Thursday, April 11, 2019

Jalan dan Cara-cara Untuk Memperoleh Kebenaran, Jalan Memperoleh Kebenaran Melalui Pihak Yang Berwenang dan Jalan Memperoleh Pengetahuan Melalui Pengalaman Pribadi.

Eksistensi manusia sangat dibatasi oleh ruang, waktu, dan sarat-sarat lain yang dibawa oleh kodratnya. Pada suatu waktu seorang manusia tidak dapat secara fisik hadir dalam dua tempat yang agak berjauhan. Peristiwa-peristiwa penting yang terjadi ditempat lain kerapkali tidak dapat kita saksikan karena kondisi-kondisi tertentu menghalang-halangi kita. Malahan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi secara serempak ditempat tinggal kita sendiri tidak dapat dua-duanya kita kunjungi berasama-sama.

Akan tetapi dengan cara-cara tertentu manusia dapat melampaui batas ruang, waktu, dan sarat-sarat lain itu. Ia mulai mendengarkan berita-berita, mengumpulkan informasi-informasi dan menyelidiki data yang telah terkumpulkan  dari peristiwa-peristiwa yang tidak ia alami sendiri. Dan segala sesuatu yang dapat dialami sendiri ia himpun, ia renungkan, ia olah, dan ia simpulkan sehingga menjadi pengetahuan yang makin tepat dan lebih mantap. Jalan melalui orang lain dan mengalami pengalaman sendiri menjadi pokok persoalan yang akan diperbincangkan kali ini. Cara berpikir menyusul dibicarakan untuk menjadi titiktolak pembicaraan tentang cara modern untuk memperoleh pengetahuan, cara mana pada dasarnya tidak lain adalah perpaduan yang harmonik dan efektif dari dua cara  berfikir yang dibicarakan sebelumnya. Yang pertama akan segera dibicarakan.

Jalan Memperoleh Kebenaran Melalui Pihak yang Berwenang

Dalam mencari pengetahuan atau kebenaran sejak dahulu sampai sekarang orang tidak jarang pergi kepada seorang ahli atau kepada pihak-pihak lain yang dianggapnya berwenang. Jika dia sakit, dia pergi kepada dukun atau kepada dokter. Jika mendapatkan suatu impian orang jaman dahulu pergi kepada shaman atau ahli-ahli nujum untuk mengartikan impiannya. Pada jaman modern ini sekarang hakimpun akan meminta nasehat seorang psychiater untuk menetapkan apakah seorang terdakwa dalam keadaan sakit ingatan atau tidak. Cara-cara semacam itu adalah ekonomis dan efisien, akan tetapi bukan tidak terbuka untuk sesuatu kesalahan.

Sadar atau tidak, sangat banyak orang yang menerima apa yang dikatakan oleh tradisi. Perjodohan, hari perkawinan, hari pindah rumah, dan waktu-waktu berguru dipercayakan kepada perhitungan orang-orang tua. Hal yang demikian itu berjalan dari satu generasi ke generasi yang menyusul. Itu mungkin merupakan jalan paling pendek dan praktis. Tetapi salah besar jika orang menyangka bahwasanya dengan cara semacam itu dia akan memperoleh kebenaran yang tak terguncangkan. Sejarah telah membuktikan bahwa perkembangan sejarah tidak saja menelorkan kebijakan-kebijakan, tetapi juga kesesatan-kesesatan. Tidak sedikit teori-teori yang telah bertahan berabad-abad akhirnya ternyata sama sekali salah. Misalnya teori ARISTOTOLES tentang tingkah laku benda-benda yang berbeda-beda beratnya jika di jatuhkan diruangan bebas, telah bertahan hampir duapuluh abad lamanya, tetapi dengan menyelidikan dan pembuktian GALILEO ternyata palsu. Demikian juga tentang kebenaran mengenai bumi sebagai pusat dari planit-planit lain. Kebenaran memang tidak tergantung kepada popularitas atau lamanya diterima orang. Kebenaran bukanlah apa yang diyakini oleh sebagian penduduk. Jangka waktu dan popularitas bukanlah jaminan yang jitu untuk kebenaran dan kepalsuan.

Dari masa ke masa yang dipandang berwenang selalu berganti-ganti. Pada jaman purbakala fihak yang pandang paling berwenang adalah kepala suku, shaman, atau dukun-dukun. Pada jaman pertengahan Gereja dipandang sebagai sumber pengetahuan yang aling dapat dipercaya. Skolastik menerima apa saja yang dinyatakan oleh ARISTOTELES. Dengan mata telanjang oarang dapat menghitung jumlah gigi wanita yang tidak berbeda dengan jumlah gigi priya. Namun karena ARISTOTELES telah mengatakan bahwa gigi wanita lebih banyak dari pada gigi priya, maka kaum Skolastik tak mau menerima kepalsuan pendapatnya. Mereka ini menolak juga ketika diundang oleh GALILEO untuk melihat bulan-bulan dari Yupiter melalui teropong semata-mata karena ARISTOTELES dalam ilmu antronominya tidak pernah menyebut-nyebut bahwa bulan-bulan itu dapat dilihat.

