Sunday, July 10, 2016

Gangguan Sistem Pencernaan, (Refluks Gastroesofagus) Definisi, Gejala dan Penatalaksanaannya.


Refluks Gastroesofagus

Defenisi

Refluks gastroesofagus (RGE) adalah peristiwa masuknya isi lambung kedalam osefagus yang terjadi secara berjeda (infermitten) pada setiap orang terutama setelah makan. Refluks yang terjadi pada orang normal tanpa menimbulkan gejala dan perubahan histolgik mukos aosefagus disebut Refluks Gastreosefagus Fisiologik. Bila refluks terjadi berulang-ulang menyebabkan bagian distal osefagus mendapat rangsangan dari sisi lambung untuk waktu yang lama sehingga timbul gejala dan komplikasi disebut Refluks Gastreosefagus Patologik atau Penyakit Refluks Gatreosefagus (PRGE). PRGE meliputi refluks osefagitis dan refluks simptomatik. Pada refluks esofagitis telah terjadi kelainan mukosa osefagus, sedangkan refluks simptomatik menimbulkan gejala tanpa perubahan histologik dinding osefagus.
  

Epidemiologi

Pada survei epidemiologi di Amerika Serikat di dapatkan + 10 % dari populasi umum mengalami refluks gastro osefagus simptomatik. Penderita PRGE yang datang ke dokter THT sering disertai gejala akibat kelainan jalan nafas.

RGE sering terjadi pada anak-anak yaitu 1 diantara 500 pasien dan 65 % dari semua bayi dengan RGE bebas dari gejala sampai usia 2 tahun, 30 % mempunyai gejala klinis yang berlangsung sampai berumur 4 tahun, 5 % akan berkembang menjadi strigor osefagus.

Etiologi dan Faktor Predisposisi

Penyakit refluks gastreosefagus disebabkan oleh proses multi faktor, maka untuk melakukan evaluasi terhadap terhadap penderita yang diduga ada RGE patolgik perlu dinilai faktor-faktor yang berperan dalam patogenesis RGE.
Pada orang-orang dewasa faktor-faktor yang menurunkan tekanan sfingter osefagus bawah, sehingga terjadi refluks gatreosefagus antara lain cokelat, obat-obatan, alkohol, rokok, dan kehamilan.

Faktor penyebab anatomi, seperti Miatus Hermia, tindakan bedah, obesitas dapat menyebabkan hipotensi sfingter osefagus bawah dan pengosongan lambung yang terlambat, sehingga menimbulkan refluks gastreosefagus. Faktor asam, pipsin, garam empoder, pipsin yang meningkat akan menimbulkan perubahan materi refluks fisiologik.

Faktor predisposisi refluks gastreosefagus pada anak-anak antara lain, retardasi mental, paralitik serebral spastik, penyakit jantung kongenital dan fistel trakheosefagus.

Gejala

Gejala PRGE pada orang dewasa, antara lain rasa panas di dada (heart burnt) terutama post pandial heart burn, nyeri dada subternal efikardial atau retrosternal, regurutasi asam, sendawa (belching), cepat merasa kenyang, nausea, vomitas, kecegukan, disfagia. Gejala saluran nafas akibat aspirasi menimbulkan gangguan faring, laring dan paru antara lain serangan sesak nafas tengah malam (nocturnal choking), suara parau, karena laringitis poterior, brokghitis, pneumonia berulang dan asma.

Pada bayi dan anak gejala utama antara lain muntah berulang dan proyektif, regurgitasi yang terjadi setelah makan beberapa jam atau sebelum makan berikutnya, sehingga menimbulkan minutrisi dan gangguan pertumbuhan.

Diagnosis

Diagnosis RGE ditegaskan berdasarkan anamnesis yang cermat tentang keluhan penderita dibantu dengan pemeriksaan khusus antara lain pemeriksaan radiologik, manometri, endoskopi, tes provokasif, pengukuran PH dan tekanan osefagus dan tes skintigrat gastreosefagus.
Tiga tujuan dalam menegakkan diagnosis PGRE yaitu menentukan ada tidaknya refluks menentukan ada tidaknya kerusakan osefagus akibat refluks dan mengukur refluks secara tepat.

Pemeriksaan radiologik dilakukan dengan kontras barim bertujuan untuk menyingkirkan penyakit-penyakit antara lain, stridor osefagus, ulkus dengan obstruksi, karsinoma dan lain-lain. Pemeriksaan manometri adalah untuk menentukan tekanan sfingter osefagus bagian bawah. Endoskopi dilakukan untuk menilai kelainan mukosa osefagus dan melakukan biopsi osefagus untuk mendeteksi adanya suatu keganasan. Tes provokatif adalah tes sederhana dan akurat untuk menilai kepekaan mukosa osefagus terhadap asam. Pengukuran PH dan tekanan osefagus menggunakan alat yang dapat mencatat PH intraosefagus post prandial selama 24 jam. Tes ini dianggap sebagai suatu standar untuk mendiagnosis PRGE, bila PH kurang dari 4 dianggap PRGE.

Penatalaksanaan 

Pengobatan penderita dengan gejala refluks terbagai kedalam 3 tahap:
  • Terapi Medik Fase I : mengubah cara atau kebiasaan hidup.
- Posisi kepala atau tempat tidur ditinggikan (6-8 inci)
- Diet dengan menghindari makan tertentu seperti makanan berlemak, berbumbu, asam, cokelat, kopi dll.
- Menurunkan berat badan bagi yang gemuk.
- Jangan makan terlalu kenyang.
- Jangan segera tidur setelah makan.
- Hindari rokok, pakaian ketat dan mengangkat barang berat.
  • Terapi Medik Fase II : obat-obatan
- Obat Prokinetik: Metakorpamid, Domperidon, Cesaprid yang bersifat mempercepat peristaltik.
- Obat anti sekretonik: untuk mengurangi keasaman lambung seperti simetidin, Renitidin, Omeprazol.
  • Terapi Medik Fase III : yaitu pembedahan anti refluks pada kasus-kasus tertentu dengan indikasi PRGE persisten, malnutrisi berat, infeksi saluran nafas berulang, struktur osefagus yang gagal dengan terapi dilatasi.
 

No comments:

Post a Comment