Sejak awal Islam masuk ke Indonesia para Muballigh dalam penyiaran Islam menggunakan metode, antara lain:
Metode Silaturrahmi
Metode Ketauladanan
Metode Dialog
Metode Silaturrahmi
Para mubalig Islam dalam melaksanakan penyiaran melakukan Silaturrahmi,yaitu mendatangi masyarakat yang belum memeluk Islam dari rumah ke rumah sambil membawa dagangannya. Mereka tidak semata-mata mengajak untuk masuk Islam, tetapi mereka menawarkan dagangannya. Sehingga mereka yang didatangi tidak merasa kalau dirinya telah dipengaruhi untuk masuk Islam.
Orang yang telah terpaut hatinya untuk masuk Islam, maka para mubalig pun secara terus menerus mendatangi mereka sambil diberi hadiah sebagai tali ikatannya. Meraka yang rajin melakukan silaturrahmi adalah Syaikh Maulana Ishaq. Dalam satu riwayat diceritakan Syaikh Maulana Ishaq datang dengan membawa tiga kapal barang dagangannya. Satu kapal di jual dan dua kapal untuk shadaqah orang yang di kunjungi.
Silaturrahmi ini juga di lakukan oleh para muballigh lainnya seperti Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Kaligaja. Sehingga dakwah Islamia bisa maju pesat di Indonesia karena silaturrahmi para muballigh tersebut.
Metode Ketauladanan
Para mubalig yang datang di Indonesia dalam menyebarkan Islam lebih banyak memberi suri tauladannya dari pada banyak omongannya. Ketauladanan ini tercermin dalam sikapnya yakni cara berbicara, cara berpikir, cara berpakain, cara bergaul dengan orang lain dan cara menyelesain suatu masalah. Kalau para mubalig mengajak untuk mengerjakan shalat, maka mereka terlebih dahulu mengerjakan shalat. Apa yang diajarkannya tentang ibadah pasti para mubalig telah mengerjakannya.
Sunan Kaligaja misalnya,mengajak orang Jawa masuk agama Islam, terlebih dahulu dia meng-Islamkan keluarganya. Sunan Gunung Jati mengajak masyarakat Cirebon dan Banten untuk menjadi orang Islam yang baik, dia terlebih mengajak keluarganya menyempurnakan Islamnya. Sikap Ketauladanan ini tidak saja dilakukan oleh para mubalig Islam dalam masalah peribadatan saja, tapi dalam bentuk amaliyah lainnya.
Melalui suri tauladan tersebut diatas masyarakat yang baru memeluk agama Islam mengalami kesulitan dalam mengerjakan ajaran Islam. Begitu juga dengan memberi suri tauladan ini komunikasi antara para mubalig dengan peserta tabligh terbuka dengan luas. tidak ada jarak pemisah antara keduanya. Dengan demikian niali ajaran Islam dapat terserap dengan lancar oleh peserta tabligh.
Metode Dialog
Metode dialog ini digunakan oleh para muballigh ketika mereka mengadakan sarasehan dan ketika mengajar agama secara langsung. Dialog ini bermaksud agar peserta tabligh lebih memahami dan mendalami ajaran Islam. Dialog apa yang digunakan oleh para mubalig pada saat itu? Dialog yang digunakan adalah dialog timbal balik, yakni mubalig dan peserta tabligh bebas terbuka menyampaikan dan menanyakan sesuatu. Sehingga dalam proses dialog ini tidak di temukan hambatan yang berarti. tidak ada emosi dalam diaolog itu,yang ada adalah persaudaraan dan keakraban.
Muballigh yang paling sering menggunakan dialog dalam tablignya adalah Sunan Kalijaga. Dialog ini dia lakukan ketika menampilkan tontonan wayang. Setelah selesai pertunjukan penonton diberi kesempatan untuk bertanya tentang apa yang belum paham dalam pertunjukan itu. Apakah alur ceritanya,apakah maksud dan tujuan cerita dan karakter tokoh-tokoh yang ditampilkan. Sehingga dari hasil dari dialog yang di lakukan Sunan Kalijaga itu lahir para dalang yang ikut menyebarkan Islam bersama Sunan Kalijaga.
No comments:
Post a Comment