Wednesday, August 10, 2016

Pendidikan dan Filsafat Pendidikan dan Pendapat Ahli.

Pendidikan dalam arti umum mencakup segala usaha dan perbuatan dari generasi tua untuk mengalihkan pengalamannya, pengetahuannya, kecakapannya serta keterampilannya kepada generasi muda untuk memungkinkannya melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan bersama. 

Corak pendidikan itu erat hubungannya dengan corak penghidupan, karenanya jika corak penghidupan itu berubah, berubah pulalah corak pendidikannya, agar si anak siap untuk memasuki lapangan penghidupan itu.

Pendidikan itu adalah suatu disiplin dari berbagai macam bagian komponen. Bagian-bagian ini telah menjadi demikian bermacam ragam dan berspesialisasi, akan tetapi betapapun juga, tidak selalu mengambil tempat yang sama besarnya di dalam segala arah dan segi pada waktu yang sama. Metode pengajaran atau susunan kurikulum umpamanya, telah mengalami perbaikan jauh lebih banyak di dalam beberapa periode sejarah pendidikan daripada lain-lainnya. Barangkali sekarang ini, sebagaimana tidak pernah di masa-masa sebelumnya, para siswa begitu tertarik dengan permasalahan-permasalahan yang secara terus menerus (kekal) bersangkutan dengan filasafat.

Tentu perlu diragukan lagi, bahwa berbagai macam faktor telah menimbulkan hasil penelitian yang demikian itu. Pendidikan memang suatu usaha yang sulit dan rumit, dan memakan waktu yang cukup banyak dan lama, terutama sekali di masa modern dewasa ini. Pendidikan menghendaki berbagai macam teori dan pemikiran dari para ahli pendidik dan ahli filsafat, guna melancarkan jalan dan memudahkan cara-cara bagi guru dan pendidik dalam menyampaikan ilmu pengetahuan dan pengajaran kepada siswa para siswa dan anak didik.

Kalau teori pendidikan itu hanyalah semata-mata teknologi, dia harus meneliti asumsi-asumsi utama tentang sifat manusia dan masyarakat yang menjadi landasan praktek pendidikan. Teori pendidikan yang melaksanakan studi seperti itu sampai batas tersebut bersifat dan mengandung unsur filsafat.

Memang ada resiko yang mungkin timbul dari setiap dua tendensi itu: teknologi - mungkin terjerumus, tanpa dipikirkan buat memperoleh beberapa hasil konkrit yang telah dipertimbangkan sebelumnya didalam sistem pendidikan, hanya untuk membuktikan, bahwa mereka dapat menyempurnakan suatu hasil dengan sukses, yang pada hakekatnya belum dipertimbangkan dengan hati-hati sebelumnya. Sedangkan para ahli filsafat pendidikan, sebaiknya, mungkin tersesat dalam abstraksi tinggi yang penuh dengan hal-hal umum yang nampaknya hebat yang penuh dengan debat yang tiada berkeputusan, akan tetapi tanpa adanya gagasan jelas buat menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang ideal.

Tidak ada satupun dari permasalahan kita yang mendesak dapat dipecahkan dengan cepat, atau dengan mengulang-ulang dengan gigih kata-kata yang hampa. Tidak dapat dihindari, bahwa orang-orang yang memperdebatkan masalah ini, apabila mereka terus berpikir, yang lebih baik daripada mengadakan reaksi, mereka tentu akan menyadari bahwa mereka itu telah membicarakan masalah yang sangat mendasar.

Dalam beberapa hal, filsafat pendidikan itu dapat disingkat dalam bentuk formula. Dan formula ini kemudian dijadikan semacam semboyan atau slogan. Tetapi kadang-kadang semboyan-semboyan itu sering pula disalah tafsirkan. Biasanya hal itu terjadi, kalau kesalahan terjadi dalam bidang pendidikan, yang terlihat pada hasil dari pendidikan itu, yang didasarkan pada semboyan tersebut. Misalnya yang dapat kami kemukakan dari semboyan yang kami maksudkan itu, ialah kata-kata hikmat dalam bidang pendidikan, seperti:
"Semua pengetahuan itu adalah ingatan"
"Manusia itu hewan yang berakal"
"Pendidikan itu mengandung irama"
"Pendidikan itu harus mengajar kita hidup dekat dengan alam"
"Kita belajar dengan berbuat". 
Alangkah  banyaknya hal-hal yang telah diperbuat berdasarkan slogan-slogan seperti itu. Dia mudah diingat dan meresap ke dalam hati. Dia kadang-kadang merupakan pedoman di malam yang gelap atau sebagai lampu yang menerangi jalan-jalan yang akan ditempuh untuk mencapai suatu tujuan. Dia merupakan ide singkat yang kadang-kadang merupakan hasil perasaan dari bahasan filsafat yang panjang lebar.

Salah satu tugas kita mempelajari filsafat pendidikan adalah antara lain untuk menyelamatkan formula-formula dan pikiran-pikiran yang mengandung unsur-unsur pendidikan itu, yang terungkap dan tercetus sebagai slogan dan semboyan. Kita akan berusaha memberikan daya hidup dan arti yang berhasil dan berdaya guna dan untuk menonjolkan ide pikiran-pikiran itu sebagai pusat pegangan dalam himpunan ide-ide yang membentuk filsafat pendidikan. Apabila ide-ide dan pikiran-pikiran itu ditampilkan dalam bentuk demikian, yang pada hakikatnya tidak mudah untuk dimengerti begitu saja, ide-ide itu menghendaki waktu dan kesabaran agar dapat dipegang dan dipedomani sebagaimana yang dikehendaki oleh si filosof. (H.B Hamdani Ali, MA. M.Ed, Filsafat Pendidikan, Kota Kembang, Yogyakarta, 1987, hal. 11). 

No comments:

Post a Comment