Perjalanan sejarah Orde Baru yang
panjang, Indonesia dapat melaksanakan pembangunan dan mendapat kepercayaan dari
dalam maupun luar negeri. Rakyat Indonesia yang menderita sejak tahun 1960-an
dapat meningkat kesejahteraannya. Akan tetapi keberhasilan pembangunan pada
waktu itu tidak merata karena terjadi kesenjangan social ekonomi yang mencolok
antara si kaya dan si miskin. Bahkan Orde Baru ingin mempertahankan
kekuasaannya terus menerus dengan berbagai cara. Hal ini menimbulkan berbagai
efek negatif. Berbagai bentuk penyelewengan terhadap nilai-nilai Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945 itu disebabkan oleh adanya tindak korupsi, dan
nepotisme (KKN)
Sejak pertengahan tahun 1996 situasi politik di Indonesia memanas.
Golongan Karya yang berkeinginan menjadi mayoritas tunggal (Single Majority) mendapat tekanan dari
masyarakat. Masyarakat menuntut adanya perubahan di bidang politik, ekonomi,
demokratisasi dalam kehidupan sosial serta dihormatinya hak asasi manusia.
Hasil Pemilihan Umum 1997 yang dimenangkan Golkar dan menguasai DPR dan MPR
banyak mengandung unsur nepotisme.
Terpilihnya Jenderal Purnawirawan Soeharto sebagai Presiden RI banyak mendapat
reaksi masyarakat. Sedangkan pembentukan Kabinet Pembangunan VII dianggap
berbau Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme (KKN).
Pada saat memanasnya gelombang
aksi politik tersebut Indonesia dilanda krisis ekonomi sejak pertengahan tahun
1997 sebagai pengaruh krisis moneter
yang melanda wilayah Asia Tenggara. Harga-harga kebutuhan pokok dan bahan
pangan membumbung tinggi dan daya beli rakyat rendah. Para pekerja di
perusahaan banyak yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sehingga semakin
menambah pengangguran. Hal ini diperparah lagi dengan tindakan para konglomerat
yang menyalahgunakan posisinya sebagai pelaku pembangunan ekonomi. Mereka
menambah hutang tanpa kontrol dari pemerintah dan masyarakat. Akibatnya
perekonomian mengalami krisis, nilai rupiah terhadap dollar merosot tajam
hamper Rp. 15.000,00 per dollar As. Perbankan kita menjadi bangkrut dan banyak
yang dilikuidasi. Pemerintah banyak mengeluarkan uang dana untuk Kredit
Likuidasi Bank Indonesia (KLBI) sehingga beban pemerintah sangat berat. Dengan
demikian kondisi ekonomi di Indonesia semakin parah.
Melihat kondisi bangsa Indonesia
yang merosot di berbagai bidang tersebut maka para mahasiswa mempelopori
demonstrasi memprotes kebijakan pemerintah Orde Baru dengan menentang berbagai
praktek korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Kemarahan rakyat terhadap
pemerintah memuncak pada bulan Mei 1998 dengan menuntut diadakannya reformasi
atau perubahan di segala bidang baik bidang politik, ekonomi maupun hokum.
Gerakan reformasi ini merupakan gerakan untuk menumbangkan kekuasaan Orde Baru
yang telah mengendalikan pemerintahan selama 32 tahun.
Pada awal Maret 1998 Kabinet
Pembangunan VIII dilantik, akan tetapi kabinet ini tidak membawa perubahan kea
rah kemajuan. Oleh karena itu rakyat menghendaki perubahan ke arah yang lebih
baik di berbagai bidang kehidupan baik bidang politik, ekonomi, hukum maupun
sosial budaya. Pada awal Mei 1998 mahasiswa mempelopori unjuk rasa menuntut
dihapuskannya KKN, penurunan harga-harga kebutuhan pokok, dan Soeharto turun
dari jabatan Presiden.
Ketika para mahasiswa melakukan
demonstrasi pada tanggal 12 Mei 1998 terjadilah bentrokan dengan aparat
keamanan. Dalam peristiwa ini beberapa mahasiswa Trisakti cidera dan bahkan
tewas. Di antara mahasiswa Trisakti yang tewas adalah Elang Mulya Lesmana, Hery
Hartono, Hendriawan Sie, dan Hafidhin Royan.
