Saturday, April 6, 2019

Manusia dan Masalahnya


Dalam hidupnya manusia selalu menghadapi masalah-masalah. Jarang sekali orang dapat melewatkan waktunya barang sehari tanpa menghadapi sesuatu masalah, besar atau kecil. Banyak masalah-masalah yang dihadapi di waktu-waktu yang silam timbul lagi pada waktu sekarang dan masalah yang sejenis dapat diharapkan akan muncul kembali di masa-masa mendatang.

Orang yang mempunyai banyak pengalaman umumnya dapat memecahkan masalahnya lebih gampang dari pada orang yang sedikit pengalamannya. Pengalaman memang merupakan pengetahuan yang sangat berharga bagi hidup manusia sehari-hari, terutama yang berhubungan dengan pekerjaan atau jabatannya, baik dalam lapangan social, politik, maupun ekonomi, dan lain-lainnya.

Pengalaman orang pada galibnya sangatlah terbatas, baik jenisnya maupun banyaknya. Sungguhpun begitu orang dapat mengisi kekurangannya, dapat memperluas cakrawala pengalamnnya dengan pengalaman-pengalaman orang lain sehingga pengetahuannya menjadi makin luas adanya.

Apa yang disebut ilmu pengetahuan sebenarnya tidak lain adalah kumpulan dari pengalaman-pengalaman dan pengetahuan-pengetahuan dari sejumlah orang yang dipadukan secara harmonik dalam suatu bangunan yang teratur. Orang dapat mengambil manfaat  sebesar-besarnya dari ilmu pengetahuan justru oleh karena ilmu pengetahuan disusun dari pengalaman-pengalaman dan pengetahuan-pengetahuan yang sudah diuji kebenarannya. Dengan dilepaskannya unsur-unsur yang unik, yang sangat khusus, ilmu pengetahuan merupakan sesuatu yang mempunyai nilai yang umum, dan oleh karena persoalan-persoalan yang dihadapi manusia kerapkali mempunyai garis-garis yang umum, maka sumbangan ilmu pengetahuan untuk memecahkan persoalan-persoalan hidup sehari-hari tak dapat diperkirakan harganya.

Kesulitan-kesulitan dalam mengahadpi suatu masalah pada pokoknya bersumber pada dua sebab. Pertama, orang kurang tahu caranya memecahkan masalah itu. Kedua, orang kekurangan fakta-fakta yang sehubungan dengan masalah itu. Yang pertama disebut kekurangan formal atau metodologik, sedang yang kedua disebut kekurangan material.

Ada dua cara yang umum ditempuh untuk memikirkan pemecahan sesuatu masalah, yaitu :
  • Cara berfikir analitik,
  • Cara berfikir sintetik.

Dalam cara berfikir analitik orang berangkat dari dasar-dasar pengetahuan yang umum, dari proposisi-proposisi yang berlaku secara umum, dan meneliti persoalan-persoalan khusus dari segi dasar-dasar pengetahuan yang umum itu. Kesimpulan ditarik secara deduktiv. Pembuktian kebenarannya bersifat a priori. Dalam cara berfikir sintetik orang berlandasan pada pengetahuan-pengetahuan yang khusus, fakta-fakta yang unik, dan merangkaikan fakta-fakta yang khusus itu menjadi suatu pemecahan yang bersifat umum. Konklusi yang ditarik dari cara berfikir semacam ini menempuh jalan induktiv. Pembuktian kebenarannya bersifat a posteriori.

Salah satu sarat penting agar diperoleh kesimpulan yang benar dengan cara berfikir yang analitik adalah bahwa dasar deduksinya harus benar. Jika dasar deduksinya sendiri sudah salah, maka kesimpulannya pada umumnya akan salah juga. Oleh sebab itu penting sekali untuk memperoleh dasar-dasar deduksi yang benar sebelum menggunakannya sebagai landasan penarikan kesimpulan. Menyediakan dasar-dasar deduksi yang benar inilah salah satu tugas research ilmiah dalam segala bidang.

Menyusun dasar-dasar deduksi yang umumnya berwujud dalil-dalil, hukum-hukum, atau tata-tata (rules) bukanlah pekerjaan yang mudah. Orang tidak hanya perlu bersikap tekun, teliti, dan cermat dalam mengumpulkan fakta-fakta, tetapi harus juga cerdas, tajam, dan obyektif dalam menganalisa, menginterpertasi dan menarik kesimpulan dari fakta-fakta yang dikumpulkan itu. Kerapkali observasi yang berulang-ulang harus dilakukan sebelum suatu analisa dilakukan.

Tidak jarang observasi yang berulang-ulang sukar dilakukan, sehingga orang harus mengadakan observasi terhadap kejadian-kejadian sejenis yang cukup banyak jumlahnya. Semuanya dimaksudkan agar kesimpulan-kesimpulan tidak diambil secara gegabah. Kecuali itu perlu disadari juga bahwa terutama dalam ilmu-ilmu pengetahuan sosial apa yang disebut “kepastian” hamper-hampir tidak pernah dicapai, melainkan hanya dapat didekati. Gejala-gejala sosial, betapapun kita menyebutnya sejenis, sangat jarang menunjukkan titik-titik persamaan dalam keseluruhannya. Oleh sebab itu dalam suatu kesimpulan dari penyelidikan induktiv tentang gejala-gejala sosial pada umumnya dikemukakan juga besar-kecilnya (biasanya dinyatakan dalam prosentase) peristiwa atau kejadian yang tidak mengikuti garis-garis umum atau titik-titik persamaan itu. Maksudnya adalah agar setiap orang yang menggunakan kesimpulan yang umum itu dalam menghadapi peristiwa-peristiwa yang khusus dapat menentukan besar kecilnya kepercayaan yang dapat diletakkan pada kesimpulan itu sebagai dasar deduksi. 

1 comment:

  1. Bagus artikel nya gan.. saya suka membaca artikel berkualitas.. di kunjungi juga ya website aku s128 sabung ayam download

    ReplyDelete