Dalam hidupnya manusia selalu
menghadapi masalah-masalah. Jarang sekali orang dapat melewatkan waktunya
barang sehari tanpa menghadapi sesuatu masalah, besar atau kecil. Banyak
masalah-masalah yang dihadapi di waktu-waktu yang silam timbul lagi pada waktu
sekarang dan masalah yang sejenis dapat diharapkan akan muncul kembali di
masa-masa mendatang.
Orang yang mempunyai banyak
pengalaman umumnya dapat memecahkan masalahnya lebih gampang dari pada orang
yang sedikit pengalamannya. Pengalaman memang merupakan pengetahuan yang sangat
berharga bagi hidup manusia sehari-hari, terutama yang berhubungan dengan
pekerjaan atau jabatannya, baik dalam lapangan social, politik, maupun ekonomi,
dan lain-lainnya.
Pengalaman orang pada galibnya
sangatlah terbatas, baik jenisnya maupun banyaknya. Sungguhpun begitu orang
dapat mengisi kekurangannya, dapat memperluas cakrawala pengalamnnya dengan
pengalaman-pengalaman orang lain sehingga pengetahuannya menjadi makin luas
adanya.
Apa yang disebut ilmu pengetahuan
sebenarnya tidak lain adalah kumpulan dari pengalaman-pengalaman dan
pengetahuan-pengetahuan dari sejumlah orang yang dipadukan secara harmonik
dalam suatu bangunan yang teratur. Orang dapat mengambil manfaat sebesar-besarnya dari ilmu pengetahuan justru
oleh karena ilmu pengetahuan disusun dari pengalaman-pengalaman dan
pengetahuan-pengetahuan yang sudah diuji kebenarannya. Dengan dilepaskannya
unsur-unsur yang unik, yang sangat khusus, ilmu pengetahuan merupakan sesuatu
yang mempunyai nilai yang umum, dan oleh karena persoalan-persoalan yang
dihadapi manusia kerapkali mempunyai garis-garis yang umum, maka sumbangan ilmu
pengetahuan untuk memecahkan persoalan-persoalan hidup sehari-hari tak dapat
diperkirakan harganya.
Kesulitan-kesulitan dalam
mengahadpi suatu masalah pada pokoknya bersumber pada dua sebab. Pertama, orang
kurang tahu caranya memecahkan masalah itu. Kedua, orang kekurangan fakta-fakta
yang sehubungan dengan masalah itu. Yang pertama disebut kekurangan formal atau
metodologik, sedang yang kedua disebut kekurangan material.
Ada dua cara yang umum ditempuh
untuk memikirkan pemecahan sesuatu masalah, yaitu :
- Cara berfikir analitik,
- Cara berfikir sintetik.
Dalam cara berfikir analitik
orang berangkat dari dasar-dasar pengetahuan yang umum, dari proposisi-proposisi
yang berlaku secara umum, dan meneliti persoalan-persoalan khusus dari segi
dasar-dasar pengetahuan yang umum itu. Kesimpulan ditarik secara deduktiv.
Pembuktian kebenarannya bersifat a priori. Dalam cara berfikir sintetik orang
berlandasan pada pengetahuan-pengetahuan yang khusus, fakta-fakta yang unik,
dan merangkaikan fakta-fakta yang khusus itu menjadi suatu pemecahan yang
bersifat umum. Konklusi yang ditarik dari cara berfikir semacam ini menempuh
jalan induktiv. Pembuktian kebenarannya bersifat a posteriori.
Salah satu sarat penting agar
diperoleh kesimpulan yang benar dengan cara berfikir yang analitik adalah bahwa
dasar deduksinya harus benar. Jika dasar deduksinya sendiri sudah salah, maka
kesimpulannya pada umumnya akan salah juga. Oleh sebab itu penting sekali untuk
memperoleh dasar-dasar deduksi yang benar sebelum menggunakannya sebagai
landasan penarikan kesimpulan. Menyediakan dasar-dasar deduksi yang benar
inilah salah satu tugas research ilmiah dalam segala bidang.
Menyusun dasar-dasar deduksi yang
umumnya berwujud dalil-dalil, hukum-hukum, atau tata-tata (rules) bukanlah
pekerjaan yang mudah. Orang tidak hanya perlu bersikap tekun, teliti, dan
cermat dalam mengumpulkan fakta-fakta, tetapi harus juga cerdas, tajam, dan
obyektif dalam menganalisa, menginterpertasi dan menarik kesimpulan dari
fakta-fakta yang dikumpulkan itu. Kerapkali observasi yang berulang-ulang harus
dilakukan sebelum suatu analisa dilakukan.
Tidak jarang observasi yang
berulang-ulang sukar dilakukan, sehingga orang harus mengadakan observasi
terhadap kejadian-kejadian sejenis yang cukup banyak jumlahnya. Semuanya
dimaksudkan agar kesimpulan-kesimpulan tidak diambil secara gegabah. Kecuali
itu perlu disadari juga bahwa terutama dalam ilmu-ilmu pengetahuan sosial apa
yang disebut “kepastian” hamper-hampir tidak pernah dicapai, melainkan hanya
dapat didekati. Gejala-gejala sosial, betapapun kita menyebutnya sejenis,
sangat jarang menunjukkan titik-titik persamaan dalam keseluruhannya. Oleh
sebab itu dalam suatu kesimpulan dari penyelidikan induktiv tentang
gejala-gejala sosial pada umumnya dikemukakan juga besar-kecilnya (biasanya
dinyatakan dalam prosentase) peristiwa atau kejadian yang tidak mengikuti
garis-garis umum atau titik-titik persamaan itu. Maksudnya adalah agar setiap orang
yang menggunakan kesimpulan yang umum itu dalam menghadapi peristiwa-peristiwa
yang khusus dapat menentukan besar kecilnya kepercayaan yang dapat diletakkan
pada kesimpulan itu sebagai dasar deduksi.
Bagus artikel nya gan.. saya suka membaca artikel berkualitas.. di kunjungi juga ya website aku s128 sabung ayam download
ReplyDelete