Pengertian Nasionalisme
Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, nasionalisme adalah “kesadaran keanggotaan dalam suatu bangsa yang
secara bersama-sama mencapai, mempertahankan, dan mengabdikan identitas,
integritas, kemakmuran, dan kekuatan bangsa itu”. Nasionalisme di Indonesia
berkembang terutama setelah munculnya berbagai organisasi pergerakan.
Organisasi pergerakan dimulai ketika Budi Utomo didirikan pada 20 Mei 1908.
Lahirnya berbagai organisasi pergerakan ini disebabkan tuntutan emansipasi
politik, baik di negeri Belanda maupun di Hindia Belanda (Indonesia).
Organisasi ini menyadarkan bangsa Indonesia terhadap penderitaan dan kemiskinan
dari penindasan yang dilakukan oleh penjajah Belanda. Melalui berbagai
organisasi, gerakan rakyat dari yang bersifat kedaerahan menjadi nasional.
Faktor-Faktor Pembentuk Kesadaran Nasional
Nasionalisme di Indonesia, baik
secara langsung maupun tidak langsung, dipengaruhi oleh beberapa faktor. Di
antaranya pengaruh perluasan kekuasaan kolonial Barat di Indonesia, pengaruh
pendidikan Barat, dan pengaruh perkembangan pendidikan yang bernuansa
keagamaan.
Pengaruh Perluasan Kekuasaan Kolonial Barat
Kekuasaan kolonial Barat di Indonesia pada mulanya hanya ingin mendominasi perekonomian. Lama-kelamaan, kaum kolonial juga berusaha mendominasi secara politik. Tujuan penguasaan poltik ini tentu berkaitan dengan kepentingan ekonomi mereka. Mereka tidak ingin kepentingan ekonominya mereka diganggu oleh kebijakan penguasa atau politisi lokal. Untuk itu, mereka merasa perlu ikut campur dalam masalah politik suatu daerah sehingga lambat laun hak politik dan ekonomi rakyat Indonesia dihilangkan oleh penjajah.
Penjajahan dan penindasan yang dilakukan penjajah Barat selama beratus tahun itu menimbulkan kesadaran bangsa Indonesia. Mereka sadar bahwa perbaikan nasib rakyat Indonesia tidak akan datang dari kaum penjajah. Rakyat Indonesia sendirilah yang harus berjuang. Oleh karena itu, rakyat Indonesia harus membebaskan diri dari belenggu penjajah Barat.
Pengaruh Pendidikan Barat
Sejak akhir abad ke-19, muncul berbagai perusahaan di Indonesia. Perusahaan-perusahaan ini membutuhkan tenaga-tenaga kerja terampil dari penduduk pribumi. Demikian pula, di bidang pemerintahan. Banyak tenaga kerja administrative dibutuhkan guna mendukung kebijakan ekonominya. Hal ini membuat pemerintah Belanda mendirikan sekolah-sekolah. Awalnya, sekolah yang dibuka terbatas sampai tingkat rendah saja. Pada dasawarsa kedua abad ke-20, pemerintah Belanda pun membuka sekolah tingkat menengah. Sejak tahun 1920-an, dibuka pula sekolah tingkat tinggi.
Pada masa itu, ada empat kategori sekolah. Pertama, sekolah Eropa yang sepenuhnya memakai model sekolah negeri Belanda (tipe 1). Kedua, sekolah bagi pribumi yang memakai bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar (tipe 2). Ketiga, sekolah bagi pribumi yang memakai bahasa daerah/pribumi sebagai bahasa pengantar (tipe 3). Keempat, sekolah yang memakai system pribumi (tipe 4).
Kedudukan sekolah tipe 1 dan 2 tentu sangat strategis. Artinya, sekolah ini menghasilkan tamatan yang siap menjalankan fungsinya dalam sektor-sektor yang menggunakan bahasa Belanda sebagai bahasa pengantarnya. Dalam situasi kolonial, jabatan-jabatan itu tidak hanya berstatus lebih tinggi, tetapi juga memberikan penghasilan besar. Sekolah tipe 3 dan 4 diproyeksikan sebagai tenaga administrative yang akan selalu berhubungan dengan orang-orang pribumi.
Pendidikan Barat menjadi lambing prestise (gengsi). Selain itu, pendidikan Barat mampu mempersiapkan orang secara lebih baik untuk memperoleh kemajuan. Lambat laun, penduduk pribumi tertarik untuk memperoleh pendidikan Barat daripada sistem pendidikan lain yang sifatnya tradisional. Kemajuan di bidang pendidikan melahirkan kaum terpelajar pribumi.
Di samping sekolah-sekolah yang diselenggarakan pemerintah kolonial, muncul pula sekolah-sekolah nonpemerintah, seperti, Taman Siswa, Perguruan Muhammadiyah, madrasah Jamiat Kheir, dan pendidikan untuk kaum perempuan yang dipelopori oleh R.A. Kartini.
Pengaruh Perkembangan Pendidikan Islam
Pada masa sebelumnya, pada pendidikan Islam di Indonesia diperkirakan sistem pengajarannya masih sederhana. Setelah timbulnya gerakan pembaharuan, pendidikan Islam dimodernisasikan dengan mengubah sistem pengajaran dan kurikulum yang dapat beradaptasi dengan perkembangan zaman.
Salah satu organisasi Islam yang menaruh perhatian besar pada hal ini organisasi Muhammadiyah yang oleh K.H. Ahmad Dahlan di Yogyakarta. Sekolah-sekolah yang didirikan organisasi Islam seperti Muhammadiyah bersifat modern, namun masih bersifat alami. Artinya, ilmu pengetahuan modern dipadu dengan ajaran Islam.
No comments:
Post a Comment