa, bagian tersebut mempunyai isi dan fungsinya sendiri, yaitu :

  1. Exordium atau awal, yakni hal yang melukiskan situasi, alasan, atau tujuan teks yang bersangkutan. Dalam exordium ini diterangkan tema teks, dalam teks persuasif misalnya ada janji-janji; dalam teks diskursif dirumuskan sebuah permasalahan, dalam teks drama atau naratif disinggung anekdot secara lansung ataupun tidak langsung. Fungsi Exordium adalah untuk mengikat perhatian pembaca dalam prakteknya tidak perlu langsung dikaitkan dengan tema seluruh karangan atau pidato, sesudah Exordium menyusul narratio. 
  2. Narratio ialah pemaparan fakta, dalam teks informatif, informasi lengkap mengenai fakta, cerita atau lukisan sebetulnya disebut confirmation dan dalam teks diskursif argumentasi lengkap atau pokok disebut argumentatio. Narratio atau pemaparan fakta yang tersedia, atau dalil yang harus dibuktikan sesuai dengan tema. Tujuan pemaparan fakta ialah menjadikan pembaca maklum. Pembaca diberi informasi sehingga ia membuat suatu penilaian. Sebuah teks ilmiah atau intruktif/diskursif seyogyanya menunjukkan bagaimana teks tersusun sehingga pembaca dapat menyesuaikan diri dan dengan mudah dapat mengikuti uraian seterusnya, dalam teks sastra tidak selalu harus dilakukan. Jika informasi terlalu jelas, dampak dapat bersifat negatif karena rasa ingin tahu berkurang. Confirmation atau argumentatio ialah uraian pokok yang mengandung episode-episode atau argumen. Fungsi uraian pokok adalah memenuhi janji yang telah diberikan dalam exordium. Bila ada exordium dijanjikan kisah yang menarik maka hal tersebut harus diceritakan atau disampaikan pada pendengar. Apabila suatu pertanyaan diajukan, jawaban harus diberikan dan apabila suatu pendirian harus dipertahankan, hal itu harus dibuktikan dengan compfirmantio atau argumentatio. Mengenai uraian pokok dalam karya sastra, tidak dapat dikatakan banyak secara umum karena sifat karya sastra yang khas.
  3. Peroratio. Sesudah narratio/confirmatio/argumentatio, maka penutupnya adalah peroratio. Peroratio ialah pengajuan simpulan mengenai dalil-dalil yang diuraikan, jawaban pertanyaan yang meringkas argumentasi dan melaporkan akhir cerita misalnya menikah dan berbahagia. Kadang-kadang cerita diakhiri secara terbuka, tidak jelas bagaimana pemecahan ini dapat dinilai positif. Atau akhir cerita adalah suatu pertanyaan, dalam hal ini pembaca seperti dirangsang untuk menegaskan pendirian, jawaban yang disarankan oleh pengarang diambil dari pembaca. Hal yang telah diuraikan diatas merupakan proses penulisan bagi setiap pengarang yang berjalan dengan caranya sendiri. Akan tetapi pembedaan tahap dalam retorika zaman dahulu ada gunanya bagi teks terutama teks non sastra, yang mengikuti prinsip-prinsip yang diuraikan di atas. Sedangkan bagi teks sastra:
  • Inventio
  • Dispositio (bahan diatur atau diolah)
  • Elocutio (bahan sudah diatur) dan
  • Actio (bahan dibawakan)

 

Gaya: Bagaimana Pengarang Menjabarkan Beritanya.

Menurut pendapat umum gaya adalah variasi. Gaya adalah sesuatu yang memberikan ciri khas pada sebuah teks dan yang menjadikan teks itu semacam individu jika dibandingkan dengan teks lain. Hal ini menyatakan bahwa tidak ada norma tetap dan teori ini dapat disebut monistik sekaligus dualistik. Variasi dapat dijumpai dalam ungkapan saja (dualistik) atau dalam keseluruhan ungkapan dan isi (monistik).

Sejumlah variasi dapat digunakan dan ditafsirkan menjadi pola-pola gaya. Pola gaya merupakan transformasi yang dialami sruktur teks. Transformasi itu dapat diterapkan terhadap segala bidang teks dan banyak sekali kemungkinannya. Transformasi itu antara lain:
  1. Penambahan atau pengulangan, bunyi terjadi dalam rima, pengulangan struktur sintaktik disebut paralelisme, pengulangan isi dinamakan redundasi.
  2. Penukaran, yang biasa disebut inversi
  3. Penggantian, metafora dan pola arti lainnya termasuk penggantian isi
  4. Penghapusan, adalah elips, misalnya sebuah peristiwa yang seharusnya terjadi dalam sejarah dilewati dalam cerita.
  5. Empat jenis transformasi di atas dapat dikaitkan dengan sintaksis, semantik, dan bunyi (Luxemburg, 1984:99-106)




 

No comments:

Post a Comment