Drama Klasik
Pada masa kejayaan Yunani dan
Romawi sangat banyak karya drama yang bersifat, terkenal sampai kini. Para
pengajar-pengajar drama pun banyak yang menjadikan Yunani dan Romawi tempat
memperdalam ilmu seni drama.
Drama Yunani
Asal mula drama adalah kultus
Dyonesos. Pada waktu itu, drama dikaitkan upacara penyembahan kepada dewa, dan
disebut tragedi. Kemudian tragedi mendapat makna lain, yaitu perjuangan manusia
melawan nasib. Komedi sebagai lawan kata dari tragedi, pada zaman Yunani Kuno
merupakan karikatur cerita duka dengan tujuan menyindir penderitaan hidup
manusia.
Adapun bentuk tragedi klasik,
dengan cirri-ciri tragedi Yunani adalah sebagai berikut :
- Lakon tidak selalu diakhiri dengan kematian tokoh utama atau tokoh protagonis.
- Lamanya Lakon kurang dari satu jam.
- Koor sebagai selingan dan pengiring sangat berperan (berupaya nyanyian rakyat atau pujian).
- Tujuan pementasan sebagai Katarsis atau penyuci jiwa melalui kasih dan rasa takut.
- Lakon biasanya terdiri atas 3-5 bagian, yang diselingi Koor (stasima). Kelompok.
- Koor biasanya keluar paling akhir (exodus)
- Menggunakan Prolog yang cukup panjang.
Bentuk pentas pada zaman Yunani
berupa pentas terbuka yang berada di ketinggian, yang di kelilingi tempat duduk
penonton dan melingkari bukit, tempat pentas berada di tengah-tengah. Drama
Yunani merupakan ekspresi relegius dalam upacara yang bersifat relegius pula.
Dikenal pula adanya bentuk
Komedi, dengan ciri-ciri sebagai berikut :
1. Komedi tidak mengikuti satire individu maupun satire politis.2. Peranan aktor dalam komedi tidak begitu menonjol.3. Kisah lakon dititikberatkan pada kisah cintanya ditolak orang tua/famili sang gadis.4. Tidak digunakan Stock character, yang biasanya memberikan kejutan.5. Lakon menunjukkan cirri kebijaksanaan, karena pengarangnya melarat dan menderita, tetapi kadang-kadang juga berisi sindiran dan sikap yang pasrah.
Ada tiga tokoh Yunani terkenal,
yaitu Plato, Aristoteles, dan Sophocles. Menurut Plato, keindahan bersifat
relative. Karya seni dipandangnya sebagai mimetic, yaitu imitasi dari kehidupan
jasmaniah manusia. Imitasi menurut Plato bukan demi kepentingan imitasi itu
sendiri, tetapi demi kepentingan kenyataan. Karya Plato yang terkenal adalah
“The Repulic”. Aristoteles juga termasuk tokoh Yunani yang terkenal. Ia
memandang karya seni bukan hanya imitasi kehidupan fisik, tetapi harus juga
dipandang sebagai karya yang mengandung kebajikan dalam dirinya. Dengan
demikian karya-karya itu mempunyai watak tertentu.
Sementara itu, Sophocles adalah
tokoh drama terbesar zaman Yunani. Tiga karyanya yang merupakan tragedi,
merupakan karyanya bersifat abadi, dan temanya relevan sampai saat ini.
Dramanya adalah “Oedipus Sang Raja”, “Oedipus”, dan “Antigone”. Tragedi tentang
nasib manusia yang mengenaskan. Dari karyanya bentuk targedi Yunani mendapatkan
warna khas. Sedang Aristophanes, adalah tokoh komedi dengan karya-karyanya “The
Forgs”, “The Waps”, dan “The Clouds”.
Drama zaman Romawi
Teater Romawi mengambil alij gaya
teater Yunani. Mula-mula bersifat relegius, lama-lama bersifat mencari uang
(show biz). Bentuk pentas lebih megah dari zaman Yunani. Terdapat tiga tokoh
drama Romawi Kuno, yaitu Plutus, Terence atau Publius Terence Afer, dan Lucius
Seneca.
No comments:
Post a Comment