Pada tanggal 13-14 Mei 1998 di
Jakarta dan sekitarnya terjadi kerusuhan massa dengan membakar pusat-pusat
pertokoan dan melakukan penjarahan. Pada tanggal 19 Mei 1998 puluhan ribu
mahasiswa menduduki gedung DPR/MPR. Mereka menuntut Soeharto turun dari jabatan
presiden akan tetapi Presiden Soeharto hanya mereshufle kabinet. Hal ini tidak
menyurutkan tuntutan dari masyarakat.
Pada tanggal 20 Mei 1998 Soeharto
memanggil tokoh-tokoh masyarakat untuk memperbaiki keadaan dengan membentuk
Kabinet Reformasi yang akan dipimpin oleh Soeharto sendiri. Tokoh-tokoh masyarakat
tidak menanggapi usul Soeharto tersebut. Akhirnya pada tanggal 21 Mei 1998
Presiden Soeharto menyerahkan kekuasaannya kepada wakilnya, B.J. Habibie.
Selanjutnya B.J Habibie dilantik sebagai Presiden RI menggantikan Soeharto.
Pada masa pemerintahan B.J
Habibie kehidupan politik mengalami perubahan, kebebasan berserikat telah
dibuka terbukti banyak berdiri partai politik. Pada bulan November 1998
dilaksanakan Sidang Istimewa MPR yang menghasilkan beberapa keputusan di
antaranya adalah tentang pemilihan umum secepatnya. Selanjutnya Pemilihan Umum
setelah berakhirnya Orde Baru dilaksanakan pada tanggal 7 Juni 1998 yang
diikuti oleh 48 partai politik. Pada pemilu kali ini suara terbanyak diraih
oleh Partai Demokrasi Perjuangan (PDIP). Dalam Sidang Umum MPR yang
dilaksanakan pada bulam Oktober 1999 terpilihlah K.H. Abdurrahman Wahid sebagai
Presiden RI dan Megawati Sukarnoputri sebagai Wakil Presiden.
Masa pemerintahan Presiden
Abdurrahman Wahid tidak berlangsung lama dan diwarnai pertentangan dengan
lembaga legislatif. Karena keadaan dianggap membahayakan keselamatan negara
maka MPR mengadakan Sidang Istimewa pada tanggal 21 Juli 2001. Hasil sidang
tersebut memutuskan memberhentikan Presiden Abdurrahman Wahid sebagai Presiden
dan melantik Megawati Soekarnoputri sebagai Presiden Indonesia. Masa jabatan
Presiden Megawati Sukarnoputri hingga pemilihan umum yang direncanakan pada
tahun 2004.
Kepemimpinan Presiden Megawati
Sukarnoputri didampingi oleh Hamzah Haz yang terpilih sebagai voting
(pemungutan suara). Pada masa pemerintahan Presiden Megawati ada kemajuan dari
luar maupun dari dalam negeri. Akan tetapi dengan adanya kesulitan ekonomi
sejak tahun 1997, pada masa pemerintahan ini belum bias memulihkan keadaan
seperti sebelum krisis ekonomi. Masa pemerintahan Presiden Megawati berakhir
sampai diselenggarakannya Pemilihan Umum tahun 2004.
Pada tanggal 5 April 2004
dilaksanakan pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Pusat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah pada tingkat propinsi dan pada tingkat
kota atau kabupaten.
Pemilihan Umum untuk memilih
presiden secara langsung dilaksanakan dua kali putaran. Putaran pertama pada
tanggal 5 Juli 2004 dan putaran kedua pada tanggal 20 September 2004. Terpilih
sebagai presiden adalah Susilo Bambang Yudhoyono dan sebagai wakil presiden
Jusuf Kalla. Pemilihan presiden dan wakil presiden oleh rakyat secara langsung
ini merupakan pertama kali dalam sejarah di Indonesia. Sistem ini merupakan
salah satu hasil dari gerakan reformasi di Indonesia.
No comments:
Post a Comment