Setelah perang Salib, gerakan orientalisme ini makin dipergiat. hal ini disebabkan karena pengalaman pahit kekalahan orang-orang Eropa pada perang bersenjata itu. Mereka ingin merongrong Islam dari dalam. Mulailah mereka lebih giat mempelajari bahasa Arab sebagai alat untuk memahami Al-Qur'an, senjata untuk memukul dan memutar balikkan pemahaman dan pengertian orang-orang Islam terhadap agama dan kitab mereka sendiri.
Walaupun orang-orang Eropa mengalami kekalahan pada perang Salib, tapi keuntungan yang mereka peroleh ialah pengalaman dan pengetahuan secara langsung tentang kemajuan yang telah dicapai oleh orang-orang Islam (Arab) di Timur, baik di bidang angkatan perang, perusahaan, perdagangan, pertanian, seni bangunan, kebudayaan dan bermacam-macam bidang ilmu pengetahuan.
Di sini timbullah keinginan mereka untuk memindahkan segala macam ilmu pengetahuan itu ke dunia Barat dengan jalan menguasai Timur baik secara langsung atau tidak. Karena ini pula yang menimbulkan dorongan yang kuat bagi orang-orang Eropa (orientalis) untuk mempelajari bahasa Arab lebih mendalam lagi.
Hasil yang mereka peroleh membuahkan tiga pokok tujuan mereka, Yaitu:
- Karena fanatik agama dengan bahasa Arab yang mereka pelajari dapat menjembatani mereka untuk mempelajari bahasa Ibrani. Sehingga mereka dapat mendalami ajaran agama mereka dalam bahasanya yang asli.
- Dengan pengetahuan bahasa Arab yang mereka miliki timbullah keinginan yang kuat bagi mereka untuk menjadi misi dan zending, untuk menyebarkan agama Nasrani di Timur dan untuk melumpuhkan agama Islam.
- Dengan pengetahuan bahasa Arab tersebut mereka akan dapat menguasai dan menjajah negara-negara Timur dan Islam yang berbahasa Arab.
Sehingga pada masa itu dengan modal studi yang mendalam tentang bahasa Arab, tumbuh dan bertemu tiga gerakan, yaitu gerakan orientalisme, misi/zending dan penjajahan.
Selanjutnya Al Kharboutly mengutip tulisan Gustav le Bon dalam bukunya "Hadharatul Arab" terjemahan Adil Zuaitir dalam bahasa Arab sebagai berikut:
"Sesungguhnya bangsa Timurlah yang mengeluarkan bangsa Barat dari kegelapan kepada kemajuan, karena ilmu pengetahuan Arab dan kebudayaannya yang diambil oleh perguruan tinggi Eropa sehingga berhasil menimbulkan masa kebangkitan bagi bangsa Eropa".
Orientalisme Pada Abad ke 18 - 20
Pada masa ini penelitian para orientalis terhadap Islam dalam kebudayaannya mulai didasari dengan penelitian yang sistematis dan teratur dengan menggunakan metode penelitian ilmiyah (scientific research).
Secara lahiriah mereka menggunakan scientific research tapi didalamnya terselubung niat-niat buruk untuk melumpuhkan Islam.
Seperti halnya Napoleon waktu memasuki Mesir banyak membawa para ahli dalm bermacam-macam bidang ilmu pengetahuan ketimuran. Mereka ini langsung terjun kelapangan menyelidiki bermacam-macam bidang ilmu pengetahuan tersebut untuk mensukseskan tujuannya baik untuk penjajahan atau memusuhi Islam.
Di lain pihak pada masa ini pula tumbuh kejujuran para orientalis Barat dalam menyelidiki pengetahuan dan kebudayaan Islam secara mendalam berdasarkan ilmiyah semata-mata. Karena itu pada abad ke 19 dicatat sebagai awal sikap orang-orang Barat menghargai Islam. Mereka ini tidak dapat menelan mentah-mentah segala bentuk caci maki yang membuta terhadap Islam yang dilontarkan oleh gereja karena tidak sesuai dengan penelitian dan realita serta pandangan intelektual mereka.
Pada masa ini timbul dalam dunia Islam di negara-negara Arab tokoh-tokoh reformasi Islam seperti Jamaluddin Al-Afghani. Syekh Muhammad Abduh. Rasyid Ridha dan lain-lain. Karena pengaruh pembaharuan ini timbulnya beberapa Perguruan Tinggi Islam di dunia Timur yang bukan saja mempelajari ilmu pengetahuan agama Islam secara mendalam dengan metode pengajaran yang baik, tapi juga dipelajari disana ilmu pengetahuan umum seperti politik, ekonomi, kedokteran, teknik, filsafat, kebudayaan dan pengetahuan lainnya.
Karena kebangkitan umat Islam ini pula dengan bermacam-macam aliran pembaharuannya, seperti yang terdapat di Mesir, Tunis, Sudan dan Saudi, ditambah pula dengan sebagian kaum orientalis yang bersifat jujur dalam penelitian dan analisa mereka terhadap Islam, membuat sempitnya tujuan semula dari orang Eropa, golongan gereja dan penjajah dalam usaha hendak melumpuhkan Islam.
Akhirnya timbullah usaha-usaha mereka mendirikan satu bagian khusus dari Universitas yang terdapat di negara mereka (Eropa dan Amerika) atau mendirikan Institut khusus untuk mempelajari bahasa Arab dan agama islam dengan nama Islamic Studies.
di sini diberikan kesempatan kepada orang-orang Islam Timur untuk datang belajar ke sana dengan dujamin segala biaya dan fasilitasnya .Tujuan ini adalah untuk menggoyahkan keimanan dan pandangan mahasiswa Islam yang dikirim untuk terhadap islam sendiri ,terutama bagi mereka yang dangkal pengetahuannya terhadap agama islam.
Jika mereka kembali ke negerinya ,seperti halnya yang terdapat di negeri Mesir sendiri sering terjadi konflik antara dua golongan yang berbeda paham.Yaitu antara yang berpaham Barat dan berpaham Timur dalam menilai masalah agama Islam. Hal ini karena berbeda tempat berpijak dan tidak sama sumber pengetahuannya. Sehingga akhirnya menimbulkan kerugian bagi umat Islam sendiri.
No comments:
Post a Comment