Tuesday, December 6, 2016

Tantangan dan Sifat Kemu'jizatan Al-Qur'an,Serta Pandangan Tradisional dan Modern,Serta Menurut Para Ilmuan Islam.

Masalah kemukjizatan al-Qur'an mulai diteliti oleh para cendiliawan muslim sejak abad kedua hijrah atau abad kedelapan masehi, dan terus menarik perhatian sampai masa kini. Hakekat kemukjizatan al-Qur'an telah menjadi bahan perdebatan dan diskusi. Issu sentralnya adalah aspek mana dari al-Qur'an itu yang mu'jiz (tidak dapat ditiru). Al-Qur'an sendiri tidak memberi petunjuk spesifik mengenai hal ini, dalam ayat-ayat al-Qur'an dapat dibaca bahwa tahaddiy "tantangan" yang dimilikinya membuka kesempatan dengan tiga tahapan;
  1. Tantangan yang bersifat umum meliputi manusia dan jin, QS. al-Isra' 17:88 : "Katakanlah, sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa al-Qur'an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.
  2. Tantangan sepuluh surah saja, QS. Hud, 11:13, : Bahkan mereka mengatakan, "Muhammad telah membuat-buat al-Qur'an itu "(Kalau demikian) maka datangkanlah sepuluh surah yang dibuat-buat, yang menyamainya, dan pangillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar;
  3. Tantangan satu surah saja, QS. al-Baqarah, 2:23 : "Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang al-Qur'an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surah (saja) yang semisal al-Qur'an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar".
Seorang ahli berkomentar bahwa tantangan yang sedemikian lantang itu tidak dapat dikemukakan oleh seseorang, kecuali memiliki dari dua sifat; gila atau sangat yakin. Nabi Muhammad saw. sangat yakin terhadap wahyu-wahyu Tuhan, karena wahyu adalah informasi yang diyakini dengan sebenarnya bersumber dari Allah swt.

Oleh karena itu, mu'jizat al-Qur'an mempunyai dua sifat, sekaligus menjadi syarat diterimanya sesuatu sebagai mu'jizat yaitu:
  1. Selalu menantang (tahaddiy). Tantangan dari masyarakat biasanya bersifat hissiy (bisa dijangkau oleh indera), sedang tantangan dari Nabi sendiri sifatnya ma'nawiy (samar). Menurut Imam al-Sayuthiy, mu'jizat bersifat hissiy pada umumnya diberikan kepada Nabi terdahulu sebelum Nabi Muhammad saw.
  2. Manusia tidak dapat menciptakan hal serupa dengan mu'jizat tersebut.
Mungkin ada yang berpendapat bahwa apabila sesuatu itu baru dianggap sebagai mu'jizat apabila sifatnya menantang, maka tidak seluruh ayat al-Qur'an dianggap mukjizat, sebab ada ayat-ayat al-Qur'an yang sifatnya tidak menantang. Masalah ini dijawab oleh Imam al-Zarkasyiy dalam bukunya, "al-Burhan" bahwa al-Qur'an secara menyeluruh adalah mu'jizat karena pada asalnya dari Allah Swt. dan telah menjadikannya setiap surah mengandung mu'jizat, yang berarti bahwa setiap ayat dan surah memiliki keistimewaan.

Pandangan tradisional mengenai kemukjizatan al-Qur'an berpusat pada pentingnya literary excellence al-Qur'an sebagai aspek paling menonjol dari kemukjizatan, misalnya, adalah keseimbangan yang sangat serasi antara kata-kata yang digunakannya, keserasian dua kata bertolak belakang, ada beberapa contoh, di antaranya:
  1. Al-hayat (hidup), dan al-mawut (mati) masing-masing sebanyak 145 kali,
  2. Al-naf (manfaat) dan al-mudharat (mudarat) masing-masing sebanyak 50 kali,
  3. Al-shalihat (kebajikan) dan al-sayyi'at) (kejahatan) masing-masing 167 kali.
Aspek-aspek tersebut diatas memiliki tahaddiy. Kata tahaddiy sendiri adalah bentuk verbal-noun dari kata kerja tahadda' yang berarti menantang. Jadi tahaddiy berarti tantangan. Dalam kaitannya dengan al-Qur'an, istilah teknis ini berarti "tantangan al-Qur'an kepada manusia membuat sesuatu yang serupa dengannya.

Antara abad ke-2 hijrah atau abad ke-8 masehi, dengan abad ke-14 hijrah atau abad ke-20 masehi, cendikiawan muslim pada umumnya berpegang teguh kepada prinsip bahwa literary excellence al-Qur'an (aspek keindahan dan ketelitian redaksi-redaksinya), yang dalam hal ini, balaghahnya merupakan unsur utama kemukjizatan. Masa kini, pembicaraan dan argumentasi mengenai kemukjizatan al-Qur'an mulai mendapat angin baru dengan berkembangnya pendekatan-pendekatan modern. Berbeda dengan pandangan tradisional, pandangan modern berpendapat bahwa style al-Qur'an yang unik itu hanya merupakan salah satu komponen dari aspek kemu'jizatan al-Qur'an, yang lebih penting adalah kandungannya yang lebih luas.
 
Pendekatan modern terhadap i'jaz al-Qur'an menyatakan bahwa al-Qur'an harus diperlakukan sebagai satu kesatuan, dan penafsirannya harus mempertimbangkan semua ayat atau setiap bagiannya yang terkait masalah yang dibahas, terutama sekali dalam hal i'jaz, termasuk masalah pemberitaan alam ghaibnya, isyarat-isyarat ilmiah dan pesan-pesan yang dikandungnya.

Berkenaan dengan mu'jizat yang dimiliki Nabi Muhammad saw, ulama sepakat meyakini bahwa al-Qur'an merupakan mu'jizat terbesar baginya. Kitab suci tersebut dapat mengungguli kehebatan sastra  para pujangga Arab. Tuduhan-tuduhan yang mengatakan bahwa al-Qur'an itu adalah karangan Nabi Muhammad saw., dapat dipatahkan oleh kenyataan al-Qur'an itu sendiri, yang amat indah gaya bahasanya, tepat ramalannya, korektif kisah-kisahnya, dan benar keterangan-keterangan ilmiahnya.

No comments:

Post a Comment