Sunday, February 11, 2018

Pengertian Integrasi, Syarat, Bentuk, Proses dan Faktor Pendorong Integrasi Sosial, Serta Pendapat Para Tokoh.



Pengertian Integrasi Sosial

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menuliskan bahwa integrasi adalah pembauran hingga menjadi kesatuan yang utuh atau bulat. Istilah pembauran tersebut mengandung arti masuk ke dalam, menyesuaikan, menyatu, atau melebur sehingga menjadi seperti satu. Dengan demikian, integrasi merujuk pada masuk, menyesuaikan, atau meleburnya dua atau lebih hal yang berbeda sehingga menjadi seperti satu. Dari uraian tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa integrasi sosial adalah proses penyesuaian unsur-unsur yang berbeda dalam masyarakat sehingga menjadi satu kesatuan. Unsur-unsur yang berbeda tersebut dapat meliputi perbedaan kedudukan sosial, ras, etnik, agama, bahasa, kebiasaan, sistem nilai, dan norma. 

Syarat Integrasi Sosial

Menurut William F. Ogburn dan Mayer Nimkoff, syarat terwujudnya integrasi sosial adalah sebagai berikut.

  • Anggota-anggota masyarakat merasa bahwa mereka berhasil saling mengisi kebutuhan-kebutuhan mereka. Hal itu berarti kebutuhan fisik dan sosialnya dapat dipenuhi oleh sistem sosial mereka. Terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan tersebut menyebabkan setiap anggota masyarakat saling menjaga keterikatan antara satu dengan yang lainnya.
  • Masyarakat berhasil menciptakan kesepakatan (consensus) bersama mengenai norma dan nilai-nilai sosial yang dilestarikan dan dijadikan pedoman dalam berinteraksi antara satu dan lainnya, termasuk menyepakati hal-hal yang dilarang menurut kebudayaannya.
  • Norma-norma dan nilai sosial itu berlaku cukup lama, tidak mudah berubah, dan dijalankan secara konsisten oleh seluruh anggota masyarakat.

Bentuk-Bentuk Integrasi Sosial

Integrasi sosial dapat terjadi dalam tiga bentuk berikut.

Integrasi Normatif


Integrasi normatif dapat diartikan sebagai integrasi yang terjadi akibat terdapatnya norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dengan kata lain, norma menjadi hal yang mampu mempersatukan masyarakat. Contohnya, bangsa Indonesia dipersatukan oleh prinsip Bhinneka Tunggal Ika. Kata Bhinneka Tunggal Ika menjadi sebuah norma yang berfungsi mengintegrasikan perbedaan dalam masyarakat.

Integrasi Fungsional

Integrasi fungsional terbentuk karena ada fungsi tertentu dalam masyarakat. Integrasi dapat terbentuk dengan mengedepankan fungsi dari tiap pihak dalam masyarakat. Contohnya Indonesia yang terdiri dari bermacam suku mengintegrasikan dirinya dengan melihat fungsi dari tiap suku. Suku Bugis yang suka melaut, misalnya difungsikan sebagai penyedia hasil laut, suku Minang yang pandai berdagang difungsikan sebagai penjual hasil laut tersebut. Maka, akan tercipta sebuah integrasi dalam masyarakat.

Integrasi Koersif

Integrasi koersif ini terbentuk berdasarkan kekuasaan yang dimiliki penguasa. Penguasa dapat menerapkan cara koersif (kekerasan) sebagai salah satu alat pemersatu. Contohnya, perusuh yang berhenti mengacau karena polisi menembakkan gas air mata.

Proses Integrasi Sosial

Integrasi sosial dapat terjadi melalui proses-proses berikut.

Asimilasi

Asimilasi merupakan suatu proses sosial yang ditandai adanya usaha untuk mengurangi perbedaan antara individu atau kelompok dalam masyarakat. Dalam proses asimilasi, setiap individu dalam masyarakat berusaha untuk mempertinggi kesatuan tindakan, sikap, dan proses-proses mental dengan memperhatikan kepentingan dan tujuan bersama. Melalui asimilasi, seseorang tidak lagi membedakan dirinya dengan anggota masyarakat lainnya. Batas-batas antara anggota masyarakat akan hilang dan lebur menjadi satu kesatuan. Contoh asimilasi adalah perkawinan campuran antardua Negara, seperti Indonesia dan Amerika. Kebudayaan dari masing-masing negara akan melebur menjadi satu sehingga batasan kedua negara mulai tidak terlihat.

Akulturasi

Menurut Koentjaraningrat, akulturasi adalah proses sosial yang terjadi bila kelompok sosial dengan kebudayaan tertentu dihadapkan pada kebudayaan asing yang berbeda. Proses sosial akan berlangsung hingga unsur kebudayaan asing itu diterima masyarakat dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri. Jadi, akulturasi merupakan proses perubahan yang ditandai terjadinya penyatuan dua kebudayaan yang berbeda. Namun, umumnya akulturasi berlangsung tanpa menghilangnya cirri khas tiap kebudayaan itu sendiri.

Proses akulturasi sudah ada sejak dahulu dalam sejarah kebudayaan manusia. Hal itu karena manusia selalu melakukan migrasi atau perpindahan. Migrasi itu menyebabkan pertemuan antarkelompok manusia dengan kebudayaan yang berbeda. Akibatnya, individu dalam kelompok akan dihadapkan dengan unsur kebudayaan yang asing baginya. Awalnya, unsur baru tidak langsung diterima atau diadaptasi, tetapi melalui proses pembelajaran terlebih dahulu. Jika mendatangkan manfaat lebih besar, kebudayaan asing tersebut akan diterima. Jika sebaliknya, akan ditolak. Penerimaan mungkin terjadi setelah melalui perubahan tertentu (modifikasi) yang sesuai dengan struktur masyarakat yang ada.

Kebudayaan asing akan relatif mudah diterima apabila memenuhi syarat berikut ini.

  1. Tidak ada hambatan geografis, seperti daerah yang sulit dijangkau.
  2. Kebudayaan yang dating memberikan manfaat yang lebih besar bila dibandingkan dengan kebudayaan yang lama.
  3. Adanya persamaan dengan unsur-unsur kebudayaan lama.
  4. Adanya kesiapan pengetahuan dan keterampilan tertentu.
  5. Kebudayaan itu bersifat kebendaan.

Faktor-faktor Pendorong Integrasi Sosial

Integrasi sosial dapat dicapai antara lain karena adanya faktor-faktor pendorong sebagai berikut.

  1. Adanya toleransi terhadap kelompok-kelompok manusia dengan kebudayaan yang berbeda.
  2. Kesempatan yang seimbang dalam ekonomi bagi berbagai golongan masyarakat dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda.
  3. Sikap saling menghargai orang lain dengan kebudayaannya.
  4. Sikap terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat. Ini dapat diwujudkan jika penguasa memberikan kesempatan kepada golongan minoritas untuk memperoleh hak-hak yang sama dengan golongan mayoritas.
  5. Persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan. Pengetahuan tentang persamaan-persamaan unsur kebudayaan yang berlainan akan menghilangkan prasangka-prasangka yang semula mungkin ada di antara pendukung kebudayaan tersebut.
  6. Perkawinan campuran (amalgamation). Perkawinan campur antara dua pendukung kebudayaan yang berbeda dapat mendorong terciptanya integrasi sosial.  
  7. Terdapat musuh bersama dari luar. Adanya musuh bersama dari luar cenderung memperkuat kesatuan masyarakat atau kelompok yang mengalami ancaman musuh tersebut.       

No comments:

Post a Comment