Kecuali itu fihak yang dipandang orang berwewenang memberikan pengetahuan yang benar adalah raja-raja, pemerintah, undang-undang, dan pengadilan. Jika menghadapi kesulitan-kesulitan orang selalu mencari informasi kepada mereka itu. Orang berpaling kepada pemerintah misalny, bukan saja dalam soal-soal pemerintahan,tetapi juga dalam soal-soal perdagangan, perburuhan, pertanian, kesehatan, pendidikan, dsb. Dasar kepercyaannya sangat sederhana. Karena dalam mencari kebenaran dia mungkin mengalami kesalahan maka akan aman kiranya jika dia menyadarkan diri pada fihak-fihak yang berwenang itu, yang sabda-sabdanya merupakan keyakinan-keyakinan yang diakui oleh umum. Adalah sesuatu persoalan apakah fihak-fihak yang berwenang itu tidak dapat mengalami kesalahan-kesalahan seperti dia sendiri? Jika tradisi-tradisi merupakan sumber-sumber kebenaran, bagaimana halnya dengan tradisi-tradisi yang bertentangan satu sama lain? Demikian juga mengapa pengikut-pengikut  Gereja bertentangan satu sama lain tentang satu kebenaran? Dan mengapa pula ada perbedaan-perbedaan yang dapat antara tokoh-tokoh dalam satu pemerintahan? 

Perjalanan sejarah memang telah mengumpulkan perbendaharaan-perbendaharaan kebudayaan yang cukup banyak. Menolak pengetahuan-pengetahuan yang sudah terkumpul akan menghambat perkembangan ilmu pengetahuan. Akan tetapi menolak untuk mempersoalkan sesuatu keyakinan yang sudah diterima akan menimbulkan konsekawensi yang sama: kemajuan ilmu pengetahuan dan kemajuan hidup kemasarakatan akan mengalami kemacetan.

Menyadari ketidak-mampunnya sendiri kerapkali orang berlari kepada ahli-ahli. Baik dari segi kecerdasan, pengalaman, latihan dan sikapnya seorang ahli dipandang mempunyai kelebihan dari orang-orang lainnya. Dengan begitu dia pasti mempunyai pengetahuan yg lebih dapat di percaya dari pada pengetahuan orang kebanyakan. Sungguh pun begitu akan salah jika orang mengira bahwa seorang ahli adalah ahli segala-segalanya. Dalam mencari pengetahuan dari seorang ahli perlu kiranya orang menyelidiki apa keahlianya: Apakah keahlianya itu di akui oleh wewenang-wewenang lainya ;dan bagaimana taraf kebenaran dari pengetahuan yang dia kemukakan. Janganlah mengira bahwa dua orang dokter pasti menelorkan satu kesimpulan tentang suatu penyakit. Pendapat seorang ahli tidak akan bersarat dan akan berlaku sepanjang masa.

Jalan Memperoleh Pengetahuan Melalui Pengalaman Pribadi

Jika mengahadapi problema-problema, orang kerapkali menggunakan pengalaman-pengalamannya. Memecahkan persoalan-persoalan hidup dengan menggunakan pengalaman dalam banyak hal memang sangat berguna. Banyak kesulitan-kesulitan dapat dipecahkan dengan pengalaman-pengalaman. Seorang petani tahu bahwa tanaman-tanaman tertentu jika ditanam pada musim penghujan tidak menghasilkan apa-apa. Dengan beberapa pengalamannya dia dapat menghindarkan diri dari kerugian-kerugian yang lebih banyak jika dia menanam tanaman-tanaman itu pada waktu musim penghujan. Seorang nelayan selalu ingat bahwa jika awan sudah mulai menghitam , itu adalah alamat bahwa hari akan hujan. Dia dengan pengalaman-pengalamannya dapat melepaskan diri dari kemungkinan kehujanan ditengah lautan jika awan sudah mulai menghitam. Dia secepatnya mengayuh perahunya ke pantai.

Pengalaman memang membuat orang menjadi bijaksana. Tetapi jika tidak digunakan secara kritik pengalaman mungkin dapat merugikan sekali. Sebagian terbesar dari pengalaman bersumber dari pengamatan. Tetapi pengamatan manusia bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri. Banyak faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor yang sifatnya sangat subyektif menyebabkan pengalaman manusia mempunyai sifat-sifat yang terbatas. Pertama-tama, pengalaman yang sangat pribadi tidak ada atau sedikit sekali yang mempunyai peluang generalisasi yang luas. Kedua, keadaan orang yang bersangkutan menentukan corak dan isi pengamatan dan pengalamannya. Misalnya saja, seorang anak yang menceriterakan hal-hal yang tidak benar adalah hal yang biasa, entah itu karena fantasinya, entah karena ia ingin menceriterakan hal-hal yang hebat. Keunikan pengalaman umumnya bersumber pada hal-hal sebagai berikut :
  1. Mengabaikan hal-hal yang tidak sesuai dengan pendapat pribadi.
  2. Kurang tepat atau kurang cermat dalam mengamati hal-hal yang penting tentang sesuatu persoalan.
  3. Menggunakan alat-alat pengukuran yang penilaiannya sangat subyektiv
  4. Kurang fakta-fakta sudah menarik kesimpulan.
  5. Mengambil kesimpulan yang salah karena telah mempunyai prasangka-prasangka.
  6. Peranan dari faktor-faktor yang tidak disadari. Misalnya dalam apa yang disebut proyeksi orang merasa mengenal orang lain, tetapi sebenarnya apa yang ia sangka menjadi sifat-sifat orang lain adalah sifatnya sendiri.  
Demikianlah jalan atau cara memperoleh pengetahuan melalui orang atau pihak lain dan melalui pengalaman pribadi. Masing-masing jalan mempunyai segi-segi yang positiv. Seorang penyelidik tidak semestinya hanya melihat segi-segi positivnya dan mengabaikan segi-segi negativnya, apalagi terperangkap dari segi-segi tersebut. Demikianlah, semoga bermanfaat.



No comments:

Post a Comment